[Dokumen Pribadi]
“Sehatkan
hati dan jiwa dengan menyantu bersama alam
Karena alam ada sebagai pengingat kekuasaan Allah.”
~Ratnani Latifah~
Sudah cukup
lama saya mendengar ada wisata di daerah
Bondo, Bangsri –Jepara –Jawa Tengah, selain Pantai Bondo Atau lazim disebut
Pantai Ombak Mati. Namun kesempatan untuk mengunjungi wahana ini baru
terealisasikan Sabtu, 29 Desember 2018.
[Dokumen Pribadi]
Apa sih yang
seru dan asyik dari wisata ini? Kenapa “Telaga Sejuta Akar” menjadi satu dari wahana
wisata Jepara yang patut dikunjungi? Dan apa bedanya degan “Wisata Akar Seribu”
Okelah, saya akan sedikit membahas tentang wisata ini. Siapa tahu kamu suka dan
ingin mampir ke sini, jika sedang dolan di Jepara.
Memang sih
keduanya memiliki nama yang sama yang berhubungan dengan akar, tapi wisata ini
jelas beda. “Akar Seribu” itu terletak di Plajan, Pakis Aji-Jepara, lebih jelasnya
bisa cek tautan ini. Sedangkan “Telaga Sejuta Akar” itu letaknya di Bondo-Bangsri-Jepara.,
sebagaimana yang sudah saya paparkan di atas.
Wisata ini
menawarkan pemandangan yang tidak kalah indah dari “Akar Seribu”. Di sana kita
bisa menikmati pemandangan alam nan indah. Karena tempat ini dikelilingi jejeran
pohon karet beringin dengan jumlah akar
yang sangat banyak, sehingga tempat ini disebut sebagai sejuta akar.
[Dokumen Pribadi]
Di sana kita bisa
merasakan keindahan pesona alam, tempat
asri nan sejuk dan udara segar. Mata air laiknya telaga juga menjadi daya
pesona tersendiri yang menarik. Asyik,
kan? Tempat ini disediakan kursi-kursi
strategis untuk menikmati pemandangan atau sekadar duduk santai. Bagi yang suka
berswafoto, maka tempat ini memiliki spot-spot menarik yang bisa dipilih. Untuk tiket masuk pun relatif murah. Kita hanya
butuh mengelurkan Rp 2.500,-- jika ingin plesir di sini. Intip yuk, beberapa spot yang bisa dijadikan pilihan :D
[Dokumen Pribadi]
[Dokumen Pribadi]
[Dokumen Pribadi]
[Dokumen Pribadi]
Menurut
pengelola wisata ini, konon telaga ini dulu disebut sebagai Telaga Mandirejo. Sebuah
petilasan, tempat yang dulu digunakan oleh Dewi Anjani hamil dan melahirkan
seorang anak berupa kera putih (hanoman). Sehingga kala itu konon banyak
spesies serupa di telaga ini. Namun berjalannya waktu spesies itu sudah tidak
ada lagi.
Dan
konon telaga ini sudah ada, sebelum desa
untuk ditempati warga. Di mana tempat ini pernah disakralkan—di mana dulu orang
yang sedang haid dilarang masuk ke sana. Akan tetapi sekarang sudah tidak ada
lagi larangan seperti itu. Sekarang siapa saja bisa masuk dan menikmati
keindahan alam yang ada di sana. Apalagi dengan berbagai fasilitas yang sudah
mulai disediakan di sana. Salah satunya ada gardu pandangnya juga, lho.
[Dokumen Pribadi]
Dan tahu nggak,
telaga ini selain dijadikan tempat wisata, ternyata juga bermanfaat sebagai
pengairan sawah-sawah di desa Bondo. Mantap bukan?
Srobyong,
31 Desember 2018
|
Monday 31 December 2018
[Traveling] Plesiran di Telaga Seribu Akar
Label:
Bangsri,
Bondo,
Eksplore Jepara,
Telaga Sejuta Akar,
Traveling
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
Thursday 27 December 2018
[Review Buku] Usaha Berdamai dengan Masa Lalu
[Sumber gambar : Pixiz]
Judul : Fixing a Broken Heart
Penulis : Indah Hanaco
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Mei 2017
Tebal : 296 halaman
ISBN : 978-602- 03-4002-9
Setiap orang pasti memiliki masa lalu—entah itu
masa-masa yang menyenangkan atau malah masa-masa tersulit dalam hidup—semua
menjadi keberagaman warna yang bisa menjadi jalan untuk mendewasakan diri. Masa
lalu adalah jejak langkah dari hidup kita. Dari masa lalu kita belajar untuk
menjadi pribadi yang lebih baik. Dari masa lalu kita bisa mengambil pengalaman
agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Untuk itulah kita perlu berdamai
dengan masa lalu. Jangan jadikan masa lalu sebagai batu sandungan, tapi jadikan
sebagai batu loncatan.
