Thursday 27 November 2014

[Cerpen] Janji Setia






Judul :Janji Setia
Kazuhana El Ratna Mida

Di bawah pohon sakura, kita sematkan kata cinta saling setia. Bersama saling percaya. Bahwa takdir pasti kan mempertemukan kita kembali, meski dinding pemisah yang menjulang tinggi. Ya, itulah harapan yang kita rencanakan dulu.

***

Aku kembali, bersama janji yang masih aku pegang hingga kini. Senang rasanya bisa menapaki sejarah cinta yang pernah kita ukir dalam balutan manis yang tak mungkin kulupa.

“Aku Kembali, Kai. Bersama janji yang kita buat dulu, di musim gugur membawa nestapa.”

Aku menatap pohon sakura yang kini lebat dengan bunganya, yang begitu mempesona. Semoga cinta kita pun sama seperti sakura, selalu rimbun dan makin membuncah, apalagi telah lama kita simpan rindu. Dan kini saatnya kita kembali beradu.

Dengan sabar aku duduk, sambil menunggu hadirmu yang menyapa, mengulurkan tangan untuk menapaki sejarah cerita baru. Ya, mari kita awali kisah yang sama seperti dulu.

“Daisuki desu,”[1] ucapmu kala itu. Di sini juga di bawah pohon yang menjadi saksi cinta. lalu kau tatap aku penuh mesrah.

“Aishiteru,”[2] ucapmu pasti.

Kau tahu betapa jantungku berdetak tak karuan kala itu. Aku melayang karena cintaku tak pernah bertepuk sebelah tangan.

Dengan malu aku mengiyakan ajakanmu, memulai babak baru. Bukan sebagai sahabat, namun sepasang kekasih baru.

Tahukah kau itu adalah hari yang paling indah dalam memoriku. Terima kasih Kaito.

Kenanganmu tak akan pudar meski waktu berputar. Karena kau teramat istimewa.

Kaito dan Ryoko, kita pasangan sejati saling menyayangi. Aku rindu sungguh ingin bertemu.

Tepukan halus, menyadarkan aku dari lamunan. Kutatap mata sipit itu yang kini menatap penuh kasih. Dua mati saling pandang menyimpan sejuta rindu yang lama tak beradu.

Tak banyak kata yang kita ucap hanya lewat hati kita berbagi. Ah rasanya. Kemarau panjang yang dulu meradang kini telah kikis, dengan disiramnya hujan bernama cinta.

Kau peluk aku dengan segenap jiwa.

“Doijobu desu?”[3] tanyanya halus ditelinga.

Aku mengangguk dengan senyum mengembang. Kaito meraih tanganku dan digenggam erat. Hari, ini kau mau mengajakku ke suatu tempat yang indah, katamu aku kan suka.

Benar, kau tidak bohong, aku sumigrah. Melihat keindahan yang kau tunjukkan. Kau selalu tahu tempat yang terbaik. Satu lagi origami yang dibuat special hanya untukku. Ah, bahagia sekali.

“Arigatou,”[4] ucapku penuh haru.

Kaito tersenyum dan mengecup lembut keningku. Lagi, dia membuat aku semakin grogi.

“Ryoko! Sudah saatnya kita pulang,” suara itu mengejutkan aku. Buyar sudah lamunan dalam kisah beberapa tahun silam.

Sekali lagi kutatap pohon sakura itu sebelum pergi dengan Nami—adik Kaito.

Dua tahun, berlalu dan aku masih rindu. Rindu kau yang telah pergi mendahuluiku. Padahal aku tahu, janji itu telah pergi sejak dulu. Tapi aku masih rindu. Hingga aku tetap datang sesuai perjanjian dulu. Izinkan aku mengenang kisah kita di sini, di bawah pohon sakura yang menjadi saksi bisu, awal mula cerita kita beradu.

Srobyong, 25 November 2014

Ket :
[1] Daisuki desu : aku menyukaimu
[2] Aishiteru : aku cinta padamu
[3]Doijobu desu: kau baik-baik saja,kan?
[4]Arigatou : terima kasih

[Cerpen Horor] Kejutan Sepulang Kerja




Judul :Kejutan Sepulang Kerja
Genre : Horor
Oleh :Kazuhana El Ratna Mida/ Ratna Hana Matsura

Aku melirik jam dinding toko tempat kerja. Sudah jam sepuluh malam ternyata. Segera deh bergegas pulang. Mentang–mentang rumahku dekat, hampir setiap hari selalu dapat jatah lembur dan pulang larut malam.

Memang nasib. Pulang selarut ini sendirian menapaki gang kecil yang selalu gelap gulita. Tapi ya, sudahlah.

