Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 9 Juli 2017
Judul : Seven Wonders
Penulis : Ben Mezrich
Penerjemah : Shandy Tan
Penerbit : Gramedia
Cetekan : Pertama, April 2016
Tebal : 340 halaman
ISBN : 978-602-03-2727
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdaltu Ulama, Jepara.
Kematian adalah ketetapan Tuhan.
Karena setiap insan sudah pasti akan kembali ke asal. Namun bagaimana jika
sebuah kematian itu meninggalkan misteri yang menyangkut sejarah panjang yang
berhubungan dengan tujuh keajabian dunia?
Novel ini mengajak pembaca untuk berpetualang menyelami jejak sejarah
yang penuh misteri dan liku. Sebuah novel misteri, thriller yang menarik dan
memikat. Mengungkap tentang pembunuhan, konspirasi, misteri historis.
Kisah dibuka dengan kematian Jeremy
Grady, jenius ilmu komputer dan matematika di MIT. Kematiannya meninggalkan
sesuatu yang tidak pernah diduga. Karena sebelum meninggal Jeremy memang sedang
melakukan sebuah riset tentang situs keajaiaban dunia. Di mana dia menemukan
sebuah pola, yang jika dilihat akan seperti dua ular saling membelit—yang dalam
istilah matematika disebut heliks ganda (hal 15).
Ketika dia mengamati, enam dari
tujuh keajaiban dunia cocok dengan pola
heliks ganda tersebut. Tapi semakin dalam penelitiannya, Jeremy sadar ada dua
keajaiban dunia yang tidak cocok—yaitu Tama Gantung Babilonia dan yang satu
lagi dan terlihat lebih aneh adalah Patung Kritus Penebus—topografinya
menunjukkan anomali. Sesuatu yang tidak akan terlihat tanpa perangkat satelit
canggih. Dia sadar mungkin temuannya ini adalah temuan yang paling menakjubkan
dalam seribu kehidupan (hal 17). Satu-satunya petunjuk kematiannya adalah
Jeremy ditusuk dengan tombak kuno yang terbuat dari gading. Di mana senjata itu
adalah tombak yang digunakan suku Amazon.
Kenyataan ini tentu saja membuat
Jack Grady, saudara kembar Jeremy, juga seorang antropolog ini sedih. Meski dia
tidak terlalu dekat dengan saudara
kembarnya, tapi dia tetaplah keluarga. Jack pun bertekad untuk
mengungkap di balik kematian adiknya. Sampai tanpa sengaja saat dia mencoba
memeriksa TKP, Jack menemukan sesuatu yang luput tidak ditemukan petugas
kepolisian. Sebuah drive yang menyimpan sesuatu yang bisa jadi akar
masalah kenapa adiknya di bunuh (hal 64).
Berbekal dari sana, Jack memutuskan
untuk melakukan perjalanan untuk mengungkap teka-teki tujuh keajaiban dunia. Di
bantu dua anak didiknya—Andy dan Dashia juga seorang botanis cantik dan cerdas,
Sloane Costa, mereka pun beraksi. Mereka memulai perjalanan dengan mengunjungi
Rio, Brazil untuk menyelidiki Patung Kritus Penebus. Dan di sana Jack menemukan
sesuatu yang tidak terduga. Dia melihat sebuah pesawat tang terjebak di dalam
patung.
Selain itu ketika dia menemukan
sebuah lempengan batu, Jack menyadari kalau benda itu mengingatkannya dengan
sebuah temuan yang dia lihat di lubang di bawah kuli Artemis. Yang mana
lempengan itu berukir lukisan ular yang tubuhnya terbagi menjadi tujuh ruas.
Hanya pada lempengan ini, Jack juga melihat sebuah piktogram, bergambar kepala
manusia berjangut dan memiliki rambut panjang berkibar (hal 106-107).
Di sini Jack menyadari kalau
piktogram itu adalah sebuah petunjuk yang akan membawanya pada petualangan
selanjutnya. Jack dan anggotanya pun bergegas pergi agar semakin cepat bisa
menangkap siapa pembunuh adiknya. Mereka
menuju India untuk menyelidiki Tajmahal, selanjutnya ke Machu Picchu, Peru.
Lalu menyelidik suku maya, Kuil Kulkukan di Meksiko, selanjutnya melakukan penyelidikan
di Yordania, Beijing dan Mesir. Tapi
siapa sangka perjalan mereka diam-diam telah diikuti seseorang. Keberhasilan
yang hampir berhasil mereka ungkapkan berusaha direbut paksa.
Sebuah novel yang menarik dan
memikat. Alurnya cepat, penuh ketegangan namun sangat seru untuk terus
melajutkan kisah Jack dan Sloane menggali berbagai tempat untuk menemukan
piktogram yang saling berhubungan untuk memecahkan kasus pembunuhan Jeremy.
Dipaparkan dengan lugas dan renyah,
membuat novel ini sangat asyik dibaca. Terjemahannya juga tidakk jlimet, sangat
mudah dipahami. Membaca novel ini selain kita mengikuti petualangan seru yang
menegangkan, kita juga diajak belajar lebih banyak tentang sejarah dunia. Dan
dari sini kita bisa belajar bahwa sikap rakus hanya akan merugikan diri
sendiri. Kita juga diajarkan untuk tidak
mudah menyerah dalam menyelesaikan sebuah kasus demi mengungkap kebenaran.
Srobyong, 14 Mei 2017
Jadi mupeng sama novelnya
ReplyDeleteMonggo dijemput, Mbak ceritanya memang seru banget hehh. #ngomporin :D
Delete