Cinta dan masa lalu, merupakan dua tema yang tidak
akan ada habisnya untuk dijadikan sebuah kisah. Karena pada kondisi nyata,
setiap orang memang selalu berhubungan dengan dua masalah tersebut. Dan Indah
Hanaco—penulis yang sangat produktif ini, selalu memiliki keunggulan tersendiri
dalam mengeksekusi cerita. Meski dia mengambil tema yang bisa dibilang mainstream,
tapi dia berhasil membuat kisah-kisahnya selalu menarik untuk dibaca.
“Fixing a Broken Heart” mengisahkan tentang kehidupan
Brisha yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu, yang menakjubkan. Dia pernah
memiliki pacar posesif yang suka
memukul, hingga berhubungan dengan pria—yang ternyata sudah menikah bahkan
sering memakai jasa cewek nakal. Hal itulah yang cukup membuat Brisah depresi,
hingga dia mengalihkan kemarahannya itu lewat makanan. Tapi karena itu pula, kini tubuhnya
membengkak. Padahal bagi wanita, tubuh harus dijaga sedemikian rupa agar selalu
tampit cantik.
Brisha pun bertekad untuk memperbaiki penampilannya
dengan meminum obat pelangsing. Tapi bukannya berhasil melangsingkan tubuh, dia
berakhir tumbang dan dibawa ke rumah sakit (hal 14).
Di sinilah tanpa sengaja Brisha bertemu dengan
Austin, mantan pacar sahabatnya—Sophie, yang merupakan seorang artis. Brisha yang sejak awal agak menjaga jarak
dengan makhluk bernama cowok, karena sejarah masa lalunya, entah kenapa dengan
Austin dia merasa nyaman.
Bukankah cinta memang tidak tahu kapan akan datang?
Namun masalanya ketika cinta itu mulai tumbuh, Brisah harus dihadapkan kembali
dengan potret masa lalunya. Siapa sangka kalau Austin adalah sahabat dari
Andaru—mantan pacarnya yang posesif dan suka memukul itu (hal 124).Kenyataan
itu tentu saja cukup membuat Austin kaget dan bingung. Karena selama yang dia
kenal Andaru adalah sosok sahabat yang baik.
Selain harus berhadapan dengan Andaru, masalah
lainnya adalah, ketika harus berhadapan dengan berbagai gosip cinta lokasi yang
sering menerpa Austin. Tak hanya itu, munculnya juga masalah dari gadis
berorientasi seksual tak biasa dan sebuah kasus pembunuhan.
Novel ini cukup kompleks dengan berbagai masalah.
Namun dengan porsinya masing-masing penulis mampu membuat kisahnya tetap
menarik. Meski dalam buku ini masih ditemukan sedikit kesalahan tulis, dan kita tidak akan menemukan sebuah misteri khas
Hercule Poirot atau Detective conan. Karena memang pada dasarnya novel ini
lebih ke romance.
Tapi lepas dari kekurangannya, novel yang juga
mengandung unsur persahabatan ini, tetap menarik. Keunggulan lainnya dari novel
ini adalah gaya percakapan penulis yang membuat kisahnya semakin hidup.
Sederhana tapi sukses bikin pensaran.
Membaca novel ini kita diajak menjadi pribadi yang
lebih tangguh. Bahwa setiap masalah ada penyelesaiannya dan kita harus berdamai
dengan masa lalu.
Srobyong, 17 Maret 2018
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
Wednesday 26 December 2018
[Resensi] Dari Hobi Menjadi Usaha Bisnis
Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 9 Desember 2018
Judul : Homesick for Seoul
Penulis : Fiona Natalia
Penerbit : Pop, Imprin KPG
Cetakan : Pertama, Juli 2018
Tebal : 136 halaman
ISBN : 978-602-424-848-2
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Fiona tidak pernah menyangka dari kunjungannya ke
Korea di tahun 2013, kini dia telah berhasil
membangun sebuah usaha bisnis. Di mana bisnis yang dijalankan tidak jauh dari
hobinya, yaitu traveling. Hanya
saja dalam usahanya dia fokus pada destinasi wisata di Korea. Karena sejak
kunjungannya ke Korea, Fiona merasa jatuh cinta dengan negeri gingseng
tersebut. Dia selalu rindu, dan mengungkapkan kerinduannya dengan membuat
bisnis ini.
Bisnis itu dia beri nama “dearestJINHE”. Di mana,
Fiona mencoba membantu beberapa temannya menyusun itinerary (rencana
perjalanan) ke Korea. Dan ternyata usaha kecil itu cukup membuat teman-temannya
puas dengan itinerary dan direction yang telah dia buat. Maka
sejak itu, dia mencoba menawarkan jasa itu melalui beberapa media sosial.
Pertama kali dia memilih mengenalkan bisnisnya di ask.fm (hal 35). Awal-awalnya banyak pelanggan yang berasal
dari folowers ask.fm, hingga kemudian
Fional mulai melirik Instagram sebagai media yang mengenalkan dearestJINHEE, dengan akun @dearestjinhee.
