Thursday, 13 July 2017

[Resensi] Cerita-Cerita Unik Bersama Gus Dur

Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 16 Juni 2017

Judul               : Mata Batin Gus Dur
Penulis             : Imam Anshori Saleh
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Maret 2017
Tebal               : xxxiii + 203 halaman
ISBN               : 978-602-03-3896-5
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Sebagaimana yang termaktub dalam kata pengantar buku ini, penulis memaparkan bahwa saat ini sudah banyak sekali buku yang membahas tentang sosok KH. Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan sebutan Gus Dur. Di mulai dari pemikiran-pemikiran Gus Dur, hingga humornya. Semua mencoba menghadirkan sosok Gus Dur yang berwajah banyak. Sebagai pemimpin formal dan informal, keduanya sama-sama menarik untuk disimak (hal xxix).

Memang Gus Dur adalah sosok yang kaya akan ilmu dan pengalaman. Ilmu agama, analisis ekonomi dan pemahaman sejarahnya sangat mengagumkan. Jika diibaratkan Gus Dur itu bagai sumur yang dalam, diambil dan dikuras airnya seberapa pun banyak, air tak akan habis.  Oleh karena itu agar semakin lengkap, penulis mencoba menguraikan cerita-cerita unik selama bersama Gus Dur—mengingat bisa dikatakan bahwa penulis memang cukup dekat dengan Gus Dur ketika masih hidup.  Di mana kisah-kisahnya ini memang tidak banyak yang mengetahui.

Kenapa dibilang unik? Karena buku ini seolah mengungkap tentang hal-hal yang mungkin tidak terlalu kita perhatikan ketika berinteraksi dengan Gus Dur. Yaitu tentang Gus Dur yang memiliki daya linuwih—bisa memprediksi sesuatu, weruh sak durunge winarah.

Dalam kisah pertama, penulis menceritakan tentang Gus Dur yang kala itu menjadi pembicara dalam sebuah seminar HIIPIIS—Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial. Tapi saat seminar berlangsung dan satu persatu pembicara mulai diskusi, Gus Dur malah tengah tertidur dengan lelap. Hal itu tentu saja membuat Imam khawatir, apakah nanti Gus Dur bisa mengimbangai dari apa yang sudah dipaparkan pembicara lain.  Namun yang mengejutkan, ketika akhirnya Gus Dur mendapat giliran tampil, Gus Dur tetap memberikan jawaban yang tenang dan tenteram bisa mengimbangi pembicara sebelumnya (hal 11).  

Kisah lainnya adalah bagaimana Gus Dur bisa memandu perjalanan padahal dia tertidur. Penulis—Imam  menuturkan, bahwa Gus Dur pernah meminta tolong pada Imam untuk mengantarkannya ke kantor CSIS di Tanah Abang (hal 25).  Imam pun dengan senang hati mengantarkan Gus Dur. Meski sejatinya dia  sama sekali tidak tahu alamat kantor tersebut.

Ketika Gus Dur masuk ke mobil, Gus Dur langsung tertidur dengan pulas. Namun ajaibnya Gus Dur tetap membimbing Imam menuju ke kantor CSIS dengan baik. Karena memang sejak awal Gus Dur paham, kalau Imam belum tahu alamat kantor tersebut. Hanya saja jika dipikirkan lebih baik, bagaimana mungkin seorang yang tertidur bisa membimbing sebuah perjalanan? Nah di sinilah uniknya Gus Dur. Dia adalah sosok yang selalu mengejutkan. Bahwa kekurangan yang dimiliki tetap tidak menutupi kelebihannya. Gus Dur meski memiliki penglihatan yang lemah, tapi penglihatan batinnya sangat kuat.

Ada juga kisah di mana Gus Dur bisa menebak isi amplop yang diberikan para peziarah pada dirinya.  Dikisahkan, setelah Gus Dur tidak menjabat sebagai presiden, di suatu pagi setelah subuh, Imam bertandang ke kediamannya di Ciganjur. Saat itu datanglah rombongan ibu-ibu dalam dua bus. Mereka salat di Masjid Munawaroh. Setelahnya Gus Dur menerima mereka di ruang depan kediaman dengan lesehan. Gus Dur memberikan tausiah yang kemudia diakhir doa.

Setelah itu para ibu itu pamit. Di sana para ibu menyerahkan amplop sambil bersalaman dan mencium tangan Gus Dur.  Sungguh Imam yang saat itu melihat dari jauh sangat penasaran dengan isi amplop yang diterima Gus Dur. Dan rasa penasaran itu akhirnya terjawab ketika Gus Dur menyuruhnya untuk membuka semua amplop, yang ternyata isinya bisa dibilang tidak seberapa bagi seorang Gus Dur. Namun Gus Dur menuturkan bahwa dia harus menerima semua itu, agar ibu-ibu tidak kecewa. Yang penting bukan jumlahnya, tapi semangat dan gairahnya untuk memberi (hal 41-42).  Gus Dur tidak ingin mengecewakan masyarakat.

Betapa kisah-kisah perjalan nan unik yang dialami penulis bersama Gus Dur ini bisa dijadikan renungan dan pembelajaran. Selain kisah-kisah tersebut, tentu saja masih banyak kisah lain yang tidak kalah menarik.

Srobyong, 11 Juni 2017 

4 comments:

  1. Bicara soal Gus Dur memang nggak ada habisnya ya. Saya juga punya buku kumpulan kolom pemikiran beliau. Aneh tak resensi eh abot nulise 😁 #alesan

    ReplyDelete