Monday 22 May 2017

[Review Buku] Pesona New York, Karir, Keluarga dan Keyakinan


Judul        : Faith and the City
Penulis     : Hanum Salsabile Rais & Rangga Almahendra
Penerbit    : Gramedia
Cetakan     : Pertama, Desember 2015
Halaman    : 227 hlm
ISBN          : 978-602-03-2433-3


“Ini kesempatan menimba ilmu jurnalistik tingkat dewa, Mas. Kesempatan tidak datang dua kali.” (hal. 47).

Kesempatan memang tidak bisa diduga kapan akan datang menghampiri. Dan bagi para pemimpi, kesempatan yang ada di depan mata itu harus digenggam erat, jangan sampai terlepas.  Apalagi kesempatan itu ditawarkan di New York. Negara dengan sejuta pesona, juga sebagai pusat hubungan penting internasional. New York  memiliki pengaruh besar terhadap perdagangam, keuangan, media, seni, budaya, mode, riset, penelitian dan hiburan dunia.

Hanum tidak pernah menyangka ketika dia mendapat tawaran dari Andy Cooper untuk bekerja di  Global New York TV (GNTV).  “Ribuan orang jatuh bangun demi kesempatan  menjadi reporter  junior di GNTV. Melewati hampir 10 fase seleksi, dan akhirnya hanya satu yang akan diambil.” (hal 26).

Ini adalah kesempatan dan Hanum tidak akan melewatkannya. Tanpa berdiskui dengan Rangga, Hanum langsung mengiyakan tawaran itu. Padahal saat itu dia dan Rangga  tengah berada di bandara JFK—John F. Kennedy New York untuk chek-in. Karena rencana awal mereka adalah kembali ke Wina.  Tentu saja kejadian itu membuat Rangga berang. Bagaimana mungkin Hanum memutuskan permasalahannya tanpa meminta persetujuan dirinya? Padahal seorang istri harusnya meminta izin dalam segal hal pada suaminya dulu.

Di GNTV Hanum dipasangkan dengan Sam. Dia disuruh  membuat program TV tentang muslim di Amerika.  Tapi dengan catatan acara itu harus memiliki rating lebih baik dari acara lain. Sekaligus membuat TV lain jeblok. “Insights Muslism. Kau harus mewawancarai kehidupan mereka, apa perkara mereka, bagaimana perasaan mereka dengan banyak fenomena yang memojokkan Islam akhir-akhir ini.” (hal 39).   

Kehidupan Hanum pun mulai teralih pada dunia kerjanya. Dia berangkat pagi, pulang malam. Waktunya hanya didedikasikan untuk menunjukkan pada Cooper,  bahwa dirinya, bukanlah jurnalis kacangan. Dia memiliki kemampuan, bukan hanya keberuntungan.  Berbagai upaya dia lakukan. Semua demi rating dan share (hal 62).  Hanum ditantang oleh nafsunya sendiri, ketika idealismenya mulai tergerus. Pada titik karirnya itu, Hanum bahkan sampai mengabaikan nurani juga Rangga.

Melihat istrinya yang mulai berubah, tentu saja membuatn Rangga khawatir. Dia harus menyadarkan istrinya. Hanya saja, usaha Rangga gagal, Hanum malah semakin masuk ke dalam pusaran pesona New York yang nampak gemerlap dengan iming-iming mimpi yang sejak dulu didambakannya.

Ketika Rangga menergurnya, Hanum selalu mengatakan, kalau itu demi sebuah kesempatan untuk mengubah dunia. “Misi mengubah dunia? Fine! Itu mulia sekali. Tapi kau mengubah dunia dengan cara mengubah hubungan dengan suamimu sendiri. Kamu nggak sadar? Kamu telah dimanfaatkan oleh dunia yang tidak memberimu apa-apa. Bahkan melupakan orang yang sudah memberimu apa-apa ....” (hal 130).   Rangga pun sadar, mereka mulai tidak sejalan.