Segera aku raih jaket dan kurekatkan erat pada tubuh ini. Dingin! Maklum musim hujan sudah mulai menyapa.

“Sudah mau pulang, Na?” tanya bosku—Mbak Indah yang masih menghitung berdiam di ruang kasir.

“Iya, Mbak. Aku duluan, sudah larut soalnya. Dan hari ini aku tak dapat jemputan,” ucapku nyengir.

“Oke, deh. Hati-hati di jalan,” pesannya.

Kalau masalah hati-hati, aku sudah sangat teliti. Maklum memang tipe seorang yang tidak grusa-grusu.

Kulangkahkan kaki mulai menapaki malam sendiri. udara dingin sangat menusuk sukma. Malam ini dinginnya luar biasa. Aku semakin merekatkan jaket. Hujan yang turun tadi, meninggalkan jejak yang masih tersisa di sini. becek. Banyak petilasan air yang menggenang di sana-sini.

Aku jadi, harus super lambat untuk menghindari lubang itu, kalau tidak ingin terjerembab. Tumben sekali, jalan-jalan terlihat sepi. Biasanya banyak pemuda-pemudi yang nongkrong ngobrol sana-sini.

Peduli amat. Itu malah membuat aku sedikit lega, karena tak ada yang menggoda tiap melewati jalan itu.

****

 “Na! Baru pulang?” suara yang aku kenal membuatku menghentikan langkah. Aku berbalik melihat sosok suara berasal.

“Iya, Mbak. Tadi lembur soalnya,” jelasku dengan riang.

“Lho, Mbak Ros sendiri dari mana?Kkok tumben keliaran sendiri di sini?” tanyaku bingung. Tumben setahuku dia itu cewek penakut yang suka mengurung diri.

“hehehe, aku mencari udara segar saja,” jelasnya dengan senyam-senyum.

“Terus sudah dapat angin segar belum?” tanyaku menggoda.

“Pastinya sudah, makanya ini aku mau pulang, eh malah lihat kamu,”lagi-lagi dia memamerkan senyum manisnya.

“Okelah, kalau gitu kita pulang bareng. Toh rumah kita berdempetan,” ucapku senang. Hitung-hitung ada teman perjalanan. Sebentar lagi kami akan memasuki gang kecil menuju rumah. di sana terkenal angker dengan segala mitos yang ada.

Kadang aku harus berperang melawan takut juga jika terpaksa pulang sendirian. Untung malam ini aku bertemu Mbak Ros. Jadi paling tidak bisa sedikit melegakan hati. kalaupun ada hantu kan bisa lari berdua.

Dalam perjalanan kami mengobrol sana-sini. Entah tentang pendidikan atau pekerjaan. Aku kadang iri dengan dia yang begitu berkecukupan. Setelah lulus SMA bisa langsung masuk kuliah. Beda dengan aku, mesti kerja dulu, mengumpulkan tabungan baru bisa sekolah. Ya, aku rencana baru mau kuliah tahun depan. Mumpung bertemu jadi sekalian tanya-tanya.

“Jadi, kamu mau kuliah nih ceritanya?” tanyanya dengan ramah.

“Iya, Mbak. Ibu juga sudah mengizinkan. Mbak Indah juga boleh. Bisa kerja sambil kuliah, jadi kenapa tidak aku coba,” aku menjelaskan.

“Oke, nanti kalau sudah ada info aku kabari ya,” ucap mbak Ros.

***

Dari tadi berjalan, rasanya lama sekali. Padahal biasanya lima belas menit aku bisa sampai rumah. Tapi kenapa kali ini berbeda? Aku mengernyitkan kening. Kulirik jam tangan. Sudah jam sebelas? Apa tidak salah? atau jamnya mati. Entahlah aku lupa. Seingatku tadi di toko masih menyala.

“Kenapa, Na? kok pucat gitu,” tepukan halus mbak Ros cukup mengagetkan aku.

“Ngak mbak, cuma aneh saja. Jam tanganku masak iya mati? Aku pulang dari toko kan jam sepuluh, tapi jamku sekarang sudah jam sebelas. Tidak mungkinkan kita berjalan satu jam lamanya hanya untuk sampai rumah?” tanyaku bingung.

“Jam kamu mati mungkin, Na,” ucapnya ikut memperhatikan jamtanganku.

“Ya, sudah. Ayo lanjutkan perjalanan lagi,” ucapku kembali ceria. Melangkan kaki dengan riang.

**** “Na! Kamu mau ke mana?” aku kembali mendengar suara yang tak asing di telinga. Malam ini kenapa banyak kebetulan yang terjadi,ya?

“Lho, Mas Fatih? Katanya tidak bisa menjemput aku?” tanyaku bingung.