Di luar dugaan banyak sekali yang tertarik dengan
jasa yang dia tawarkan, karena mereka bisa atur itinerary fsn bebas menentukan
waktu untuk belanja atau bahkan fangirling. Jasa ini snagat berbeda dengan tur
umum yang membatasi waktu berkunjung ke suatu tempat. Sejak tahun 2015,
dearestJINHEE terus berkembang dan kini sudah bekerjasama dengan local guide,
sopir, pemilik apartemen, pemilik gusthouse, fotografer bahkan rumah sakit (hal
37).
Suka duka yang pernah dialami Fiona selama mengembangkan
bisnis travelnya adalah itinerary dan
paket tur yang diabuat dijiplak oleh agen lain dengan memasang harga
yang lebih murah. Pernah juga ada akun travel online yang mem-follow seluruh
folowers di instagram personalnya dan kemudian menghujat Fiona di ask.fm. Namun
dari pengalaman itu, dia menyadari bahwa bisnis online memang sangat
menghasilkan profit sehingga banyak orang yang berlomba-lomba mengejar
keuntungan. Tapi bagi Fiona, meski dia
sempat terbawa arus, dia kemudian memilih fokus pada tujuan awalnya dalam
membangun bisnis. Karena bagaimana pun bisnis ini memang didasari akan rasa
suka Fiona terhadap Korea. Dia ingin mengenalkan keindahan kota negeri gingseng
kepada banyak orang.
Oleh sebab itu, dia tidak pernah lelah untuk mencari
informasi terkait tempat-tempat indah yang disukai para traveler, yang
kebanyakan memang merupakan pecinta K-Pop dan K-Drama. Sehingga tempat yang dia
tawarkan dalam liburan pun tidak
monoton, namun berbeda dan menarik. Sehingga dia bisa memuaskan
pelanggannya. Berkat kesuksesannya ini,
dia pernah menjadi pembicara di Fakultas Ilmu Bahasa UI dalam Talkshow
Korean Culture 2016 dengan tema Travel dan Livinf ini Korea, sekaligus
membahas sisi entrepreurship usaha travel. Dan tulisan Fiona tentang Bisnis
Travel Consultant juga pernah dimuat di Harian Cetak Jawa Pos, Februari
2018.
Penasaran dengan paket tour yang ada di
dearestJINHEE, bisa cek langsung di akun Instagramnya. Buku ini sangat menarik
untuk dibaca, baik sebagai panduang wisata juga untuk mengambil inspirasi dari
perjuangan penulis dalam membangun bisnis.
Srobyong, 1 Desember 2018
Label:
Fiona Natalia,
Penerbit KPG,
Pop,
Review buku,
Tribun Jateng
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
Monday 24 December 2018
[Review Buku] Menaklukkan Masalah dan Kesedihan dengan Sikap Positif
Judul :
Hapus Sedihmu, Nikmati Hidupmu
Penulis :
Dwi Suwiknyo, dkk
Penerbit :
Noktah, Diva Press
Cetakan :
Pertama, April 2018
Tebal :
348 halaman
ISBN :
978-602-51185-9-3
Setiap orang sudah pasti memiliki masalah. Karena
masalah adalah bumbu dalam
kehidupan. Kita tidak mungkin
selalu dalam keadaan suka atau dalam keadaan sedih terus. Suka dan duka adalah
pasangan yang saling mengiringi. Semua memiliki porsi masing-masing. Pepatah
mengatakan, “Di balik kesedihan pasti ada kebahagian.” Oleh karena itu, ketika kita mendapat
masalah, hadapilah dengan sikap positif
dan pikiran terbuka. Karena dengan begitu, hati kita akan lebih lapang serta
tegar.
Buku yang diambil dari kisah nyata para penulis ini,
dengan paparan yang renyah dan lugas, mengajak kita untuk melihat sebuah
masalah dari sisi pandang yang lain. Bahwa sebuah masalah bukanlah sesuatu yang
harus kita takuti, hingga membuat kita selalu sedih. Namun sebaliknya, hadapi
masalah dengan sikap positif, dan mengambil pelajaran untuk mendewasakan diri.
Sebut saja kisah yang dipaparkan Abi Ziya “Bayi,
Ujian dan Keikhlasan”. Hal yang paling diharapkan dari sebuah pernikahan adalah
kehadiran bayi. Begitu pula yang diharapkan Abi Ziya. Baginya menikah bukanlah
akhir dari segalanya, tapi sebuah gerbang baru yang harus dia hadapi apa pun
yang ada di dalamnya. Sebulan dua bulan, kabar tentang kehamilan istrinya belum
juga dia dengar.
Namun pada bulan ke tiga, akhirnya kabar itu datang
juga. Abi tentu saja sangat senang dan bersemangat dengan kabar tersebut. Dia
bahkan sudah menyiapkan kamar mungil untuk bayinya nanti. Dia juga rutin
membawa istrinya ke dokter kandungan untuk konsultasi kesehatan. Semua awalnya terlihat baik-baik saja. Tapi
suatu hari dokter memberitahukan, bahwa istrinya harus melakukan persalinan di
rumah sakit. Dokter menjelaskan bahwa ada resiko kehamilan karena istrinya mengidap
asma (hal 15).