Novel ini dipaparkan dengan gaya bahasa yang lugas. Ceritanya pun cukup kompleks dengan berbagai konflik yang diuraikan penulis. Tentang masalah keluarga, lalu  sebuah ambisi dalam menaklukkan mimpi di New York demi sebuah kair,  yang ternyata selalu bertentangan nurani. Tidak ketinggalan tentang sebuah keyakinan yang berusaha dikenalkan pada dunia.  Di sini Hanum di tantang untuk memilih jalan mana yang harus direngkuhnya.

Selain itu, novel ini juga mengenalkan tentang cara kerja dunia jurnalistik. Khususnya dalam pertelevisian. Bahwa kadang kala ada sisi gelap yang membuat para jurnalis, mengesampingkan nurani  demi memperoleh rating dan share.  

Hanya saja masih ditemukan beberapa kesalahan dalam kepenulisan dalam novel ini, serta ada sebuah adegan yang agak tidak pantas dilihat dari kacamata Islam. Namun sedikit banyak hal tersebut tidak mengurangi kenikmatan dalam membaca.

Novel ini menarik, ditambah lagi banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini.  Seperti anjuran bagi seorang istri untuk menghormati suaminya. Ketika akan mengambil keputusan sepantasnya harus meminta izin terlebih dahulu pada sang suami. Atau masalah dalam menyikapi diri, ketika terjebak pada ambisi dan nurani.  Dan jangan menjadikan agama sebagai kedok dalam usaha meraih mimpi. Serta perlunya menghargai waktu.

Waktu memiliki cara paling akurat untuk menunjukkan  apa yang paling berharga dalam hidup kita (hal 142).




Srobyong, 30 Oktober 2016 

Saturday 20 May 2017

[Resensi] Perjuangan Sunan Gunung Jati dalam Penyebaran Islam

Dimuat di Koran Jakarta, Selasa 2 Mei 2017 

Judul               : Suluk Gunung Jati
Penulis             : E. Rokajat Asura
Penerbit           : Imania
Cetakan           : Pertama, September 2016
Tebal               : 327 halaman
ISBN               : 978-602-7926-26-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Syaikh Syarif Hidayatullah atau yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari  walisongo yang berjuang di tanah Jawa—khususnya di daerah Cirebon, Jawa Barat. Dia lahir 1448 Masehi. Ayahnya bernama Syarif Abdullah—merupakan seorang dari Kesultanan Mamluk Mesir dan disinyalir masih keturunan dari Nabi Muhammad saw. Sedang ibunya adalah Nyimas Rarasantang yang merupakan keturunan  dari Raja Pajajaran—Prabu Siliwangi.  

Sejak kecil Syarif sudah menonjol dalam pengetahuan agama, kecerdasan dan luasnya wawasan.  Dan dia juga memiliki akhlak yang baik. Dia belajar ilmu agama di Makkah, Baghdad, Gujarat dan Palestina (hal 63).  Selain itu dia juga belajar pada Sunan Ample di  Pesantren Ample Denta dan  di Pesantren Amparanjati berguru kepada Syaikh Datuk Kahfi atau yang lebih dikenal dengan sebuta Syaikh Nurjati.

Sebenarnya sebelum memutuskan menyiarkan agama Islam di pulau Jawa, Syaikh Syarif Hidayatullah ini telah ditunjuk sebagai penerus ayahnya di Mesir. Namun jiwa pembelajar dan keinginan kuat untuk menyampaikan ajaran agama sejauh yang bisa dijangkau, membuatnya menyerahkan jabatan itu kepada adiknya—Syarif Nurullah. Sedangkan dirinya sendiri memulai perjalanan untuk menuju pulau Jawa sekaligus tempat kelahiran ibundanya (hal 136-137).

Maka di tahun 1470 Syarif Hidayatullah memulai perjalanannya. Dalam perjuangannya ini tantangan terbesar yang harus Sunan Gunung Jati tanggung adalah kenyataan kalau eyangnya sendiri belum memeluk Islam.

Sebagaimana diketahui, munculnya Islam belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.  Khususnya bagi orang-orang pedalaman dan kerajaan-kerjaan yang masih memegang teguh budaya Hindu-Budha. Oleh karena itu saat akan memulai dakwahnya dengan kerendahan hati, Sunan Gunung Jati menemui eyangnya—Prabu Siliwangi untuk meminta izin.

