Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 16 Juli 2017
Judul : Curriculum Vitae
Penulis : Benny Arnas
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : 213 halaman
ISBN : 978-602-03-3583-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara.
Naskah ini merupakan naskah asli, sebelum diedit dari pihak redaksi. :)
Curriculu Vitae merupakan pemenang
unggulan sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016. Sebuah novel yang bisa dibilang unik dan
memikat. Berbeda dari novel pemenang unggulan lainnya, yang sama-sama
diterbitkan Gramedia—Lengking Burung Kasuari Kusmiana dan Tanah Surga Merah yang kisahnya diceritakan
dengan sistematis, Benny Arnas
menghadirkan sebuah kisah yang dipaparkan dengan cara yang tidak biasa.
Dalam novel ini, kita disuguhkan dengan potongan-potongan fragmen
atau fiksi mini yang saling terkait sebagai kesatuan utuh dari novel itu
sendiri. “Untuk menyembuhkan diri
dari segala kealpaan, kita memutuskan menjadi guru yang gemar berkebun. Aku
menabur perumpamaan-perumpamaan dan kamu mencabutnya dari kata-kata. Aku
berjalan ke kanan, kau terbang menuju rembulan. Kita tahu kalau semuanya
sementara.” (hal 30).
Selain itu di sini, penulis juga sengaja tidak memberi
nama secara jelas pada tokohnya. Di mana para tokoh hanya disebutkan sebagai
aku, kamu, fulan, fulana, fulano, fulani, fulanah dan lain sebagainya. Gaya
bahasa yang dipilih pun penuh dengan metafora cantik dan akan membuat kita
terpikat namun sesekali mengernyitkan dahi untuk memahami maknanya.
“Teman yang baik adalah teman yang
dapat menyelami hati temannya. Sejak itu, kita tahu kalau kekuatan bukan hanya
berasal dari cinta yang keterlaluan, tapi oleh kecapakan menenggang-rasa yang
memilukan.” (hal 64).
Namun secara keseluruhan, penulis
memaparkan tentang kisah persahabatan
yang menjadi cinta. Kisah tersebut kemudian dibumbui dengan berbagai
intrik. Kecemburuan, munculnya orang ketiga, perpisahan hingga momen pertemuan
kembali.
“Kita rupanya harus mempercayai
kalau keakraban yang instan takkan langgeng daan oleh karena itu kita pun
sepakat untuk berpisah entah untuk berapa lama. Kita berharap Tuhan akan
mempertemukan kita dalam keadaan yang
lebih baik dan kedekatan yang tak buru-buru.” (hal 69).
Lebih dari itu, novel ini juga menyuguhkan
tentang sindiran-sindiran halus perihal berbagai masalah yang ada di depan
kita. Misalnya isu-isu sosial; tentang kebiasan oknum yang bergerak karena
suruhan orang berpangkat, hingga dengan mudah menjadikan orang lain sebagai
boneka. Atau pemerintah yang kerap ingkar janji setelah orasi.
Ada pula isu perihal masalah
literasi. Mengingat dalam novel ini, tokoh aku sendiri digambarkan sebagai
seorang penulis. Dimulai dari kebiasaan
penulis yang sering menunda-nunda menyelesaikan naskah, lalu puluhan draft
naskah tak terjamah dan terkatung-katung, hingga masalah produktifitas dan
pantas tidaknya sastrawan menjadi seorang juri.
“Tentang penulis cerpen dan puisi
yang tiba-tiba menjadi juri sayembara novel atau bahkan mengampu kelas novel
hanya karena mereka bergelar sastrawan atau paling tidak menulis prosa, jenis
sastra yang membawahi novel dan cerpen, tapi tetap saja mereka belum (berhasil)
menulis novel.” (hal 52).
Tidak ketinggalan sindiran halus
tentang berbagai masalah agama. Anjuran
bagi siapa saja untuk selalu bersyukur. “Tidak ada yang lebih dan tidak ada
yang kurang dalam kehidupan ciptaan-Nya ini. Kita sama-sama mengimaninya begitu menyadari kalau orang kaya diuji
dengan kekayaannya sebagaimana orang tak
punya diuji dengan kemiskinannya; orang cerdas diuji dengan kecerdasaannya,
sebagaimana orang bodoh diuji dengan kedunguannya.” (hal 161).
Sebuah buku yang memikat dan cerdas.
Membaca novel ini, selain dihibur dengan kisah yang unik, kita juga
diajak merenung tentang berbagai
permasalahan hidup. Kekurangan yang ada dalam novel ini tidak mengurangi esensi yang termaktub di dalamnya.
Srobyong, 12 Juli 2017
review yang bagus, bisa bagi informasi, bagaimana cara mengirimkan resensi di koran? pingin mencoba
ReplyDeleteTerima kasih Mas. Nulis saja sekitar 4000-4500 cws dan kirim ke media yang ingin dituju, Mas.
Deleteterus dari mana kita tahu tulisan kita di muata tau tidak mb, apabila tulisan kita dimuat media yang dituju apakah akan dihubungi/dikasih tahu atau tidak mb?
DeleteTidak ada pemberitahuan dari redaksi, kita harus rajin cek koran atau cek e-paper koran yang kita kirimi (jika ada e-paper) kalau nggak ada ya berarti harus rajin cek korannnya.
DeleteMakin Produktif ya ngeresensinya mbak.. Makasih atas rekomendasi novelnya
ReplyDeleteIya Mbak, alhamdulillah. Sayag buku bagus tidak diulas, biar banyak yang tahu dan ikut baca :D
DeleteSama-sama Mbak :)