Sunday, 30 July 2017

[Review Buku] Cara Sandi dalam Mengekspresikan Cinta



Judul               : Sandi’s Style
Penulis             : Sirhayani
Penerbit           : Grasindo
Cetakana         : Pertama, Mei 2017
Tebal               : 264 halaman
ISBN               :978-602-375-919-4


Blurb
“Lo tahu percepatana gravitasi bumi berapa? Sembilan koma delapan meter per sekon kuadrat. Dan gue butuh lebih dari angka itu di diri gue, supaya elo lebih tertarik ke gue.”

Namanya Sandi. Siswa SMA yang suka membuat kerusukan bersama enam teman akrabnya di sekolah. Dia benci mata pelajaran Biologi dan dia merupakan salah satu siswa yang mengikuti olimpiade Fisika. Arti namanya kode, tetapi kata orang dia tidak suka memberi kode.

Sandi terkenal konyol. Terkadang ia suka mengombali Safa—siswi olimpiade Biologi—dengan memakai istilah-istilah yang berbau sains. Tidak ada tujuan khusus Sandi melakukan itu selain karena dia iseng. Tetapi keisengan itu ternyata berubah menjadi keseriusan, sejak Sandi mulai jatuh hati pada Safa

~*~

Mengambil latar sekolah dengan tema khasa remaja SMA pada umumnya, novel ini terasa dekat dengan keseharian kita.  Karena bisa jadi tokoh-tokoh yang berada dalam kisah ini memang benar-benar ada dalam kisah nyata. Misalnya saja siswa yang suka bikin onar, konyol, siswa yang suka tawuran, siswa yang pintar dan banyak lagi.

Novel ini dengan menilik dari kacamata dunia SMA mengisahkan tentang kisah persahabat dan juga cinta dari sosok Sandi—siswa SMA yang bisa dibilang unik. Karena meski dia konyol dan suka semaunya sendiri, sejatinya dia adalah siswa yang cukup berprestasi—bahkan ikut olimpiade Fisika.

Akibat kekonyolan yang dilakukan Sandi, yang pada akhirnya  hal itulah yang membuat Sandi mengenal Safa. Saat itu kelas Sandi sedang kosong, jadi mereka mengisi waktu kosong dengan bermain. Salah satunya adalah menerima tantangan teman Sandi untuk bermain peswat kertas. Sandi yang terkenal usil kemudian membuat sebuah taruhan. Jika nanti saat dia melempar pesawat kertas itu dan mengenai murid cowok, maka akan dia jadikan sahabat. Namun jika yang terkena lemparan pesawat itu murid  cewek, maka dia akan menjadikannya pacar (hal 12).

Maka sejak saat itu, Sandi mulai melancarkan aski gombal yang unik agar menarik hati Safa yang pendiam. Padahal bagi Safa sejak awal diaa berharap tidak terlibat masalah dengan Sandi. Karena Safa hanya ingin menikmati masa SMA-nya dengan damai dan tenang. Sayangnya harapan Safa tidak terkabul. Pada kenyataanya Sandi kini sudah mercuni hidupnya.

“Lo tahu nggak, kenapa natrium punya ion positif dan klorin punya ion negatif? Karena NaCl sudah ditakdirkan untuk bersama. NaCl adalah dua unsur yang bersatu membentuk senyawa baru. Ibarat manusia kalau lp ngelihat perempuan dan laki-laki yag bersanding di pelaminan, mereka adalah sepasang manusia yang sudah ditakdirkan untuk bersama.”  (hal 43).

“Lo tahu, nggak? Kenapa natrium mempunyai satu elektron valensi sedangkan klorin mempunya tujuh elektron valensi? Karena delapan adalah kelengkapan bagi mereka. Ibarat pasangan. Perbedaam dalam sebuah hubungan itu wajar, karena gue tahunya rata-rata pasangan punya kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi.” (hal 44).

“Gue mau bilang, kalau gue suka sama lo. Gue juga mau bilang, kalau gue bakalan ngebuat lo suka sama gue. Itu aja, kok.” ( hal 51).

Itu adalah beberapa gombalan Sandi yang bisa dibilang lucu tapi berkelas.  Di mana gombalan yang dia berikan berisi petikan ilmu yang bisa diambil pelajaran. Dan selain itu masih banyak lagi gombalan Sandi yang tidaka kalah bikin mengocok perut.

Safa sendiri awalnya risih dan taakut, namun sebagaimana batu jika terus dihujani pasti akan luluh. Begitu pula Safa yang akhirnya sedikit memiliki simpati dan nyaman dengan Sandi. Karena Sandi itu ternyata siswa yang unik. Hanya saja, saat kedekatan mereka sudah terjadi, Gilang musuh bebuyutan Sandi muncul dengan membawa masa lalu mereka. Selain itu ada Mira—orang dari masa lalu Sandi yang semakin membuat masalah runyam.

Membaca novel ini serasa masuk kembali pada masa-masa SMA.  Kisah dipaparkan dengan gaya bahasa yang menarik dan memikat, membuat kita selalu penasaran dengan cerita itu sendiri. Bagaimana nasib cinta Sandi dan Safa, lalu apa yang terjadi dengan Mira dan Gilang ... juga bagaimana keputusan Kakak Safa yang mengjutkan.

Penulis menghidupkan tokoh utama dengan baik. Jadi kisah mereka kerasa banget. Dan keunggulan lain dari novel ini adalah kelihaian penulis dalam membumbui sense humor yang pas dan apik. Asli membaca novel ini sukses membuat saya tersenyum lucu hingga ngakak. Yah, saya  menikmati novel ini dan terhibur.

Hanya saja untuk perpindahan plot cerita  kurang halus, masih terasa kaku dan terkesan loncat-loncat. Dan cukup banyak typo yang saya temukan saat membaca novel ini.

“Iya, Pak guru, iya. Pelan-pelan dong nariknya.” —ini tanda petiknya harusnya di bawah.
Jawab!”  (hal 8).

Jualannnya—harusnya jualannya, n-nya lebih satu (hal 29).

Ke rumahn—haruanya ke rumahnya (kurang ya) hal 92).

Aku biasanya bikin gue—mungkin maksudnya kue (hal 185).

sSalah satunya—harusnya Salah satunya—kelebihan s (hal 250).

Selain itu beberapa masalah tidak dieksplore secara tuntas. Seperti tentang Safa dan Sandi yang merupakan siswa olimpiadi, namun tidak ada gambaran mereka mengikuti olimpiade pada salah satu scene kisah ini. Padahal jika ada sedikit digambarkan, pasti akan lebih menarik. 

Tapi lepas dari kekurangannya novel ini tetap asyik diikuti. Menyenangkan dan sangat menghibur. Catatan satu lagi membaca novel ini jadi teringat sosok Dilan yang juga usil dan kocak. Juga memiliki cara tersendiri dalam mengungkapkan cinta.  Membaca novel ini mengingatkan kita untuk selalu menjadi diri sendiri.


Srobyong, 30 Juli 2017 

No comments:

Post a Comment