“Kau boleh menyebarkan ajaran baru di sini, tetapi jangan dengan paksaan. Jangan sampai karena beda bahasa dalam sesembahan, darah tumpah ke bumi. Bumi dan langit tak akan merestui kepada siapa saja yang datang untuk saling menghinakan.” (hal 179).

Pesan itu-lah yang Sunan Gunung Jati pegang dengan erat. Dalam menyebarkan agama Islam, dia memilih metode lemah lembut dan kekeluargaan. Kearifan budi dan akhlak itu-lah yang pada akhirnya membuat banyak masyarakat mulai mengikuti ajaran Sunan Gunung Jati.  Apalagi sejak Sunan Gunung Jati diamanahi untuk melanjutkan kepemimpinan di Pesantren Amparanjati, setelah Syaikh Nurjati meninggal. 

Hanya saja berjalannya hari, Sunan Gunung Jati menyadari dalam memperjuangkan Islam, ternyata tidak hanya bisa memakai cara lemah lembut. Karena banyak orang-orang  dari kerajaan Hindu-Budha yang mulai merasa terganggung dengan Islam yang mulai berkembang pesat.  Baik itu dari pihak Majapahit juga kerajan di Pajajaran. Apalagi sejak Sunan Gunung Jati membangun hubungan baik dengan kesultanan Demak.  Mereka berusaha menjatuhkan pengaruh Islam dengan berbagai cara.

Maka perang pun tidak bisa dihindari. Tahun 1489 terjadi perang terbuka melawan Majapahit (hal 236).  Perkembangan Islam juga memiliki dampak tidak menyenangkan di hati Prabu Siliwangi. Padahal dia dulu sudah mengingatkan Sunan Gunung Jati agar sampai tidak terjadi pertumpahan darah dalam penyebaran Islam.  Kesedihan pun juga dirasakan oleh Sunan Gunung Jati. Dia tidak menyangka harus terjebak untuk berhadapan dengan kakeknya sendiri. Tapi kebenaran harus tetap ditegakkan (hal 281).

Salah satu ajaran  yang disampaikan Sunan Gunung Jati adalah “Aku titip tajug—masjid kecil dan fakir miskin, jika salat harus khusyuk dan tawadhu seperti anak panah yang menancap kuat, jika puasa harus kuat seperti tali busur, ibadah harus istiqamah dan takutlah hanya kepada Allah.”  Selain itu Sunan Gunung Jati selalu mengingatkan untuk menjaga hati dari rasa iri, dengki,  buruk sangka, sombong dan selalu semangat dalam berjuang.

Buku ini memaparkan perjuangan seorang ulama dalam menyiarkan  agama Islam di tanah Jawa—khusunya Jawa Barat. Inspiratif dan memotivasi.

Srobyong, 28 April 2017 

Friday 19 May 2017

[Review Buku] Asyiknya Membaca dan Menghafalkan Al-Quran


Judul               : Kado untuk Penghafal Al-Quran
Penulis             : Ahmad Rais El Hafizh
Penerbit           : AE Publishing
Cetakan           : Ketiga, Juli 2016
Tebal               : xiv + 198 halaman
ISBN               : 978-602-6325-00-6

Apakah Anda masih takut atau ragu untuk menghafal Al-Quran?Benarkah sulit menghafal Al-Quran atau karena belum tahu caranya? Tahukah Anda bekal yang harus disiapkan dalam menghafal Al-Quran? Sudahkah Anda menemukan solusi terhadap kesulitan atau kesalahan ketika menghafal Al-Quran dan mengulang hafalan Al-Quran? Tahukah bagaimana agar putra-putri Anda bisa hafal Al-Quran pada usia dini?

Buku yang ada di tangan Anda ini akan menjawab semua pertanyaan di atas. Akan tetapi, buku ini tidak dapat mengubah Anda. Andalah yang mampu mengubah diri sendiri. buku ini hanya memberikan bekal kepada Anda untuk mengubah diri Anda menjadi jiwa yang tegar, tenang, dan kuat untuk menghafal dan menjaga hafalan Al-Quran.