“Mas juga baru pulang, Na. Kamu ngapain keluyuran ke sini malam-malam sendirian?” tanya mas Fatih.

“Aku ngak sendirian kali, Mas. Aku bareng mbak Ros, tuh orangnya,” aku menuding ke arah tadi mbak Ros berdiri. Kok tidak ada? Aku yakin tadi dia di sana.

“Jangan ngawur deh kamu, Na. Mbak Ros sedang menginap Semarang. Masak kamu lupa?” benar juga. Aku baru ingat, lalu siapa yang sedari tadi bersamaku? Aku merinding.

“Dan lagi apakah kamu lupa jalan pulang ke rumah?” Mas Fatih menatapku.

“Maksud, Mas, apa sih. Aku tidak mengerti. Bukankah setelah belokan ini kita akan sampai rumah?” aku masih berdebat dengannya.

“Na, lihat dengan jelas, apa yang ada di belakangmu deh. Kenapa sih dengan penglihatanmu?” Mas Fatih menyuruhku berbalik.

Dan kulihat berjejer makam tepat dihadapanku. Aku mundur beberapa langakah. kugenggam erat tangan Mas Fatih.

“Lho, kok aku bisa di sini, Mas?” tanyaku tidak paham.

“Mana Mas tahu. Tadi aku ke toko, katanya kamu sudah pulang. Aku tunggu dipertigaan tidak muncul juga. Aku kan jadi cemas, adik Mas ini ke mana malam-malam?” ucapnya panjang lebar.

Aku memantung, melihat mbak Ros yang ini melambai padaku. Bukan dengan sosok sebagai mbal Ros, tapi sosok asli. Nyaring suara tawnya berbunyi. Aku memeluk erat punggung Mas Fatih.

“Ayo, Mas. Pulang sekarang!” ucapku dengan ngeri. Baru aku ingat ini malam jumaat. Malam para demit berkeliaran di mana-mana.
Ini namanya kejutan sepulang kerja bisa ngobrol bareng sama mbak kunti.

“Hihihihihi.”

---The End---
Srobyong, 24 November 2014.

[Horkom] Sakitnya Tuh Di sini






Judul :Sakitnya Tuh Di sini

Oleh :Kazuhana El Ratna Mida/ Ratna Hana Matsura.

Aku duduk di ruang keluarga, dengan menikmati tayangan Televisi, yang hanya ditemani deru angin yang menerpa diri. Ya, malam ini aku terjebak sendirian di sini. Salahku juga sih, menolak ikut ayah dan ibu ke Bandung.

Mau bagaimana lagi, tadi ada kegiatan di sekolah yang menuntutku pulang lebih sore dari biasa. Aku tidak bisa meninggalkan amanah yang aku miliki. Sudahlah, sekali-sekali di rumah sendiri juga tidak apa-apa. Aku malah bebas sesuka hati.

Tapi baru aku ingat malam ini bertepatan dengan jumat kliwon, yang identik dengan keluarnya para demit yang sering berkeliaran di sekitar rumah ini. Maklumlah rumahku kan dekat pemakaman. Jadi rumahku kadang dijadikan persinggahan.

Masih di depan TV, sambil menikmati kopi kutatap layar melihat aksi Lee Min Hoo yang tengah memerankan perannya dengan apik . Aku jadi semakin terbius akan pesonanya. Aku tertawa terbahak melihat kelakuan konyolnya dalam menjaga Kim Nana.

“Lucu sekali,” ucapku sambil memegang perut.

“Iya, aku jadi tidak bisa menahan tawa,” ucap seseorang di sampingku dia tertawa khas legenda yang dimiliki.

Deg!

Jantungku berirama tak menentu. Aku kan di rumah sendirian lalu siapa yang berada di sampingku sekarang? Kutatap secara perlahan saat  memalingkan muka.

“Hi-hi-hi-hi,” dia tertawa menatapku.

“Maaf ya, aku masuh tidak permisi. Siapa suruh kau tidak mengunci rumahmu sendiri,” dia kembali tersenyum ngeri.

“Hi-hi-hi-hi,”

“Sudah-sudah kau jangan ketawa Mbak Kunti, bikin merinding saja,” aku memukul pundaknya. Seenaknya saja dia masuk ke rumah. Dia nyengir kuda.

Kami pun melanjutkan acara nonton drama Korea. Namun suara loncat-loncat mengusik keasyikan kami—ternyata Kang Pocong datang dengan marah-marah.

“Jadi, karena ini kamu mutusin aku Kunti? Jahat kamu. Tega!” runtuk Kang Pocong. Dia menatap acara yang kami lihat ini.

Segera Kang Pocong membanting TV yang sejatinya baru dibeli.

“Kurang ajar, kau membuat aku patah hati,” marahnya.

