Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 16 Juni 2017
Judul : Mata Batin Gus Dur
Penulis : Imam Anshori Saleh
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : xxxiii + 203 halaman
ISBN :
978-602-03-3896-5
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
Sebagaimana yang termaktub dalam
kata pengantar buku ini, penulis memaparkan bahwa saat ini sudah banyak sekali
buku yang membahas tentang sosok KH. Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan
sebutan Gus Dur. Di mulai dari pemikiran-pemikiran Gus Dur, hingga humornya.
Semua mencoba menghadirkan sosok Gus Dur yang berwajah banyak. Sebagai pemimpin
formal dan informal, keduanya sama-sama menarik untuk disimak (hal xxix).
Memang Gus Dur adalah sosok yang
kaya akan ilmu dan pengalaman. Ilmu agama, analisis ekonomi dan pemahaman
sejarahnya sangat mengagumkan. Jika diibaratkan Gus Dur itu bagai sumur yang
dalam, diambil dan dikuras airnya seberapa pun banyak, air tak akan habis. Oleh karena itu agar semakin lengkap, penulis
mencoba menguraikan cerita-cerita unik selama bersama Gus Dur—mengingat bisa
dikatakan bahwa penulis memang cukup dekat dengan Gus Dur ketika masih
hidup. Di mana kisah-kisahnya ini memang
tidak banyak yang mengetahui.
Kenapa dibilang unik? Karena buku
ini seolah mengungkap tentang hal-hal yang mungkin tidak terlalu kita
perhatikan ketika berinteraksi dengan Gus Dur. Yaitu tentang Gus Dur yang
memiliki daya linuwih—bisa memprediksi sesuatu, weruh sak durunge
winarah.
Dalam kisah pertama, penulis
menceritakan tentang Gus Dur yang kala itu menjadi pembicara dalam sebuah
seminar HIIPIIS—Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial. Tapi
saat seminar berlangsung dan satu persatu pembicara mulai diskusi, Gus Dur
malah tengah tertidur dengan lelap. Hal itu tentu saja membuat Imam khawatir,
apakah nanti Gus Dur bisa mengimbangai dari apa yang sudah dipaparkan pembicara
lain. Namun yang mengejutkan, ketika
akhirnya Gus Dur mendapat giliran tampil, Gus Dur tetap memberikan jawaban yang
tenang dan tenteram bisa mengimbangi pembicara sebelumnya (hal 11).
Kisah lainnya adalah bagaimana Gus
Dur bisa memandu perjalanan padahal dia tertidur. Penulis—Imam menuturkan, bahwa Gus Dur pernah meminta
tolong pada Imam untuk mengantarkannya ke kantor CSIS di Tanah Abang (hal 25). Imam pun dengan senang hati mengantarkan Gus
Dur. Meski sejatinya dia sama sekali
tidak tahu alamat kantor tersebut.
Ketika Gus Dur masuk ke mobil, Gus
Dur langsung tertidur dengan pulas. Namun ajaibnya Gus Dur tetap membimbing
Imam menuju ke kantor CSIS dengan baik. Karena memang sejak awal Gus Dur paham,
kalau Imam belum tahu alamat kantor tersebut. Hanya saja jika dipikirkan lebih
baik, bagaimana mungkin seorang yang tertidur bisa membimbing sebuah
perjalanan? Nah di sinilah uniknya Gus Dur. Dia adalah sosok yang selalu
mengejutkan. Bahwa kekurangan yang dimiliki tetap tidak menutupi kelebihannya. Gus
Dur meski memiliki penglihatan yang lemah, tapi penglihatan batinnya sangat
kuat.
Ada juga kisah di mana Gus Dur bisa
menebak isi amplop yang diberikan para peziarah pada dirinya. Dikisahkan, setelah Gus Dur tidak menjabat
sebagai presiden, di suatu pagi setelah subuh, Imam bertandang ke kediamannya
di Ciganjur. Saat itu datanglah rombongan ibu-ibu dalam dua bus. Mereka salat
di Masjid Munawaroh. Setelahnya Gus Dur menerima mereka di ruang depan kediaman
dengan lesehan. Gus Dur memberikan tausiah yang kemudia diakhir doa.
Setelah itu para ibu itu pamit. Di
sana para ibu menyerahkan amplop sambil bersalaman dan mencium tangan Gus
Dur. Sungguh Imam yang saat itu melihat
dari jauh sangat penasaran dengan isi amplop yang diterima Gus Dur. Dan rasa
penasaran itu akhirnya terjawab ketika Gus Dur menyuruhnya untuk membuka semua
amplop, yang ternyata isinya bisa dibilang tidak seberapa bagi seorang Gus Dur.
Namun Gus Dur menuturkan bahwa dia harus menerima semua itu, agar ibu-ibu tidak
kecewa. Yang penting bukan jumlahnya, tapi semangat dan gairahnya untuk memberi
(hal 41-42). Gus Dur tidak ingin
mengecewakan masyarakat.
Betapa kisah-kisah perjalan nan unik
yang dialami penulis bersama Gus Dur ini bisa dijadikan renungan dan
pembelajaran. Selain kisah-kisah tersebut, tentu saja masih banyak kisah lain
yang tidak kalah menarik.
Srobyong, 11 Juni 2017
Bicara soal Gus Dur memang nggak ada habisnya ya. Saya juga punya buku kumpulan kolom pemikiran beliau. Aneh tak resensi eh abot nulise 😁 #alesan
ReplyDeleteIya selalu banyak kisah jika membicakan Gus Dur. Resensi saja Mbak, insya Allah bisa. :)
DeleteMakasih mbak supportnya
DeleteSama-sama Mbak :)
Delete