Mendengar kabar itu Abi merasa sangat sedih. Dalam
bayangan Abi, ketika istrinya harus melahirkan di rumah, nanti dia tidak akan
mendapat pelayanan dengan cepat dan bahkan dibiarkan saja oleh para perawat
yang terkenal ketus-ketus. Mengingat
banyak gosip negatif yang sering dia dengar. Namun yang lebih membuat Abi
merasa sedih adalah ketika akhirnya bayi yang dia tunggu kelahirannya, lahir
dalam keadaan yang memprihatikan dan harus dirawat secara intensif di rumah
sakit. Bahkan sempat terdengar persentase kehidupannya sangat sedikit.
Kalut dan sedih itulah yang dirasakan Abi. Namun dia
sadar sedih terus menerus bukanlah cara penyelesaian yang baik. Dia harus tegar
demi dirinya, anak dan istrinya. Berbagai cara pun dia lakukan, demi kesehatannya anaknya. Hingga akhirnya usahanya
berhasil, anaknya bisa sembuh dan sehat.
Ada pula kisah yang dipaparkan Afiana Rohmani “
Peluh dan Air Mata di FK” cita-cita Afi adalah menjadi penulis
dan masuk jurusan sastra atau bahasa.
Namun orangtuanya menyarankannya untuk menjadi seorang dokter. Akhirnya
demi kebahagiaan orangtua, Afi memilih masuk kedokteran (hal 31-32).
Di sinilah berbagai masalah mulai menyapa Afi. Dia menyadari dirinya bukanlah siswa yang
sangat pintar. Oleh karena itu, Afi belajar mati-matian agar bisa mengikuti arus
pendidikan kedokteran, yang umumnya memang didominasi anak-anak cerdas.
Sayangnya hal itu tidak mudah. Afi sering tertinggal dan bahkan tidak bisa ikut
praktikum, karena nilai pre-test-nya
jelek.
Tidak hanya itu,
pada akhir semester dia harus menerima, bahwa nilainya sangat anjlok.
Banyak mata kuliahnya yang mendapat nilai D bahkan E. Padahal dia sudah belajar
dengan maksimal. Berbagai masalah yang sering hadir saat kuliah, kadang membuat
Afi ingin berhenti. Namun mengingat harapan sang ibu, akhirnya Afi bertahan
meski harus terseok-seok hingga berhasil lulus dan dia tetap bisa menekuni
hobinya menulis.
Selain dua kisah tersebut, masih ada 13 kisah yang
tidak kalah menarik dan menginspirasi.
Seperti kisah Menjemput Rezeki di Pulau Seberang, Ketika Salah Jadi
Sumber Tawa, Balada Perawan Tua dan
banyak lagi. Masing-masing cerita memiliki keunikan tersendiri. Meski ada
beberapa kesalahan, kisah ini tetap menarik dibaca.
Membaca buku ini, kita diingatkan tentang pentingnya
rasa syukur, sabar dan ikhlas ketika mendapat masalah. Kita tidak boleh putus
asa dan selalu berpikir positif saat menghadapi masalah. Selain itu melalui
kisah ini kita diingatkan tentang pentingnya iman yang ternyata bisa menjadi
benteng bagi diri kita. “Benteng Kejiwaaan
yang sesungguhnya adalah iman.
Keimanan kepada Allah Yang Maha
Memiliki.” (hal 51).
Srobyong, 18 Mei 2018
Label:
Diva Press,
Dwi Suwiknyo,
Noktah,
Review buku
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
[Review Buku] Belajar Arti Keikhlasan dan Kesabaran dari Novel
Judul : Rumah Tanpa Jendela
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : Republika
Cetakan : Pertama, Oktober 2017
Tebal : vi + 215 halaman
ISBN : 978-602-0822-8-53
“Allah pasti mengabulkan setiap doa. Tapi kadang ada
doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.”
(hal 40).
Setiap orang berhak memiliki harapan. Karena dengan
adanya harapan kita akan memiliki semangat untuk berjuang. Novel ini
menceritakan tentang mimpi seorang gadis kecil, bernama Rara. Dia tinggal di
kompleks kumuh, di pinggiran Jakarta bersama keluargnya. Meski hidup sederhana, Rara merasa bahagia.
Dia merasa tidak kekurangan apa pun. Bapak, ibu dan neneknya pun sangat
menyayangi Rara. Mereka jarang memarahi Rara seperti bapak-ibu teman-temannya.
Rara memiliki hobi menggambar seperti anak-anak
lainnya. Di mana dia sering menggambar
bangunan segi empat dari tripleks tipis berwarna cokelat. Rumah dengan
satu pintu, tanpa jendela (hal 16).
Hingga suatu hari, dia bersama teman-temannya—Rafi, Akbar dan Yati,
tanpa sengaja melawati serbuah rumah besar yang indah. Di sana Rara melihat
jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela.
