Monday 31 December 2018

[Traveling] Plesiran di Telaga Seribu Akar



[Dokumen Pribadi]

“Sehatkan hati dan jiwa dengan menyantu bersama alam
Karena alam ada sebagai pengingat kekuasaan Allah.”
~Ratnani Latifah~


Sudah cukup lama saya mendengar ada wisata  di daerah Bondo, Bangsri –Jepara –Jawa Tengah, selain Pantai Bondo Atau lazim disebut Pantai Ombak Mati. Namun kesempatan untuk mengunjungi wahana ini baru terealisasikan Sabtu, 29 Desember 2018.  

[Dokumen Pribadi]


Apa sih yang seru dan asyik dari wisata ini? Kenapa “Telaga Sejuta Akar” menjadi satu dari wahana wisata Jepara yang patut dikunjungi? Dan apa bedanya degan “Wisata Akar Seribu” Okelah, saya akan sedikit membahas tentang wisata ini. Siapa tahu kamu suka dan ingin mampir ke sini, jika sedang dolan di Jepara.

Memang sih keduanya memiliki nama yang sama yang berhubungan dengan akar, tapi wisata ini jelas beda. “Akar Seribu” itu terletak di Plajan, Pakis Aji-Jepara, lebih jelasnya bisa cek tautan ini. Sedangkan “Telaga Sejuta Akar” itu letaknya di Bondo-Bangsri-Jepara., sebagaimana yang sudah saya paparkan di atas.  

Wisata ini menawarkan pemandangan yang tidak kalah indah dari “Akar Seribu”. Di sana kita bisa menikmati pemandangan alam nan indah. Karena tempat ini dikelilingi jejeran pohon karet  beringin dengan jumlah akar yang sangat banyak, sehingga tempat ini disebut sebagai sejuta akar.

[Dokumen Pribadi]

Di sana kita bisa merasakan keindahan pesona alam,  tempat asri nan sejuk dan  udara segar.  Mata air laiknya telaga juga menjadi daya pesona tersendiri yang menarik.  Asyik, kan?  Tempat ini disediakan kursi-kursi strategis untuk menikmati pemandangan atau sekadar duduk santai. Bagi yang suka berswafoto, maka tempat ini memiliki spot-spot menarik yang bisa dipilih.  Untuk tiket masuk pun relatif murah. Kita hanya butuh mengelurkan Rp 2.500,-- jika ingin plesir di sini. Intip yuk, beberapa spot yang bisa dijadikan pilihan :D 

[Dokumen Pribadi]


[Dokumen Pribadi]


[Dokumen Pribadi]

[Dokumen Pribadi]


            Menurut pengelola wisata ini, konon telaga ini dulu disebut sebagai Telaga Mandirejo. Sebuah petilasan, tempat yang dulu digunakan oleh Dewi Anjani hamil dan melahirkan seorang anak berupa kera putih (hanoman). Sehingga kala itu konon banyak spesies serupa di telaga ini. Namun berjalannya waktu spesies itu sudah tidak ada lagi.

            Dan konon telaga ini sudah ada, sebelum  desa untuk ditempati warga. Di mana tempat ini pernah disakralkan—di mana dulu orang yang sedang haid dilarang masuk ke sana. Akan tetapi sekarang sudah tidak ada lagi larangan seperti itu. Sekarang siapa saja bisa masuk dan menikmati keindahan alam yang ada di sana. Apalagi dengan berbagai fasilitas yang sudah mulai disediakan di sana.  Salah satunya ada gardu pandangnya juga, lho. 

[Dokumen Pribadi]

Dan tahu nggak, telaga ini selain dijadikan tempat wisata, ternyata juga bermanfaat sebagai pengairan sawah-sawah di desa Bondo.  Mantap bukan?

            Srobyong, 31 Desember 2018 

Thursday 27 December 2018

[Review Buku] Usaha Berdamai dengan Masa Lalu



[Sumber gambar : Pixiz] 

Judul           : Fixing a Broken Heart
Penulis        : Indah Hanaco
Penerbit      : Gramedia
Cetakan      : Pertama, Mei 2017
Tebal          : 296 halaman
ISBN          : 978-602- 03-4002-9

Setiap orang pasti memiliki masa lalu—entah itu masa-masa yang menyenangkan atau malah masa-masa tersulit dalam hidup—semua menjadi keberagaman warna yang bisa menjadi jalan untuk mendewasakan diri. Masa lalu adalah jejak langkah dari hidup kita. Dari masa lalu kita belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dari masa lalu kita bisa mengambil pengalaman agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Untuk itulah kita perlu berdamai dengan masa lalu. Jangan jadikan masa lalu sebagai batu sandungan, tapi jadikan sebagai batu loncatan.