Plak! Pukulan manis medarat di wajah Kang Pocong yang terlihat separuh.

“Bodoh siapa juga yang mau mutusin kamu, aku itu cuma menemani Naila yang sendirian di rumah, kasihan,’kan? Nonton bareng gitu,” Mbak Kunti menjelaskan. Kini dia menggelayuti Kang Pocong dengan manja.

“Jadi, aku salah ya?” Kang Pocong-garuk-garuk kepalanya yang sudah terbungkus kain kafan.

"Iya, atuh, Kang," mbak Kunti terseyum genit.

“Yuk sekarang kita kencan saja, TVnya sudah hancur tak ada tontonan,” ajak Mbak Kunti.

Aku menatap melongo. Dua hantu bertengkar hebat, gegara salah paham, lalu berbaikan bermesraan manja di depanku. Menyebalkan sekali, aku aja yang manusia, tak punya pasangan, dan TV yang kujadikan teman pun dihancurkan. Sakitnya tuh di dini. Nunjuk hati.


---The End---
Srobyong, 22 November 2014.

Friday 21 November 2014

PENGUMUMAN JUARA EVENT HORROR & FABEL

Horror & Fabel




PENGUMUMAN JUARA EVENT HORROR & FABEL
Harga Penulis: Rp 43,000,- (belum ongkir)
Harga Umum: Rp 46,000,- (belum ongkir)
HARGA PREE ORDER RP: Rp 41,000,- (belum ongkir) SAMPAI TANGGAL 30 NOVEMBER 2014.
Untuk pemesanan silakan inbok FP 2A Dream Publishing: SUBJEK: H&B-Jumlah-Nama+Alamat Lengkap+No.HP
~**~
Assalamualaikum wr.wb
Langsung saja pengumuman juara dan harga PREE ORDER BUKU.
Juara Horror:
Juara 1: Arial Ratih
Juara 2: Arieska Arief
Juara 3: Kazuhana El Ratna Mida

Juara Fabel:
1. Kucing dalam Karung
2. Jaring Lengket Speedy
3. Chiky, Hoppi dan Kandang Tingkat
Kepada juara Horror dan Fabel silakan inbok FP: 2A Dream Publishing
Wassalamualaikum wr.wb dan semangat berkarya
Salam Perubahan untuk Kebaikan


Anung D’Lizta

21 November 2014

Wednesday 19 November 2014

Antologi ke 13 "Aku dan Ibu Tirikku"


Kaifa Publishing, Juli 2014

Sertifikat 

 

Antologi ke 12 "Pertemuan Kita 2"

 

Penerbit Mafaza, Juli_Agustus 2014 

Sertifikat 

 

Antologi ke 11 "Cahaya Ramadhan"

Penerbit Mafaza,  Juli - Agustus 2014

Sertifikat



Antologi ke 10 "Bertahan Demi Cinta"

Antologi ke 9 "Teriakan Pilpres 2014"


Goresan Pena Publishing, 2014
SErtifikat



Antologi ke 8 "Pada Negeri Aku Berpuisi"


Goresan Pena Publishing, Juli 2014

 Sertifikat



[Buku] Manajemen Hati Madrasah Jiwa Part 5 "Manfaat Madrasah Jiwa"




BAB 5
MANFAAT MADRASAH JIWA

A.    Akhlak-akhlak Mulia (makarimul akhlaq)
Allah SWT berfirman:
Bersikap pemaaflah engkau dan suluruhlah orang lain melakukan kebaikan serta jangan hiraukan orang-orang bodoh. (QS al-A’raf[7]:199) 
        Maksud ayat tersebut adalah hendaklah engkau mengampuni orang yang berbuat zalim kepadamu, demawan kepada orang yang kikir kepadamu dan sambunglah silaturrahmi dengan orang yang memutuskan kepadamu, tidak menghiraukan perbuatan tidak baik dari orang yang bodoh dan berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu.
        Nabi Muhammad saw, diutus untuk memberi teladan akhlak mulia. Beliau berkata, “ Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak tahu.”
        Di antara akhlak mulia adalah menebar salam, member makan, silaturrahmi, dan shalat di waktu malam di saat orang-orang sedang tidur, meraih berbagai kemuliaan dengan menjauhi perkara-perkara yang di haramkan. Akhla-akhlak mulia adalah bagian dari amalan ahli surga yang dapat dilihat indikasinya dari ucapan lembut diikuti dengan tindakan mulia. Termasuk akhlak mulia adalah membalas budi orang lain dengan balasan yang lebih besar.[64]
        Akhlak mulia tidak pernah menghalang dirimu berbuat kebajikan. Akhlak mulia juga tudak sombong. Belajarlah melupakan kesalahan teman,dan punya sifat pemaaf, segeralah penuhi kebutuhan mereka, dan bantulah orang yang memerlukan bantuan.