~*~
            Testimoni 

Inilah sosok pemuda Ahmad Rais- yang telah diberi taufik oleh Allah sehingga mampu menghafal kalam-Nya dalam waktu yang singkat. Melalui buku ini, beliau memberikan solusi dan cara mudah untuk bisa menghafal Al-Quran dalam waktu yang singkat. (Ahmad Taufik; Santri Hadramaut, Tarim, Yaman).

Saat Anda sekalian membaca subbab Seteguk Air Sejuk Untuk Penghafal Al-Quran niscaya dapat disimpulkan bahwa buku ini benar-benar ditulis dan dibutuhkan bagi setiap hati. (Cicik Azzahra; Alumni Mahasiswi Pascasarjana UGM).

Buku Kado Untuk Penghafal Al-Quran ini adalah paket lengkap bagi para pecinta Kalamullah yang tak diragukan lagi kebenarannya. Bertabur kisah, kaya hikmah, dan berlinang motivasi penuh inspirasi. (Fitri Annisa Hayati; Perintis Semaan Al-Quran mahasiswa Se-Malang Raya).

Ucapan terima kasih pada penulis. Alhamdulillah melalui buku ini, saya menemukan solusi terhadap kekeliruan yang sering saya alami ketika mengulang hafalan Al-Quran. (R. Muhammad; Santri Apik Kauman Kaliwungu Jateng).

~*~

Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya (HR. Bukhari) (hal 15).

Al-Quran adalah kitab akhir zaman yang diturunkan Allah sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Keberadaannya adalah anugerah. Karena Al-Quran tidaklah sama dengan kitab-kitab terdahulu. Al-Quran adalah pelengkap, dia memiliki banyak keistimewaan yang mana jika kita mau mempelajari bahkan menghafal berjuta fadilah bisa kita dapatkan.  Dalam  buku ini akan diulas dengan lengkap dan detail tentang keistimewaan yang akan didapat jika kita menghormati-Nya.

Buku ini sendiri terdiri dari 15 Bab.

·         Keistimewaan Al-Quran
·         Keistimewaan Hidup Bersama Al-Quran
·         Kenapa Harus Menghafal Al-Quram
·         Menjadi Ayat-Ayat yang Berjalan
·         Nasihat untuk Penghafal Al-Quran
·         Menghiasai Hafalan dengan Tadabbur
·         Adab Bagi Penghafal A-Quran
·         Sentuhan Kisah Motivasi Para Penghafal Al-Quran
·         Pesan Disertai Bekal untuk Penghafal Al-Quran
·         Kunci Sukses Menghafal Al-Quran
·         Metode Menghafal Al-Quran
·         Menjaga Hafalan Al-Quran Seumur Hidup dengan Muraja’ah
·         Solusi Menghadapi Mutasyabihat (Ayat yang Mirip) Dalam Al-Quran
·         Teguran Bagi yang Meninggalkan Al-Quran
·         Janji Al-Quran kepada Penghafal Al-Quran

Menarik bukan? Apa yang disampiakan pun dipaparkan dengan bahasa yang enak dan lugas, sehingga sangat mudah dipahami.   Dan yang menarik adalah pada setiap permulaan bab, penulis juga memberikan motivasi-motivasi yang menggugah jiwa.

Seseorang yang menyibukkan lidahnya dengan Al-Quran, niscaya lidahnya tidak akan sibuk untuk berbicara kotor (hal 12).

Sebagaimana kita ketahui lidah adalah senjata yang jika bisa kita pelihara dengan baik pasti akan membawa manfaat. Dan sebaliknya jika kita tidak bisa memeliharanya, maka sudah pasti ada celaka yang akan menanti kita.

Dalam sebuah Kitab Ala-ala, dipaparkan “Terpeseletnya lidah bisa menimbulkan bencana, berbeda dengan terpelesetnya kaki yang lama-kelamaan bisa sembuh, bisa berjalan lagi”

Maka menghiasai perkataam—menggunakan lidah dengan ucapak baik insya Allah akan membawa manfaat. Salah satunya dengan melafalkan ayat-ayat Allah. kenapa kita harus membaca Al-Quran?
Pada bab kedua akan  dibahas tentang keistimewan Al-Quran. Di sini dijelaskan setidaknya ada 7 keistimewaan yang bisa kita dapat ketika kita mau membacanya. Di antaranya yaitu, perniagaan tidak akan pernah rugi. Hal ini sebagaimana yang sudah difirmankan Allah :

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkakan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (QS. Fatir : 29).

