Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Sabtu 3 Juni 2017
Judul : Dahlan
Penulis : Haidar Musyafa
Penerbit : Javanica
Cetakana : Pertama, Januari 2017
Tebal : 416 hlm
ISBN :
978-602-6799-20-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
Siap yang tidak mengenal sosok
berkharisma Haji Ahmad Dahlan? Dia termasuk pahlawan nasional juga ulama yang memiliki sikap teguh dan tidak
mudah menyerah. Dia sangat tekun dan ulet
dalam usaha pembaruan Islam—yang dalam pendangannya telah melenceng jauh dari
ajaran sebenarnya dari Nabi Muhammad saw.
Dalam pandangannya Islam adalah
agama yang menganut Al-Quran dan sunnah Nabi. Tidak bercampur dengan adat atau
budaya Jawa yang jauh dari ajaran-ajaran Islam, sebagaimana yang sering dia
lihat dalam masyarakat di sekitarnya. Di
mana masyarakat masih sering melakukan praktik sesajen di kuburan dan di
pohon-pohon besar pada hari tertentu.
Hanya saja, apa yang diyakini Dahlan
itu tidak mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Apa yang diajarkannya
dianggap sebagai penyimpangan. Sehingga dia lebih sering mendapat gugatan dan
cacian. Bahkan dianggap ulama yang tersesat
dan dianggap gila serta kafir. Namun berbagai cacian itu tidak membuatnya patah
arang untuk terus berjuang. Dia tetap ingin merangkul semua masyarakat agar
kembali pada Islam yang kaffah.
Karena itu-lah untuk mengembangkan
dakwahnya, Dahlan kemudian membangun sebuah perkumpulan yang diberi nama Muhammadiyah,
yang diharapkan bisa menjadi suluh penerang bagi umat Islam. Menjadi cahaya
yang akan menuntun umat agar kembali pada ajaran Islam yang sebenar-benarnya
(hal 312).
Membaca buku ini kita akan diajak
mengenal lebih dekat dengan ulama dan
pahlawan nasional ini dengan gaya bahasa yang memikat. Kita diajarkan tentang
nilai-nilai keimanan, perjuangan, keikhlasan
dan keberanian. Buku ini sangat patut
dibaca dan diapresiasikan. Karena buku ini menyimpan banyak selali pengetahuan
sejarah yang sering tidak kita ketahui secara gamblang.
Selain menjadi tokoh pembaruan
Islam, Dahlan juga memberi sumbangsi dalam kemerdekaan dan pendidikan. Di mana dia juga ikut membangun sekolah untuk
menghilangkan kebodohan. Karena dengan begitu, rakyat Indonesia tidak akan
mudah dibodohi oleh para Kolonial. Sebuah buku yang sangat inspiratif yang
menggugah jiwa.
Srobyong, 25 Maret 2017
No comments:
Post a Comment