Maka sejak itu, dia
sangat ingin memiliki jendela yang nantinya bisa dia pasang di rumah
tripleknya. Di mana dengan memiliki
jendela, dia bisa melihat bentang alam ciptaan Allah yang indah. Sejak bermimpi memiliki jendela, kebiasan Rara
jadi berubah. Ketika bersama bapak-ibu dia akan selalu bercerita tentang
keuntungan memiliki jendela, begitu pula ketika
berkumpul dengan teman-temannya. Bahkan kebiasaan menggambarnya juga
berubah. Dia tidak lagi menggambar
bangunan reyot segi empat berwana cokelat dengan satu pintu, melainkan dilengkapi
dua jendela besar dengan pot bunga yang cantik.
Dan untuk meraih harapannya itu, Rara rela
mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hasil mengamen, mengojek payung,
mengelap mobil atau dari Bude-nya. Namun ketika harapannya sudah tinggal
sedikit lagi bisa dia dapat, Rara tidak tega melihat teman-temannya yang ingin
menikmati makanan di restoran pandang. Hingga akhirnya dia memilih mentraktir
teman-temannya, dan nanti akan mulai menabung lagi.
Meski begitu, Rara tidak pernah menyerah dalam
usahanya meraih harapannya. Dengan terperinci Rara mencatat kira-kira berapa
biaya yang dia butuhkan untuk membeli jendela. Kegigihan Rara ternyata
ditangkap oleh bapak-nya, membuat pria tersebut bisa membantu mewujudkan
harapan putri tunggalnya.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, ketika
bapaknya hampir berhasil mewujudkan impian Rara, sebuah kecelakan tidak terduga
terjadi. Kebakaran terjadi di kompleks
perumahan kumuh tersebut. Karena
berusaha menyelamatkan Simbok—nenek Rara, bapak tidak terselamatkan dan simbok
terluka. Rara sangat sedih dan terpukul.
Dia merasa bersalah pada bapaknya, karena demi dirinya bapaknya bekerja keras
untuk membuatkannya jendela. Namun begitu, gadis kecil itu tetap tegar dan
sabar. Dia mencoba mengikhlaskan segalanya.
“Manusia
lemah, tapi Allah Maha Kuat, Kita tak mampu, tetapi ada yang mustahil bagi
Allah. Selain ikhtiar, manusia hanya tinggal meminta.”
(hal 185).
Diceritakan dengan alur maju menudur, novel ini cukup membuat kita penasaran dengan akhir
ceritanya. Asma Nadia punya ciri khas gaya bahasa dan gaya bercerita yang bisa membuat pembaca
penasaran. Meski pada beberapa bagian
kisah ini masih terasa datar dan biasa. Namun lepas dari kekurangannya, novel
ini sangat menginspirasi. Novel ini
penuh dengann nilai-nilai spiritual
dan nilai agama yang patut kita renungkan.
Novel bertema
keluarga dan persahabatan ini, menghadirkan keluguan anak dalam bermimpi.
Selain itu, kita diajarkan arti penting
tentang kesabaran, keikhlasan dan rasa syukur. Bahwa meski berkali-kali diberi
cobaan, kita harus sabar dan kuat. Kita tidak boleh mengeluh. Kita harus
mensyukuri apa yang diberikan Allah. Kita
harus yakin bahwa Allah akan memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan seorang
hamba.
Srobyong, 21 April 2018
Label:
Asama Nadia,
Republika Penerbit,
Review buku
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
[Review Buku] Menjadi Pribadi yang Sabar dan Ikhlas
Judul :
Lepaskan, Relakan, Ikhlaskan
Penulis :
@temupenulis
Penerbit :
Laksana
Cetakan :
Pertama, Januari 2018
Tebal :
316 halaman
ISBN :
978-602-407-290-2
Dalam hidup ini, tidak mungkin semua bisa berjalan
lurus. Pasti suatu kali akan ada riak atau kerikil yang menjadi batu sandungan
kita. Ada cobaan yang akan memberi kita kekuatan dan mengajarkan arti syukur
serta keikhlasan. Karena memang begitulah kodrat hidup manusia. Ada suka ada
duka. Ada cobaan juga pasti ada penyelesaian. Buku based
on true story ini, dengan paparan yang lugas, renyah dan tidak menggurui
memberikan banyak pembelajaran kepada kita tentang pentingnya sikap sabar dan
ikhlas. Bahwa di balik sebuah cobaan, pasti akan ada hikmah yang bisa kita
ambil dan teladani.
Misalnya saja kisah dari Dwi Suwiknyo berjudul “Berdamai dengan Diri
Sendiri” dalam kisah ini kita akan dihadapkan pada masalah sebagian banyak anak
SMA yang mengalami dilema dalam menentukan jurusan kelas—apakah memilih kelas
IPA, yang terkenal dihuni para anak-anak berprestasi, atau memilih kelas IPS,
yang lebih sering disebut sebagai kelas buangan. Atau
ketika kita harus memilih universitas juga fakultas favorit. Inilah yang dilema
yangdialami Dwi. Dia sudah sangat yakin dengan pilihannya masuk IPS dan akan
melanjutkan ke STAN. Akan tetapi ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain. (hal 27).