Kedua, Allah akan melipatgandakan pahala bagi siapa saja yang membaca Al-Quran. Di sini bukan dihitung perkata, tapi per huruf—di mana setiap huruf menyimpan sepuluh kebaikan.  Ada lagi yaitu para pembaca Al-Quran akan selalu dinaungi berkah dari para Malaikat. Para Malaikat akan turun dan ikut mendengarkan orang-orang yang membaca Al-Quran. Karena di sadarai atau tidak Al-Quran adalah zikir yang mulia.  Dan yang lebih utama, membaca Al-Quran adalah salah satu cara untuk menyembuhkan penyakit hati.

Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, karena Al-Quran memang diturunkan Allah sebagai penawar, petuah-petuah yang termaktub di dalamnya dalah binar cahaya yang memberi kesejukan bagi siapa saja yang mendengarkan ayat-ayatnya. Tentu kita tidak lupa dengan kisah Umar bin Khatab yang terpesona dengan isi Al-Quran hingga akhirnya memutuskan masuk Islam, bukan? Dalam firman Allah pun dijelaskan :

“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Isra’ : 82).

Nah, bagi orang-orang yang baru membaca Al-Quran saja keistimewaannya saja sudah luar biasa. Apalagi bagi mereka yang mau menghafal Al-Quran.  Pada buku ini pun dipaparkan dengan lengkap dan menarik.   Selain itu di sini kita juga akan dikenalkan dengan kiat-kiat menarik agar mudah dalam menghafal Al-Quran.  Kita jangan pernah takut dan ragu dalam menghafal Al-Quran.  Karena Allah sudah menjanjikan kemudahan bagi siapa saja yang menghafal Al-Quran.

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al-Qamar : 22).

Namun catatan yang paling penting kita pegang adalah niat kuat dan usaha dalam menghafalkannya. Dan jangan sampai lupa untuk selalu mengulang-ulang agar hafalan kita tidak keteteran.  Karena, bagi siapa saja yang lalai dalam menghafal Allah pun akan memberi ganjaran yang pantas.  Tapi jangan khawatir, pada buku ini akan dibahas dengan tuntas bagaimana metode agar tidak cepat lupa dalam hafalan. Serta dipaparkan bagaimana beberapa metode hafalan yang pastinya akan membantu kita jika ingin menghafal Al-Quran.

Dan yang lebih menarik adalah pada bab delapan yang memberikan sentuhan motivasi bagi para penghafal Al-Quran (hal 96). Di antaranya ada kisah seorang kakek yang bekerja sebagai sopir tapi tetap bisa hafal Al-Quran, ada pula kisah dokter cilik umur 7 tahun yang hafal Al-Quran dan banyak lagi.

Buku ini sungguh memberi banyak motivasi agar kita lebih mencintai Al-Quran dengan memperbanyak membaca dan menghafalkannya. Meski masih ditemukan beberapa salah tulis, namun buku ini sangat bermanfaat dan menambah khazanah pengetahuan tentang Al-Quran. Apalagi bagi yang ingin menghafal Al-Quran.

“Umur sudah dewasa atau tua bukanlah penghalang untuk menghafal Al-Quran. akan tetapi, tidak semangat dan tidak bersungguh-sungguh itulah sebenarnya penghalang besar dalam menghafal Al-Quran.” (hal 170).

Srobyong, 19 Mei 2017
           



Wednesday 17 May 2017

[Resensi] Seni dalam Menghadapi Kesulitan

Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu 30 April 2017 

Judul               : Ada Pelangi di Balik Hujan
Penulis             : Satria Nova
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, September 2016
Tebal               : 208 hlm
ISBN               : 978-602-418-079-9
Peresensi         : Ratnani Latifah.  Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama. Jepara.