B.     Syukur dan Bahagia
        Pengetahuan yang mendorong melakukan syukur adalah mengetahui bahwa seluruh nikmat hanya datang dari Allah. Syukur bagian dari iman kepada Allah, Allah berfirman:
        Nikmat apa saja ada pada kamu, semata-mata dari Allah. (QS an Nahl[6]:53)
        Syukur wajib bagi orang yang mendapat nikmat sebagai wujud iman. Kondisi yang mendorongnya adalah kegembiraan dan suka cita terhadap nikmat-nikmat Allah. Kegembiraan tersebut merupakan manifestasi syukur itu sendiri, karena hanya diperuntukkan bagi substansi-Nya. Syukur merupakan buah dari iman.
        Amal syukur diciptakan bagi Zat-Nya dan yang lain-Nya. Jika syukur dimaksudkan bagi Zat-Nya, maka amal dengan menggunakan nikmat yang diciptakan merupakan bagian dari kesempurnaan hikmah. Namun jika ada konflik syukur dagi lain-Nya, fungsinya untuk menjaga nikmat yang ada dan sebagai bekal dari nikmat tersebut. Secara utuh rasa syukur adalah menggunakan nikmat yang di berikan Allah secara seimbang. Orang yang meletakkan nikmat sesuai dengan situasi dan kondisinya, maka ia tergolong bijaksana. Baik secara ilmiah maupun amaliah, meletakkan sesuatu menurut porsinya adalah hikmah itu sendiri.[65]
C.    Ridha
Al-Harits berkata,”Ridha adalah tenteramnya hati di bawah alur ketentuan Allah.”Dzun-Nun al-Mishri berkata,”Ridha adalah bahagianya hati terhadap pahitnya qadha.”
        Rasulullah saw. bersabda:
        “Orang yang akan merasakan nikmat iman adalah orang yang ridha Allah sebagai Tuhan. Sesungguhnya Allah, dengan hikmah-Nya, Dia menjadikan ruh dalam keadaan ridha dan yakin serta menjadikan rasa bingung dan gelisah dalam keraguan dan marah.”
        Syaikh al-Junaidi berkata, “ridha adalah absahnya ilmu yang menyambung kepada hati. Jika hati telah berkait langsung dengan hakikat ilmu, maka ia akan membawanya kepada ridha.”
        Ridha dan mahabbah tidak seperti rasa takut dan optimis. Sebad, keduanya merupakan situasi yang tidak dapat dipisahkan dari seorang hamba di dunia dan di akhirat. Hal ini dikarenakan di surge sekalipun, seorang tidak bisa lepas dari ridha dan mahabbah.
        Ibn Atha berkata, “Ridha adalah tenangnya hati atas qadimnya pilihan Allah untuk seseorang dengan satu keyakinan bahwa apa yang dipilih oleh-Nya adalah yang terbaik baginya. Ridho itu sendiri terkadang meninggalkan rasa menggerutu.”
        Abu Turab berkata, “ridha tidak dapat diraih oleh hati yang ada kadar tertentu dan keterkaitan dengan dunia.”
        Siqthi Siri berkata, “Ada lima perkara yang termasuk akhlak para muqorrobin:[66]
1)      Ridha pada Allah terhadap perkara yang menyenangkan atau menyebalkan.
2)      Mengupayakan cinta kepada Allah.
3)      Malu karena Allah.
4)      Merasa tenteram bersama Allah.
5)      Merasa mencekam bersama dengan selain Allah.
        Al-Fudhail berkata,”Ridha adalah seseorang yang tidak berangan-angan melebihi kedudukannya.”
D.    Optimis ,Cinta, dan Lapang Jiwa
Pengetahuan yang menorong optimis adalah menelaah sifat-sifat qodim yang melahirkan segala hal yang buruk, rahasia, manfaat, dan bahaya. Orang yang mengenal sifat-sifat-Nya, dirinya akan takut dan penuh hara (optimis). Inilah pengertian optimis terhadap Zat Allah. Suatu kebaikan tidak perlu di harap-harap, suatu keburukan tidak bisa di hindari. Allah member keutamaan kepada siapapun. Dan dengan rasa optimis, orang yang di naungi oleh rasa takut akan terhindar dari keputusasaan.