Ternyata, dia gagal masuk STAN. Meski sedih, dia memilih
segara bangkit, berusaha merelakan, melepas dan ikhlas akan semua ketentuan
Allah. Dia percaya Allah pasti memiliki rencana lebih indah dari apa yang dia
rencanakan.
Ada pula kisah dari Redy Kuswanto “Ketika Kenyataan
Tak Sesuai Harapan” pada kisah ini kita akan dibuat hanyut oleh kisah yang
mengharukan dari penulis yang pernah menjadi jawara lomba “Seberapa
Indonesiakah Dirimu?” yang diadakan Penerbit Tiga Serangkai. Di mana dipaparkan
sejak awal kedatangan Redy dari tanah rencong adalah untuk melanjutkan pendidikan
strata satu. Namun ketika sampai di Yogyakarta, ternyata pendafataran untuk
universitas dan fakultas idamannya sudah tutup. Redy merasa sedih dan kecewa.
Namun dia tidak mau terlarut dalam kesedihan. Dia mencari jalan lain yang
mungkin bisa dia tempuh. Dia memilih melanjutkan sekolah D1. Hanya saja pilihan
itu, malah membuat dia dibenci oleh Yandi dan Desi—dua temannya, seperjalanan
dari Aceh ke Yogjakarta.
Meski begitu, Redy tetap memilih lanjut dan bertahan.
Namun berbagai cobaan tidak terduga kembali menerjangnya. Dimulai dari seretnya
kiriman orangtua, hingga masalah penyerangan GAM—Gerakan Aceh Merdeka—yang berimbas pada keluarganya. Di sinilah
kesabaranya diuji. Akan tetapi dengan sabar dan ikhlas dia melalui semua cobaan
itu, hingga satu persatu masalah bisa diatasi.
Tidak kalah inspiratif adalah kisah karya Jack
Sulistya berjudul “Penerbit Abal-abal Penguji Mental” Menceritakan tentang kejadian tidak terduga
yang dialami Jack ketika memenangkan sebuah lomba—dengan hadiah bisa
menerbitkan buku secara mandiri. Namun
siapa duga, ketika dia sudah menstransfer uang untuk pemesanan beberapa
ekslempar buku, ternyata buku itu tidak kunjung dikirim. Dan setelah dia
selidiki alamat penerbit itu palsu (hal 225).
Sebal dan marah itulah yang dirasakan Jack pertama
kalinya. Dia berkali-kali mencoba menghubungi penerbit yang bersangkutan untuk
bertanggung jawab. Tetapi hasilnya nihil. Sebenarnya bisa saja Jack menuntut
pihak penerbit. Namun Jack lebih memilih sabar dan ikhlas. Hal itu dia jadikan
pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi ketika ingin menerbitkan buku secara self
publishing.
Selain tiga kisah tersebut tentu saja masih banyak
kisah-kisah lain yang tidak kalah menginspirasi. Seperti kisah Merelakan LDR
Pasca Married karya Kak Adin, Bila yang Tertulis Untuku Adalah yang
Terbaik Untukmu karya K. Mubarokah, Jalan Terbaik Merelakan Kebangkrutan
karya Seno NS dan banyak lagi.
Dari kisah-kisah yang termaktub dalam kisah ini,
saya menyadari bahwa sabar dan ikhlas
memang tidak mudah, namun kita harus tetap berusaha, karena keduanya adalah
kunci utama agar kita selalu mensyukuri segala nikmat Allah baik suka atau
duka.
Srobyong, 31 Maret 2018
Label:
@temupenulis,
Laksana,
Review buku
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
[Review Buku] Kisah Tentang Kebohongan dan Kesempatan Kedua
[Sumber gambar : Pixiz]
Judul : My Real Boy
Penulis : Ansar Siri
Penerbit : Buku Pintar Indonesia
Cetakan : Pertama, Agustus 2018
Tebal : x + 222 halaman
ISBN : 978-602-5849-21-3
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
“Yang namanya kebohongan, dibela dari sisi mana pun,
tetap saja salah.” (hal 211).
Mengambil tema dunia remaja, novel ini menghadirkan sebuah kisah menarik tentang
suka duka dalam masa putih abu-abu. Dengan konflik yang tidak terduga dan penuh
kejutan, kita akan dibuat penasaran bagaimana akhir kisah ini nantinya. Memang benar, tema semacam ini
sudah banyak beredar di toko buku. Namun jangan salah, dengan sentuhan unik
penulis, kisah ini tetap memiliki magnet tersendiri, untuk dinikmati.