Setiap hal diciptakan Allah berpasang-pasangan. Ada suka ada duka. Ada manis juga pahit. Begitu pula di balik kesulitan pasti akan selalu ada kemudahan. Di sinilah, manusia dituntut untuk bisa menyikapi setiap ujian yang kadangkala menyapa. Bahwa Allah memberikan cobaan itu pasti sesuai kapasitas yang dimiliki masing-masing individu. Allah tidak mungkin memberi cobaan di luar kemampuan hamba-Nya.

Buku ini mencoba memaparkan apa saja  yang berhubungan dengan sebuah ujian atau  kesulitan. Bagaimana memaknai kesulitan itu, bagaimana seni mengelola kesulitan hingga tips dan trik jitu dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup yang sering kita alami sehari-hari.

Bahwa ujian dan kesulitan itu, Allah ciptakan dengan beberapa alasan. Di antaranya adalah untuk  mengetahui kadar iman dan kemunafikan seseorang, untuk melihat siapa yang paling baik amalnya, untuk menempa diri menjadi pribadi yang lebih baik, sebagai teguran akan khilaf yang pernah dilakukan, sebagai balasan dari perbuatan maksiat yang pernah kita lakukan juga sebagai penggugur dosa (hal 22-23).

Kemudian bagaimana seni mengelola kesulitan adalah  kita harus membiasakan diri bersikap positif.  Dalam artian, selalu memiliki pikiran positif. Tidak selamanya Allah memberikan apa yang kita inginkan, tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan (hal 79).  Dengan berpikir positif hati akan merasa tenang dalam menghadapi segala kesulitan yang menyapa.

Cara lain yang perlu diterapkan adalah memiliki motivasi positif.  Yang artinya ketika kesulitan datang kita memiki kekokohan hati karena selalu bersandar kepada Allah. Memiliki kesabaran yang lebih tinggi untuk mencoba bangkit. Motivasi di sini sama halnya dengan niat. Dan niat yang baik akan membawa dampak baik bagi pemiliknya.

Tidak lupa ketika kesulitan menyapa, memperbanyak doa adalah jalan seni yang baik agar Allah memberi kemudahan. Perlu kita catat ada dua kekuatan super yang jika digabung akan menghasilkan dampak yang luar biasa—yaitu kekuatan usaha dan doa (hal 107).  Namun perlu diingat setelah berdoa, kita juga harus memperbanyak kesabaran. Karena kemenangan yang sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran.

Selain yang sudah dipaparkan masih banyak hal yang perlu diketahui tentang bagaimana seni dalam menghadapi berbagai kesulitan juga tips dan triknya yang pas untuk menghadapinya.  Buku ini dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah dan memikat. Ditambah dalam buku ini juga dilengkapi kisah inspiratif yang pastinya bisa dijadikan perenungan diri. Sebuah buku yang patut dibaca untuk menjadi jalan muhasabah.

Srobyong, 11 Februari 2017 

[Blog Tour- Giveaway] No Place Like Home—Rumah Sebagai Sumber Kebahagiaan



Judul               : No Place Like Home
Penulis             : Alma Aridatha
Penerbit           : Ikon
Cetakan           : Pertama, April 2017
Tebal               : 289 halaman
ISBN               : 978-602-74653-7-4

~*~

Ganda tahu, kehidupan yang disebut sempurna tak sepenuhnya ada. Dia baru tahu siapa ayah kandungnya di usia sepuluh tahun. Sosok itu datang, mencoba mendekat, membuat ayah tiri yang juga disayanginya sedari kecil menjauh tanpa alasan yang pasti.

Ada banyak anak lain yang harus tumbuh tanpa orangtua di luar sana, tapi Ganda memiliki dua pasang orang tua sekaligus. Di saat anak-anak lain bisa berdamai sekaligus menikmati ‘keberuntungan’ yang ada dalam hidup mereka, Ganda justru merasa kosong di antara semua yang seharusnya pantas disebut ‘keberuntungan.’

Keinginan Ganda sederhana. Dia mencoba mengisi hal-hal yang hampa itu dengan mencari tempat berteduh—yang memang tersedia untuknya. Yang kelak bisa dia sebut rumah. Meskipun, dia sendiri tidak sepenuhnya yakin.