Adapun optimis terhadap bukan Zat Allah adalah optimis yang makin memberi dorongan untuk memper banyak taat. Jika rasa optimis tidak mendorong untuk banyak taat, maka hal itu adalah tamanni. Hakikat optimis adalah lapang dan riang hati dalam menanti apa yang di inginkan sementara sebab-sebab pendukungnya telah terpenuhi.[67]
Sedangkan rughbah dominasi keriangan dan kelapangan dalam hati orang yang penuh harap sehingga seolah-olah dirinya menyaksi secara kasat mata terhadap apa yang dicita-citakannya. Rughbah merupakan kesempurnaan dan puncak dari hakikat optimis. 
Terakhir al-basath,yaitu lapang jiwa dan terbukanya jalan hidayah dengan ruh optimisme. 
E.     Takut, Menyasal, Rindu, Khusyuk, Wara’
Ketahuilah, ilmu khauf adalah telaah terhadap sifat-sifat uluhiah dan kaitannya dengan proses pendekatan dan penjauhan, proses kebahagiaan dan bencana, tanpa adanya perantara dan yang mendahului. Inilah khauf yang diarahkan kepada Zat Allah. Khauf  sangat bermanfaat bagi orang yang merasa banyak melakukan amal baik dirinya merasa tenteram dan aman dari maker Allah. Adapun khauf (cemas) kepada bukan Zat Allah ada dua bagian:
Pertama,cemas akan sinarnya nikmat.
Kedua, cemas terhadap hukuman-hukuman yang di timbulkan sebagai akibat dari tindak penyelewengan.
Kadar wajib khauf (cemas) adalah suatu kecemasan yang mendorong untuk meninggalkan perbuatan yang di larang dan melakukan perbuatan yang wajib. Adapun kondisi khauf adalah gelisah hati dan gundah gulana karena khawatir terperosok kepada perkara yang di benci atau takut kehilangan.
Jika gelisah dan gundah tersebut merupakan dua perbuatan terpuji, maka hukumnya berbeda pada posisi wajib dan dianjurkan. Jika keduanya makruh, maka hukum keduanya berada pada posisi haram dan makruh. 
Adapun al-qadh (perasaan merana) kadang-kadang muncul dalam hati dan sebabnya dapat terbaca dan diketahui. Hukum merana ini sama dengan hukum merasa sedih. Adapun jika sebab tidak diketahui, maka perasaan merana tadi merupakan siksa bagi orang-orang punya keinginan, karena mereka bersikap terlalu, sehingga jauh dari keseimbangan. 
Pengertian al-isyfaq(khawatir) adalah manunggalnya rasa takut dengan optimis secara seimbang. Sedangkat hakikat khusuk adalah atenang hati dan anggota badan tanpa gerak karena hati menyaksikan suatu keagungan dan maha mengejutkan. Adapun wara’, hakikatnya adalah menjahui sesuatu karena khawatir bahayanya. 
F.      Merasa Dekat Dengan Allah
Syu’aul-Bashirah (sinar mata batin) menampakkan kepadamu kedekatan-Nya dari mu. ‘Ainul-Bashirah (penyaksian mata batin) menampakkan kepadamu ketiadaanmu lantaran wujud-Nya. Sedangkan  Haqqul-Bashirah (mata batin hakiki) menampakkan kapadamu wujud-Nya, bukan ketiadaanmu dan bukan pula wujudmu. ( Ibnu ‘Atha’illah)[68]
Seseorang tidak akan melakukan suatu kebaikan, kecuali di dalam jiwanya terdapat kebaikan yang mendorongnya melakukan kebaikan tersebut. Karena kebaikan selalu melahirkan kebaikan yang lain, sebagaimana kejahatan juga melahirkan kejahatan yang lain. Demikian halnya ketaatan, di saat seseorang melakukan ketaatan, maka aka nada ketaatan lainnya.[69]
Perasaan dekat kepada Allah akan kita rasakan jika kita selalu rajin berdoa dan berserah diri pada-Nya, perasaan kita yang selalu bersandar hanya pada-Nya. Ketika jiwa ini suci, kedekatan dengan Allah seolah bisa kita rasakan, bahkan kita seperti bersama bertatap langsung dengan-Nya dalam sujud malam.




