Saturday, 3 June 2017

[Resensi] Menjadi Guru Profesional dan Menyenangkan

Dimuat di Samarinda Pos, Sabtu 13 Mei 2017


Judul               : Gurunya Manusia
Penulis             : Munif Chatib
Penerbit           : Kaifa
Terbit               : Mei, 2016
Cetakan           : Kedua, September 2016
Tebal               : xx + 260 hal
ISBN               : 978-602-0851-45-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Pendidikan adalah kunci  kemajuan bangsa. Dan  guru adalah salah satu pondasi yang memiliki peran kuat pada keberhasilan pendidikan. Bobbi De Porter berkata, “Salah satu unsur penting dalam kemajuan siswa adalah guru yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil  merangkul serta berhubungan dengan semua pembelajar—yaitu guru yang menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga anak didiknya senang belajar.”

Hanya saja,  yang terjadi saat ini, banyak guru yang belum bisa menerapkan apa  yang telah dipaparkan Bobbi De Porter.  Pada praktik lapangan, guru saat ini kadang terlalu kaku dan  tidak peduli dengan kemajuan atau kenyamanan siswa, yang terpenting adalah telah menyampaikan materi. Dan masalah para murid sudah paham atau tidak, para guru mengembalikan semuanya kepada siswa. Padahal tentu saja cara itu tidak benar.

Buku ini mencoba mengupas bagaimana cara menjadi seorang guru yang profesional dan tetap menyenangkan. Karena saat ini disadari atau tidak peran guru akan sangat berpengaruh dengan kemajuan siswa juga kemajuan bangsa.  Sebagaimana diketahui langkah awal yang harus diterapkan guru adalah guru harus memiliki  empat kompetensi yang harus  dipraktikkan. Yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian kompetensi profesinoanlisme dan kompetensi sosial.

Kompetensi pedagogi berarti guru memiliki kemampuan untuk mengelola pembelajaran siswa. Di mana guru harus memahami karakter siswa, kadar kemampuan siswa dalam menerima materi, dan bisa merancang pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki pribadi yang mantap, stabil, arif dan bijaksana untuk menjadi teladan siswa. Dalam sebuah pepatah jawa dipaparkan, guru digugu dan ditiru.

Selanjutnya  kompetensi profesional, berarti guru menguasai materi secara mendalam, sehingga guru dapat membimbing siswa sesuai  kurikulum dan mengembangkan cara ajar yang kreatif dan inovatif. Terakhir kompetensi sosial yaitu kemampuan guru dalam bergaul secara luas dalam bermasyarakat sehingga  guru bisa bergaul secara baik pada para siswa, tenaga pengajar lain, guru dan masyarakat luas (hal 28-29).

Keempat kompetensi  ini harus dipegang erat oleh para guru. Ketika guru sudah memahami dengan benar tentang pentingnya empat kompetensi ini, maka mereka akan menjadi sosok guru yang profesional, yang bisa menerapkan tugas dan fungsi guru dengan baik. Namun selain harus memiliki empat kompetensi ini, guru juga harus memahami tentang bagaimana agar guru tidak hanya menjadi guru profesional saja, tapi seorang guru yang menyenangkan yang bisa mengemong dan membuat para siswa merasa nyaman, tidak merasa terintimidasi.

Sadar atau tidak  guru kadang bersikap menuntut dan menghakimi para siswa. Ketika siswa belum memahami pembelajaran yang diajarkan, guru akan menyalahkan siswa yang dianggap tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru. Menganggap siswa malas belajar dan sebutan lain yang kadang membuat siswa merasa semakin rendah diri. Padahal, ketika siswa belum paham, tentang suatu materi, bisa jadi itu terjadi karena metode yang diterapkan guru dalam mengajar tidak sesuai dengan karakter siswa. Monoton dan membosankan.

Munif Chatib dalam bukunya ini mencoba memaparkan tentang bagaimana menjadi guru yang menyenangkan tanpa meninggalkan sisi profesinalisme guru.  Dalam mengajar, seyogyanya guru pandai mengambil hati siswa, sehingga siswa terarik dan semangat dalam belajar (hal 81).

Selain itu untuk bisa mengenal setiap siswa dengan baik, ada bagusnya jika guru menerapkan strtegi multiple intelegences yaitu gaya mengajar guru disesuiakan dengan gaya belajar siswa. Dengan itu akan mempermudah guru dalam memilih metode apa yang ingin disajikan kepada siswa-siswanya (hal 141).

Sebuah buku yang menarik dan inspiratif. Buku ini mengajak para guru untuk lebih aktif dan peduli dengan kebutuhan siswa. Bahwa guru tidak hanya menjadi panutan yang kadang menakutkan, tapi juga membimbing dengan penuh kasih, hingga membuat siswa mereasa nyaman dalam belajar.

Srobyong, 9 April 2017 

5 comments:

  1. Kalau sudah produktif begini, saya bisanya cuman kagum, Nduk. Semoga dimudahkan segala keingan mulianya ya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, terima kasih Mbak. Doa yang sama buat Mbak Kayla

      Delete
  2. Assalamu'alaikum, Mbak Ratna saya mau tanya apa alamat email untuk mengirim resensi buku ke koran Samarinda Pos ini ya? Terima kasih sebelumnya.

    Salam kenal,

    Febri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam, ini alamat e-mailnya rahman@sapos.co.id. Salam kenal kembali.

      Delete