Judul
: Sandi’s Style
Penulis :
Sirhayani
Penerbit : Grasindo
Cetakana : Pertama, Mei 2017
Tebal :
264 halaman
ISBN :978-602-375-919-4
Blurb
“Lo tahu percepatana gravitasi bumi berapa? Sembilan koma delapan
meter per sekon kuadrat. Dan gue butuh lebih dari angka itu di diri gue, supaya
elo lebih tertarik ke gue.”
Namanya Sandi. Siswa SMA yang suka membuat kerusukan bersama enam
teman akrabnya di sekolah. Dia benci mata pelajaran Biologi dan dia merupakan
salah satu siswa yang mengikuti olimpiade Fisika. Arti namanya kode, tetapi
kata orang dia tidak suka memberi kode.
Sandi terkenal konyol. Terkadang ia suka mengombali Safa—siswi olimpiade
Biologi—dengan memakai istilah-istilah yang berbau sains. Tidak ada tujuan
khusus Sandi melakukan itu selain karena dia iseng. Tetapi keisengan itu
ternyata berubah menjadi keseriusan, sejak Sandi mulai jatuh hati pada Safa
~*~
Mengambil latar sekolah dengan tema
khasa remaja SMA pada umumnya, novel ini terasa dekat dengan keseharian kita. Karena bisa jadi tokoh-tokoh yang berada dalam
kisah ini memang benar-benar ada dalam kisah nyata. Misalnya saja siswa yang
suka bikin onar, konyol, siswa yang suka tawuran, siswa yang pintar dan banyak
lagi.
Novel ini dengan menilik dari
kacamata dunia SMA mengisahkan tentang kisah persahabat dan juga cinta dari
sosok Sandi—siswa SMA yang bisa dibilang unik. Karena meski dia konyol dan suka
semaunya sendiri, sejatinya dia adalah siswa yang cukup berprestasi—bahkan ikut
olimpiade Fisika.
Akibat kekonyolan yang dilakukan
Sandi, yang pada akhirnya hal itulah
yang membuat Sandi mengenal Safa. Saat itu kelas Sandi sedang kosong, jadi
mereka mengisi waktu kosong dengan bermain. Salah satunya adalah menerima
tantangan teman Sandi untuk bermain peswat kertas. Sandi yang terkenal usil
kemudian membuat sebuah taruhan. Jika nanti saat dia melempar pesawat kertas
itu dan mengenai murid cowok, maka akan dia jadikan sahabat. Namun jika yang
terkena lemparan pesawat itu murid cewek, maka dia akan menjadikannya pacar (hal
12).
Maka sejak saat itu, Sandi mulai
melancarkan aski gombal yang unik agar menarik hati Safa yang pendiam. Padahal bagi
Safa sejak awal diaa berharap tidak terlibat masalah dengan Sandi. Karena Safa
hanya ingin menikmati masa SMA-nya dengan damai dan tenang. Sayangnya harapan
Safa tidak terkabul. Pada kenyataanya Sandi kini sudah mercuni hidupnya.
“Lo tahu
nggak, kenapa natrium punya ion positif dan klorin punya ion negatif? Karena
NaCl sudah ditakdirkan untuk bersama. NaCl adalah dua unsur yang bersatu
membentuk senyawa baru. Ibarat manusia kalau lp ngelihat perempuan dan
laki-laki yag bersanding di pelaminan, mereka adalah sepasang manusia yang sudah
ditakdirkan untuk bersama.” (hal 43).
“Lo tahu,
nggak? Kenapa natrium mempunyai satu elektron valensi sedangkan klorin mempunya
tujuh elektron valensi? Karena delapan adalah kelengkapan bagi mereka. Ibarat
pasangan. Perbedaam dalam sebuah hubungan itu wajar, karena gue tahunya
rata-rata pasangan punya kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi.” (hal 44).
“Gue mau
bilang, kalau gue suka sama lo. Gue juga mau bilang, kalau gue bakalan ngebuat
lo suka sama gue. Itu aja, kok.” ( hal 51).
Itu adalah beberapa gombalan Sandi
yang bisa dibilang lucu tapi berkelas. Di
mana gombalan yang dia berikan berisi petikan ilmu yang bisa diambil pelajaran.
Dan selain itu masih banyak lagi gombalan Sandi yang tidaka kalah bikin
mengocok perut.
Safa sendiri awalnya risih dan
taakut, namun sebagaimana batu jika terus dihujani pasti akan luluh. Begitu pula
Safa yang akhirnya sedikit memiliki simpati dan nyaman dengan Sandi. Karena Sandi
itu ternyata siswa yang unik. Hanya saja, saat kedekatan mereka sudah terjadi,
Gilang musuh bebuyutan Sandi muncul dengan membawa masa lalu mereka. Selain itu
ada Mira—orang dari masa lalu Sandi yang semakin membuat masalah runyam.
Membaca novel ini serasa masuk
kembali pada masa-masa SMA. Kisah
dipaparkan dengan gaya bahasa yang menarik dan memikat, membuat kita selalu
penasaran dengan cerita itu sendiri. Bagaimana nasib cinta Sandi dan Safa, lalu
apa yang terjadi dengan Mira dan Gilang ... juga bagaimana keputusan Kakak Safa
yang mengjutkan.
Penulis menghidupkan tokoh utama
dengan baik. Jadi kisah mereka kerasa banget. Dan keunggulan lain dari novel
ini adalah kelihaian penulis dalam membumbui sense humor yang pas dan apik. Asli
membaca novel ini sukses membuat saya tersenyum lucu hingga ngakak. Yah,
saya menikmati novel ini dan terhibur.
Hanya saja untuk perpindahan plot
cerita kurang halus, masih terasa kaku
dan terkesan loncat-loncat. Dan cukup
banyak typo yang saya temukan saat membaca novel ini.
“Iya, Pak guru, iya. Pelan-pelan
dong nariknya.” “—ini tanda petiknya harusnya di bawah.
Jawab!” (hal 8).
Jualannnya—harusnya jualannya, n-nya
lebih satu (hal 29).
Ke rumahn—haruanya ke rumahnya
(kurang ya) hal 92).
Aku biasanya bikin gue—mungkin maksudnya
kue (hal 185).
sSalah satunya—harusnya Salah
satunya—kelebihan s (hal 250).
Selain itu beberapa masalah tidak dieksplore secara tuntas. Seperti tentang Safa dan Sandi yang merupakan siswa olimpiadi, namun tidak ada gambaran mereka mengikuti olimpiade pada salah satu scene kisah ini. Padahal jika ada sedikit digambarkan, pasti akan lebih menarik.
Selain itu beberapa masalah tidak dieksplore secara tuntas. Seperti tentang Safa dan Sandi yang merupakan siswa olimpiadi, namun tidak ada gambaran mereka mengikuti olimpiade pada salah satu scene kisah ini. Padahal jika ada sedikit digambarkan, pasti akan lebih menarik.
Tapi lepas dari kekurangannya novel
ini tetap asyik diikuti. Menyenangkan dan sangat menghibur. Catatan satu lagi
membaca novel ini jadi teringat sosok Dilan yang juga usil dan kocak. Juga memiliki
cara tersendiri dalam mengungkapkan cinta. Membaca novel ini mengingatkan kita untuk
selalu menjadi diri sendiri.
Srobyong, 30 Juli 2017
No comments:
Post a Comment