Thursday, 13 July 2017

[Resensi] Mengungkap Identitas Korban Penculikan

Dimuat di Singgalang, Minggu 18 Juni 2017

Judul               : Alex
Penulis             : Pierre Lemaitre
Penerjemah      : Mimma Sutisna
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, September 2016
Tebal               : 440 halaman
ISBN               : 978-602-03-3039-8
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdaltu Ulama, Jepara

Novel ini merupakan karya dari penulis Prancis yang konon mendapat sebutan sebagai master novel kriminal. Selain itu penulis juga sudah kerap mendapat penghargaan. Salah satunya adalah Prix Goncourt pada november 2013—sebuah pernghargaan bidang sastra yang paling pretisius di Prancis.  Dan novel Alex sendiri, merupakan novel yang memperoleh Crime Writer’s Assosiation Award pada 2013.

Kisahnya sendiri terpusat pada sosok Alex sesuai judul novel yang digunakan. Di mana Alex Prevost dikabarkan diculik. Anehnya ketika terjadi penculikan ini, ternyata tidak akan kabar dari teman atau saudara yang berusaha mencarinya. Seolah Alex ini hanya hidup sebatang kara. Dan kasus ini yang sempat disangka sebagai kejahatan seksual ternyata juga salah.

Penculik meski berkali-kali memanggil Alex dengan sebuta pelacur, dia sama sekali tidak berminat kepada Alex, bahkan ketika dia menyuruh Alex telanjang bulat. Satu hal yang dilakukan penculik adalah mengurung Alex dalam keadaan babak belur di gudang kosong. Di mana Alex dimasukkan dalam sebuah kandang. Apakah nantinya dia bisa bertahan atau mati karena rasa kelaparan, kehausan atau karena tikus-tikus yang berada di sekitarnya.

Di sisi lain Komandan Polisi Camille Verhoeven sama sekali tidak memiliki petunjuk. Penculikan itu benar-benar rapi dan tidak meninggalkan jejak.  Padahal Camille sadar kalau dia harus segera menemukan wanita itu.  Inilah tantangan yang harus bisa Camille ungkap kebenarannya. Meski sejatinya dia  kurang tertarik—tepatnya tidak ingin terlibat karena penculikan akan mengingatkannya pada mendiang istrinya yang meninggal karena diculik.

Penculikan merupakan tindak pidana yang amat unik, korbannya tidak terlihat di depan mata seperti dalam kasus pembunuhan (hal 51).  

Sampai sebuah titik terang ditemukan, tentang alasan di balik misi penculikan terjadi, Camille malah berhadapan pada sebuah kasus yang tidak terduga.  Si penculik yang ternyata Trarieux, si penculik meninggal dengan menjatuhkan diri dari jembatan (hal 108). Dan ketika Camille melihat foto gadis yang diculik, ternyata tak seorang pun yang mengenalnya. Camille benar-benar bingung.  Dan kebingungannya semakin bertambah, ketika akhirnya dia berhasil menemukan lokasi penculikan Alex—gadis yang diculik itu sudah menghilang.

Sebuah kasus yang menarik. Karena setelah itu Camille menyadari sesuatu. Bahwa gadis itu bukanlah gadis biasa. Karena disinyalir Trarieux, mencari Alex adalah untuk balas dendam karena dia kehilangan putranya setelah menjalin hubungan dengan Alex. Camille pun memulai penyelidikan lagi—tepatnya mengungkap jati diri Alex yang ternyata bukan nama asli.

Belum lagi saat berusaha mengungkapkan jati diri Alex, Camille menemukan mayat di apartemen yang pernah ditempati Alex dulu—yang kala itu memakai nama Nathalie Granger—dan mayat itu adalah putra Trarieux—Pascal. Di mana disinyalir Alex atau Nathalie inilah pembunuhnya. Dia memukul amat keras di bagian kepala, lalu setelah korban mati, dia menuangkan seliter asam ke tenggorakannya (hal 168).  Kasus itu seketika mengingatkan Camille dengan kasus lain yang sama persis.

Camille pun bertekad untuk mengungkap semuanya agar jelas. Namun baru beberapa langkah dia bergerak, pembunuhan dengan metode yang serupa kembali terjadi.

Sebuah novel yang menarik dan menegangkan. Pada setiap lembar kisah kita akan dibuat penasaran dengan sosok Alex, gadis cantik yang selalu suka memakai wig. Kita juga akan diajak menyelesaikan kasus dengan cara unik dari Camille. Bagaimana dia menyikapi setiap kejadian dan kemudian membuat  analisis dan kesimpulan.  Apakah benar Alex adalah pembunuh dan alasan apa hingga Alex melakukan semua itu, Camille memaparkannya dengan memikat.

Hanya saja dalam novel ini masih cukup banyak kesalahan tulis yang ditemukan. Namun lepas dari itu, novel ini patut dibaca. Di sini saya belajar bahwa dendam hanya akan merugikan diri sendiri. Dan  pola didikan orangtua pada anak akan mempengaruhi psikologi anak. Oleh karena itu anak harus diberi pelajaran yang baik bukan diselewengkan.


Srobyong, 14 Mei 2017 

No comments:

Post a Comment