       



















DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, Fatikh, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakal, & Ikhlas,Bekasi: Al-Maghfirah, 2011

Al-Balali, Abdul Hamid, Manhajut Taabi’in fi Tarbiyatin-Nufuus, terj. Atik Fikri Ilyas”Madrasah Pendidikan Jiwa”, Jakarta: Gema Insani, 2003.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin,terj. Prof.TK.H. Ismail Ya’kub SH.MA, “IhyaAl-Ghazali”,Semarang: CV Faizan 1979.

Al-Ghazali, Raudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana S.Ag., M.Ag “Membawa Hati Menuju Ilahi: Rahasia Hidup Selamat Sampai Akhirat”, Bandung: Pustaka Hidayah, 2009

Al-Hamid, Habib Idrus, Keajaiban Shalat Tahajud, Surabaya: Pustaka Media, 2009.

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad, Muktaarul Ahaadits, terj. K.H.Moch.Anwar “Hadits-Hadits Pilihan Dan Penjelasannya”, Bandung: Sinar Biru Algesindo, 2008.

Al-Kumayi, Sulaiman, Cahaya Hati Penentram Jiwa, Semarang: Pustaka Nuun, 2005.

Bahresi, Salim, Irsyadul Ibad Iltasabilirrasyad, Surabaya: Darussagaf, n.nt.

Departemen Agama RI,Al-Qir’an Dan Terjemah, Bandung: CV Diponegoro, n.nt.

Faris, Muhammad Abdul Qadir Abu, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi” Menyucikan Jiwa”, Jakarta: Gema Insani, 2005.

Ghafur, Waryono Abdu’, Srategi Qur’ani, Yogyakarta: Belukar, 2004.
Imam Ibnu Qayyim, Al-Fawaaid, terj.Nabhani Idris “Pesan-Pesan Spiritual Ibnu Qayyim”,Jakarta: Gema Insani, 2004.

Imam Nawawi, Riyadhush Shalikhin, terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrahim”Ringkasan Riyadhush Shalikhin”, Bandung: Irsyad Baitussalam, 2012.
Sholikin, Muhammada, Tasawuf Aktual Menuji Insan Kamil, Semarang: Pustaka Nuun, 2004.

 Ustadz Imam Wahyudi Lc., http://almanhaj.or.id/content/3677/slash/0/mutiara-introspeksi-diri/, di unduh tanggal 31 januari 2014.




























DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Ratnani latifah, lahir di Jepara, 11 November. Pendidikan  dari Mts dan MA di tempuh di Hasyim Asy’ari Bangsri, Memiliki hobi membaca, menulis, mengambar, menyanyi dan mendengarkan music, minat menulis yang menggebu mulai muncul ketika berada di bangku kelas 2 Mts. Bermula dari hobi membaca novel-novel dan manga, mulailah menulis coretan-coretan puisi dan cerpen hanya sekedar untuk berlatih yang kemudian menjadi bacaan rutin dari teman-teman sekelas.
Sempat berhenti menulis karena sibuk ujian kelas tiga Mts, namun pada semester awal di Aliyah, kembali menekuni hobi menulis itu hingga sekarang meskipun belum membuat sebuah karya yang hebat, tetap berjuang untuk menulis terus demi kepuasan batin. Demi untuk menikmati esensi menulis yang bisa bebas bermain kata mengolah imajinasi dalam deretan panjang sebuah kisah. Ini adalah salah satu karya perdana yang dipublikasikan karena sebuah tugas mengarang dari Bapak Drs.Maswan MM, selaku dosen di Unisnu yang mengampu mata kuliah tehnik penulisan kary tulis ilmiah
Saat ini masih belajar di Universitas Islam Nahdhotul Ulama Jepara mengambil fakultas Tabiyah dan Keguruan, sekarang masih ingin mengembangkan  dan belajar bagaimana untuk bisa menulis dengan baik dan benar, masih membutuhkan saran dan kritik jika ada kesalahan. Bisa dihubungi di akun Fb Ratna Hana Matsura.


[1] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal. 74.
[2] Ibid, hal.77.
[3] Sulaiman Al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, cet.1, ( Semarang:Pustaka Nuun, 2005), hal.2.
[4] Ibid, hal. 3.
[5] Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin jilid 4, terj.Prof.TK. H. Ismail Ya’kub SH.,MA.”Ihya Al Ghazali”, (Semarang:C.V.Faizin, 1979), hal.12.
[6] Departeman Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung, C.V.Diponegoro, n.th), hal. 276. Maksudnya: karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima tuhan.
               