~*~

Meminta maaf itu gampang. Memberi maaf itu sedikit lebih sulit, tapi masih bisa dilakukan. Namun, melupakan semua kejadian itu yang mustahil (hal 115).

Memiliki keluarga sempurna dan harmonis adalah harapan setiap orang. Namun ketika takdir berkata lain, bisakah kita protes atau menuntut kepada Tuhan? Novel ini mengisahkan kisah keluarga yang menarik dan memikat. 

Karena sebuah alasan yang pribadi, Ganda akhirnya memilih tinggal bersama ayahnya—Gio  yang baru dia kenal ketika berusia sepuluh tahun.  Keputusan ini tentu saja membuat ibunya—Tara kaget. Kenapa Ganda yang awalnya enggan mengenal ayahnya, tiba-tiba tertarik untuk tinggal bersama?

“Kenapa kamu tiba-tiba mau tinggal sama Papa Gio?”
“Cuma mau lebih dekat.” (hal 8).

Meski  tidak yakin dengan jawaban Ganda, Tara lebih memilih mengalah dan tidak memaksa. Dan meski sebenarnya tidak rela, pada akhirnya Tara memberikan izin pada Ganda untuk tinggal di Jakarta. Di mana itu adalah pilihan yang cukup berat bagi seorang ibu untuk melepas anak yang sudah empat belas tahun dia rawat dengan penuh perjuangan.

Pada titik inilah kehidupan baru menanti Ganda. Dia sangat tahu konsekuensi apa yang akan dia dapat ketika meninggalkan ibunya. Namun di sisi lain, Ganda juga ingin merasakan tinggal bersama ayah kandungnya. Juga mencari suasana baru—menemukan rumah yang sesungguhnya—rumah yang memberi ketenangan juga sumber kebahagiaan.

Hanya saja ketika di  rumah ayahnya, Ganda kembali harus menelan kekecewaan. Ternyata Gio sama saja dengan ibunya. Selalu mengedepankan segala fasilitas yang berlebih kepadanya, tanpa mengetahui apa yang sejatinya sangat ingin Ganda dapatkan.

Ganda tidak menginginkan sepeda gunung mahal atau motor sport terbaru atau rekening yang penuh dengan nominal angka. Dia hanyaa ingin lebih diperhatikan. Apakah keinginannya terlalu berlebihan? (hal 15).

Dan kesedihan Ganda semakin memuncak ketika mendengar ucapan orangtua Mama Jess—istri Gio (hal 113). Ganda terluka. Dia tidak tahu kenapa kesalahan masa lalu orangtuanya harus dilemparkan padanya. Kenapa semua orang membenci dirinya? Apakah dia dilahirkan untuk dibenci?

Di sisi lain Ganda cukup menikmati masa putih abu-abunya karena seseorang.  Perkenalannya dengan Nadya—teman satu kelasnya yang super cerewet namun cukup manis itu, membuat kehidupannya di sekolah sedikit berwarna. Ganda yang menutup diri dan tidak banyak bicara, namun pada akhirnya bersahabat dengan Nadya—karena sebuah insiden yang lucu.

Namun siapa sangka ketentraman yang baru secuil didapatkan, berubah seketika karena dia harus berhadapan dengan trouble maker di sekolah—Tommy. Di mana Ganda ditemukan hampir tewas, karena dipukuli Tommy dan genk-nya.

Membaca novel ini kita seperti dihadapkan pada potret kehidupan yang kerap terjadi di kehidupan nyata. Bagaimana nasib anak yang lahir karena sebuah kecelakaan. Iya kalau ayah dan ibunya kemudian menikah. Namun bagaimana jika baik ayah dan ibunya kemudian sudah memiliki keluarga masing-masing? Inilah yang dirasakan Ganda. Ketika dia harus menerima, bahwa dia memiliki dua ayah juga dua ibu.

Ini adalah kali pertama membaca karya Alma Aridatha. Dan saya sangat menikmati setiap lembar kisah yang dipaparkan. Memikat dan menarik. Saya suka gaya bahasanya yang lugas dan tetap renyah. membaca novel ini ada sisi romance, lucu dan mengharukan. Bahkan jujur ketika membaca novel ini sampai berkaca-kaca, ketika membayangkan menjadi sosok Ganda.