Saat ini nama Gilang sudah tidak asing lagi di
telinga. Apalagi bagi pengguna Wattpad. Kepandaian Gilang dalam merangkai kata
dan ketampanannya yang khas aktor Korea, telah menyedot perhatian publik. Dan
karena banyaknya followers Gilang, tulisan yang dia post di Wattpad itu pun
langsung dipinang salah satu penerbit besar.
Gilang juga mengadakan Meet and Greet agar bisa menyapa para
penggemarnya.
Di sisi lain ada pula Alea. Dia merupakan salah satu
fans berat puisi-puisi karya Gilang.
Menurutnya puisi Gilang itu sangat menyentuh dan manis banget. Namun
berbeda dari para fans Gilang, yang selalu meributkan soal ketampanan, Alea,
hanya fokus pada karya. Hingga suatu hari, keadaan membuat mereka berada di
sekolah yang sama. Jika menilik latar
Alea yang merupakan fans berat karya Gilang, harusnya dia bersemangat dan
menyambut kehadiran Gilang. Namun nyatanya, Alea merasa aneh (hal
23).
Belum cukup kebingungan Alea, dengan kepindahan
Gilang, yang sangat mendadak, tiba-tiba
cowok itu mengutarakan cinta. Tentu saja
pengakuan itu semakin membuat Alea blingsatan. Di satu sisi dia merasa
istimewa, di sisi lain, dia bimbang, karena menyadari bahwa Ratih,
sahabatnya juga menyukai Gilang. Dan masalah yang ada semakin runyam, ketika
tiba-tiba ada sosok gadis cantik, bernama Aira,
yang melabrak Alea, karena dianggap sebagai perusak hubungan orang lain.
Tidak berhenti sampai di sana. Sebuah konflik lain
dimunculkan penulis, dengan takaran yang pas,
sukses membuat pembaca tercengang. Karena di sini terlihat penulis
sangat rapi sekali menyimpan plot twist. Dari awal membaca novel ini,
saya tidak pernah menyangka akan ada konflik semacam ini. Masa lalu Alea, yang ternyata memiliki benang
merah dengan kehidupan Aira, serta kebohongan besar yang telah dilakukan Delon,
sahabat Alea, semakin menambah warna tersendiri pada novel ini.
Tidak hanya membahas tentang cinta, novel ini juga
menghadirkan kisah persahabatan manis antara Alea, Ratih dan Delon. Meski sempat mengalami masa krisis, mereka
berhasil mengatasi masalah itu dengan sangat baik. Ada juga masalah keluarga,
yang akan menyadarkan kita tentang
pentingnya kasih sayang dan perhatian orangtua. Serta kisah perjuangan remaja
yang ingin meraih mimpi.
“Pada dasarnya semua mimpi berhak untuk terwujud.
Dan lo sudah bertanggung jawab atas mimpi itu.”
(hal 28).
Secara keseluruhan, novel ini menarik untuk
dinikmati. Pilihan tema sederhana yang dipilih penulis, tidak menghalanginya
dalam menghadirkan nilai-nilai kehidupan yang patut kita renungkan. Dengan gaya
bahasa sederhana, kita akan mudah dalam memahami apa yang disampaikan penulis.
Dan sebagai naskah yang merupakan jebolan Wattpad, saya merasa novel ini
berbeda dari beberapa novel jebolan Wattpad lainnya.
Hanya saja dalam novel ini, saya masih menemukan beberapa
kesalahan tulis. Dan saya kurang puas dengan bagian Ratih yang tidak dilibatkan sampai akhir pada kisah
ini. Padahal Ratih memiliki peran penting dalam menghidupkan kisah ini. Namun
lepas dari kekurangannya dari novel ini saya belajar tentang kesabaran,
persahabatan, ketulusan dan semangat juang tinggi dalam meraih mimpi. Kita juga
diajak menjadi pribadi pemaaf, yang mau
memberikan kesempatan kedua kepada orang lain untuk berubah.
Srobyong, 15 September 2018
Label:
Ansar Siri,
Buku Pintar Indonesia,
Review buku
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
[Resensi] Kehidupan Tiga Wanita Berbeda Zaman dan Tragedi 1965
Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 9 Desember 2018
Judul :
Sunyi di Dada Sumirah
Penulis : Artie Ahmad
Penerbit : Mojok
Cetakan : Pertama, Agustus 2018
Tebal : viii + 298 halaman
ISBN : 978-602-1318-72-0
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatu Ulama, Jepara
“Tak ada
manusia yang bisa melarang manusia lain untuk memiliki Tuhan dan agama.
Lagi pula, tolak ukur manusia yang beragama dan ber-Tuhan siapa yang tahu? Yang
tahu, ya hanya diri kita sendiri. Hubungan spiritual itu tak bisa ditebak dan
dinilai orang lain dari penampilannya saja.” (hal 262).
Buku ini menceritakan tentang kehidupan tiga wanita
dalam rentan masa yang berbeda.