[7] Ibid, 467.
[8] Salim Bahresi, Irsyadul ‘Ibad Ilasabilirrasyad, (Surabaya:Darussagaf, n.nt), hal.785-786.
[9] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.14.
[10] Sulaiman Al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, cet.1, ( Semarang:Pustaka Nuun, 2005), hal.79.
[11] Departeman Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, (Bandung:C.V.Diponegoro, n.th), hal.476-477.
[12] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.13.
[13] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal. 74.
77. [13] Ibid, hal.
[14] Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin jilid 4, terj.Prof.TK. H. Ismail Ya’kub SH.,MA.”Ihya Al Ghazali”, (Semarang:C.V.Faizin, 1979), hal. 123.
[15] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.23.
[16] Ibid, hal.21.
[17] Ibid, hal.21.
[18] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaaadiits, terj. K.H.Moch.Anwar “Hadits-Hadits pilihan Dan Penjelasannya”, cet.9 (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2008), hal.776.
[19] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.19.
[20] Ibid,
[21] Ibid,hal. 18
[22] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal.142-143.
[23] Abdul Hamid Al-Balali, Opcit, hal.26.
[24] Fathia, Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakkal, & Ikhlas, ( Bekasi:Al-Maghfiroh, 2011), hal.127.
[25] Ibid, hal. 129.
[26] Imam Nawawi, riyadhush Shalihin, terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrahim “Ringkasan riyadhush Shalihin”, cet. 11, (Bandung:Irsyad Baitus Salam, 2012), hal. 33.
[27] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005), hal.21.
[28] Fathia, Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakkal, & Ikhlas, ( Bekasi:Al-Maghfiroh, 2011), hal.171-172.
[29] Waryono Abdul Ghafur, M.Ag, Strategi Qurani, (Yogyakarta: Belukar, 2004) hal. 14.
[30]  Ibid,
[31] Ibid,hal. 17.
[32] bid,hal. 17-18.
[33] Imam Nawawi, riyadhush Shalihin, terj. Abu Khodijah Ibnu Abdurrahim “Ringkasan riyadhush Shalihin”, cet. 11, (Bandung:Irsyad Baitus Salam, 2012), hal.49.
[34] Fathia, Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’, Tawakkal, & Ikhlas, ( Bekasi:Al-Maghfiroh, 2011), hal. 77-79.
[35] Ibid, hal.80-81.
[36]Ustadz Imam Wahyudi Lc., http://almanhaj.or.id/content/3677/slash/0/mutiara-introspeksi-diri/, di unduh tanggal 31 januari 2014.
[37] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003), hal.78.
[38] Ibid, hal. 79.
[39] Ibid, hal. 84.
[40] Imam Ibnu Qayyim, Al-Fawaid, terj. Nabhani Idris, “Pesan-pesan Spiritual Ibnu Qayyim”, cet. 2, ( Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 46-47.
[41] Ibid, hal.47-48.
[42] Sulaiman Al-Kumayi, Cahaya Hati Penentram Jiwa, cet.1, ( Semarang:Pustaka Nuun, 2005),hal. 71-72.
[43] Ibid, hal. 72.
[44] ibid, hal. 73-74.
[45] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003),hal. 88.
[46] Al-Ghazali, Rhaudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana, S.Ag.,M.Ag.”Membawa Hati Menuju Ilahi”, cet.1(Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal. 95.
[47] Abdul Hamid Al-Balali, Manhajut Taabi’in Fi Tarbiyah Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas” Madrasah PendidikanJiwa”, (Jakarta:Gema Insani, 2003),hal.89.
[48] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.81.
[49] Ibid, hal.81.
[50] Ibid, hal.113.                                                    
[51] Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, (Semarang: Pustaka Nuun, 2004), hal.213.
[52] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal. 121.
[53] Habib Idrus AL-Hamidi, S.Ag, M.Si, Keajaiban Shalat Tahajud, (Surabaya: Pustaka Media, 2009), hal. 9.
[54] Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, (Semarang: Pustaka Nuun, 2004), hal.219-220
[55] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.149-150.
[56] Ibid, hal. 184.
[57] Ibid, hal. 188-190.
[58] Ibid, hal. 206.
[59] Imam Ibnu Qayyim, Al-Fawaid, terj. Nabhani Idris, “Pesan-pesan Spiritual Ibnu Qayyim”, cet. 2, ( Jakarta: Gema Insani, 2004), hal.85.

[60] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.214-217.
[61] Ibid, hal. 242.
[62] Fathia Akhyar, dkk, Mencari Berkah Dari Tawadhu’  Tawakal & Ikhlas , (Bekasi: Al-Maghfiroh, n.t) , hal.46-49.
[63] Dr. Muhammada Abdul Qadir Abu Faris, Tazkiyatun Nafs, terj. Habiburrahman Saerozi “ Menyucikan Jiwa”, ( Jakarta:Geman Insani, 2005),hal.280.
[64] Al-Ghazali, Raudhah ath-Thalibin wa Umdah as-Salikin, terj. Ija Suntana” Membawa Hati Menuju Ilahi: Rahasia Hidup Selamat Sampai Akhirat”, (Bandung:Pustaka Hidayah, 2009), hal.215.
[65] Ibid, hal.196-197.
[66] Ibid, hal. 204
[67] Ibid, hal
[68] Sulaiman Al-Kumayi, Syarah Al-Hikam:Cahaya Hati Penentram Jiwa, (Semarang: Pustaka Nuun, 2005), hal.229.
[69] Abdul Al-Balali, Manhajut Taabi’in fi Tarbiyah-Nufuus, terj.Atik Fikri Ilyas “Madrasah Pendidiksn Jiwa”, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003.), hal.160.