Penulis sangat piawai dalam mengemas kisahnya, hingga membuat saya larut ketika membacanya.  Apalagi dalam permainan alur maju mundur yang membuat saya ikut bertanya-tanya ... ada masalah apa antara Ganda dan Dimas hingga membuat dua orang yang saling peduli akhirnya bentrok dan saling melukai?  Tidak ketinggalan adalah bagaimana menggambarkan tentang persahabatan Ganda dan Nadya yang lucu dan menggemaskan. Keunggulan lain dari novel ini adalah layout yang manis dan menambah semangat buat membaca.

Hanya saja dalam novel ini masih ditemukan beberapa kesalahan ketik dan tulisan kurang jelas karena layout yang saling tumpang tindih. Lepas dari kekurangannya novel ini recomended buat dibaca.

Dari novel ini kita bisa belajar untuk menjadi pribadi yang selalu menjaga diri agar tidak sampai lepas kontrol dalam menjalin hubungan. Kita juga bisa belajar bagaimana cara yang baik dalam memperlakukan dan mendidik  anak. Bahwa materi bukanlah cara terbaik untuk memberi perhatian anak, tapi perhatian dan bimbingan itulah yang diinginkan anak.

Tidak ketinggalan kita juga diingatkan untuk selalu jujur dan tidak memelihara dendam. “Dendam-dendam terus nggak akan kelar. Kayak lingkaran setan nanti.” (hal 275).

~*~

Giveaway Time


Alhamdulillah saya diberi kesempatan sebagai pembuka dari rangkaian Blog Tour “No Place Like Home” Kak Alma Aridatha. Kali ini Kak Alma dan Penerbit Icon akan membagikan satu novel No Place Like Home + tumbler bagi satu pemenang yang beruntung. Untuk syaratkan gampang banget.

1.      Memiliki alamat pengiriman di Indonesia.

2.      Follow media sosial kami :


-          Follow blog ini 
-          Twitter : @Ratnani_El_Kazuhana, @kinky_geek dan  @penerbit_ikon
-          Instagram: @kazuhana_el_ratna  @almaridatha dan @penerbitikon 

3.      Share info Giveaway ini di salah satu media sosial yang kalian miliki :

-          Jika lewat twitter, mention @Ratnani_El_Kazuhana@kinky_geek dan  @penerbit_ikon dengan hastag #NoPlaceLikeHome.
-          Jika lewat Instagram, repost/regran postingan info Giveaway yang saya posting dengan mention  @kazuhana_el_ratna @almaridatha dan @penerbitikon dengan hastag #NoPlaceLikeHome.

4.      Jawab pertanyaan berikut ini :

Kita tahu rumah adalah surga buat kita sendiri (dalam artian karena di sana tempat kita tumbuh kembang dan menyimpan banyak memori—baik suka atau duka) Dan seberapa jauh kita pergi, pastinya kita akan selalu merindukan suasan rumah kita.

Nah, apa yang  selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya. J


Jangan lupa tulis nama asli, akun Twitter/ IG, domisili, link share dan jawaban kamu.

5.      Giveaway berlangsung sejak hari ini 17-21 Mei 2017.

6.      Pengumuman insya Allah dilakukan 3 hari setelah giveaway selesai.
Semoga beruntung.  



Penampakan  hadiah bagi yang beruntung :) 




~~~~~~Winner~~~~~~

Saatnya menentukan siapa yang beruntung mendapatkan novel "No Place Like Home" karya Kak Alma Aridatha.

Sebelumnya terima kasih atas keikutsertaannya dalam giveway kali ini.  Dan saya memilih : 

Cahyati Rizky H 

Silahkan DM saya di akun Twitter ; Nama, Alamat lengkap dan Nomor Hp untuk pengiriman hadiah. 

Dan bagi yang belum beruntung tetap semangat. Masih ada kesempatan buat ikutan giveway di blog Kak Rizky Mirgawanti dan Kak Asri Rahayu MS