Diceritakan dengan sudut padang pertama dari masing-masing tokoh, akan
membuat kita merasa kisah itu terasa dekat sekali dengan kita. Seolah kita bisa
melihat kilasan cerita di depan mata. Belum lagi cerita yang dipaparkan sangat
kompleks. Kita akan dihadapkan pada sebuah kisah yang entah bagaimana, akan
membuat kita merasa sedih, marah dan tidak berdaya.
Apalagi dalam kisah ini meski tidak diungkapkan secara jelas dan terperinci,
penulis mencoba mengungkapkan tragedi 1965 yang menjadi latar sejarah kejamnya
hidup yang dialami tokoh cerita ini.
Penanggkapan tanpa surat perintah, perintah mengakui kejahatan yang
tidak dilakukan serta menjadi korban tahanan di Plantungan, telah membuat
kehidupan tokoh dalam kisah ini harus memeluk luka serta rindu.
Sunyi, merupakan wanita pertama yang dibahas penulis
dalam buku ini. “Andai Tuhan memberikan kesempatan kedua, aku ingin memilih
agar dilahirkan dari seorang ibu yang lain. Tapi sungguh sial, Tuhan
menciptakan hatiku demikian terbatasnya. Benci dan sayang dilebur menjadi satu,
dan itu semua hanya untuk ibuku. Meski demi menjadi anaknya, aku harus menjadi
seorang pendusta.” (hal 1).
Terlahir sebagai anak dari kupu-kupu malam, membuat Sunyi harus
mengalami berbagai pesakitan. Dikucilkan dalam pergaulan, dicemooh dan bahkan
hampir mengalami pelecehan seksual.
Sunyi marah dengan keadaan. Namun apa yang bisa dia lakukan? Ketika
ibunya sendiri tidak juga mau keluar dari dunia malam itu. Ibunya tetap keukuh
bekerja kepada Bonet, mucikari yang telah mengambil untung banyak dari pekerjaan ibunya. Hingga suatu hari dia
mengetahui alasan di balik piliha ibunya, hingga Sunyi bertekad untuk
mengeluarkan ibunya dari dunia kelam itu.
Sumira, wanita lain serta ibu dari Sunyi yang juga mengalami
kepahitan dan kesedihan hidup yang tak terkira. Di usianya yang masih belia,
dia harus menerima takdir, bahwa ibunya tiba-tiba ditangkap aparat dan menjadi
penghuni jeruji. Dan sejak itu Sumira harus menerima cibiran dari para
tetangganya. Dicap sebagai anak orang jahat, dan bahkan kemudian dia menjadi
korban jual beli manusia. Sumira tidak
pernah menyangka bahwa sosok yang dulu mengaku mencintai dan berjanji
menikahinya, malah menjualnya kepada mucikari, sehingga dia terperosok pada
jalan hidup yang laknat.
“Aku tak ingin menghardik Tuhan, ataupun
menuntutunya, meski apa yang dituliskan untukku terlalu pahit. Karena aku
sadar, Tuhan Maha Pemberi. Hidupku adalah kanvas yang terbentang, terserah mau
apa yang dituliskan di sana. Aku hanya ingin menikmatinya dan berterima kasih,
meski aku sangat benci dengan hidupku sendiri.”
(hal 85).
Dan wanita ketiga adalah Suntini, ibu dari Sumirah,
yang berarti nenek dari Sunyi. Kehidupannya pun tidak kalah menyedihkan dari
keturunannya. Kebagiaan yang dia terima baru sejengkal, ketika tiba-tiba
suaminya meninggal dunia. Dengan kegigihannya dia bertahan demi putri semata
wayangnya. Namun di sebuah waktu yang tidak terduga, pertemuannya dengan Dyah,
sahabat lamanya, pada akhirnya mengangantarkan Suntini menjadi penghuni jeruji.
Dia ditangkap tanpa mengetahui kesalahannya dan di penjara di Plantungan.
Dengan benang merah yang cuku rapi, penulis berhasil
merajut kisah ini dengan menarik.
Membaca jejak masing-masing tokoh wanita dalam kisah ini, akan membuat
kita belajar banyak hal dari kisah ini.
Hanya saja ada beberapa bagian yang terasa bolong dan tidak dijelaskan
secara gamblang. Khususnya pada bagian Suntini. Di mana saya belum merasa
sesuatu yang lebih greget dan menggetarkan. Padahal jika penulis menjabarkan
lebih dalam, kisah ini akan lebih menarik dan apik.
Namun lepas dari kekurangangnya, buku ini cukup
memberi banyak pembelajaran hidup. Seperti ajakan untuk selalu mengingat Tuhan, rasa
syukur dan belajar memaafkan. “Membenci
akan membuat nilai derajat diri kita turun, akan lebih menjadi rendah
lagi. memaafkan siapa saja yang menyakiti adalah satu cara yang ampuh untuk
mengobati hati yang merasa tersakiti.” (hal 120).
Srobyong, 11 November 2018
Label:
Artie Ahmad,
Koran Singgalang,
Mojok,
Review buku
Lokasi: Srobyong-Mlonggo
Srobyong, Mlonggo, Jepara Regency, Central Java, Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)