Cinta dan masa lalu, merupakan dua tema yang tidak akan ada habisnya untuk dijadikan sebuah kisah. Karena pada kondisi nyata, setiap orang memang selalu berhubungan dengan dua masalah tersebut. Dan Indah Hanaco—penulis yang sangat produktif ini, selalu memiliki keunggulan tersendiri dalam mengeksekusi cerita. Meski dia mengambil tema yang bisa dibilang mainstream, tapi dia berhasil membuat kisah-kisahnya selalu menarik untuk dibaca.

“Fixing a Broken Heart” mengisahkan tentang kehidupan Brisha yang penuh dengan jejak-jejak masa lalu, yang menakjubkan. Dia pernah memiliki pacar posesif yang  suka memukul, hingga berhubungan dengan pria—yang ternyata sudah menikah bahkan sering memakai jasa cewek nakal. Hal itulah yang cukup membuat Brisah depresi, hingga dia mengalihkan kemarahannya itu lewat makanan.  Tapi karena itu pula, kini tubuhnya membengkak. Padahal bagi wanita, tubuh harus dijaga sedemikian rupa agar selalu tampit cantik.

Brisha pun bertekad untuk memperbaiki penampilannya dengan meminum obat pelangsing. Tapi bukannya berhasil melangsingkan tubuh, dia berakhir tumbang dan dibawa ke rumah sakit (hal 14).

Di sinilah tanpa sengaja Brisha bertemu dengan Austin, mantan pacar sahabatnya—Sophie, yang merupakan seorang artis.  Brisha yang sejak awal agak menjaga jarak dengan makhluk bernama cowok, karena sejarah masa lalunya, entah kenapa dengan Austin dia merasa nyaman.

Bukankah cinta memang tidak tahu kapan akan datang? Namun masalanya ketika cinta itu mulai tumbuh, Brisah harus dihadapkan kembali dengan potret masa lalunya. Siapa sangka kalau Austin adalah sahabat dari Andaru—mantan pacarnya yang posesif dan suka memukul itu (hal 124).Kenyataan itu tentu saja cukup membuat Austin kaget dan bingung. Karena selama yang dia kenal Andaru adalah sosok sahabat yang baik.

Selain harus berhadapan dengan Andaru, masalah lainnya adalah, ketika harus berhadapan dengan berbagai gosip cinta lokasi yang sering menerpa Austin. Tak hanya itu, munculnya juga masalah dari gadis berorientasi seksual tak biasa dan sebuah kasus pembunuhan.

Novel ini cukup kompleks dengan berbagai masalah. Namun dengan porsinya masing-masing penulis mampu membuat kisahnya tetap menarik. Meski dalam buku ini masih ditemukan sedikit kesalahan tulis, dan  kita tidak akan menemukan sebuah misteri khas Hercule Poirot atau Detective conan. Karena memang pada dasarnya novel ini lebih ke romance.

Tapi lepas dari kekurangannya, novel yang juga mengandung unsur persahabatan ini, tetap menarik. Keunggulan lainnya dari novel ini adalah gaya percakapan penulis yang membuat kisahnya semakin hidup. Sederhana tapi sukses bikin pensaran.
Membaca novel ini kita diajak menjadi pribadi yang lebih tangguh. Bahwa setiap masalah ada penyelesaiannya dan kita harus berdamai dengan masa lalu.

Srobyong, 17 Maret 2018

Wednesday 26 December 2018

[Resensi] Dari Hobi Menjadi Usaha Bisnis

Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 9 Desember 2018


Judul               : Homesick for Seoul
Penulis             : Fiona Natalia
Penerbit           : Pop, Imprin KPG
Cetakan           : Pertama, Juli 2018
Tebal               : 136 halaman
ISBN               : 978-602-424-848-2
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Fiona tidak pernah menyangka dari kunjungannya ke Korea di tahun 2013,  kini dia telah berhasil membangun sebuah usaha bisnis. Di mana bisnis yang dijalankan tidak jauh dari hobinya, yaitu traveling.  Hanya saja dalam usahanya dia fokus pada destinasi wisata di Korea. Karena sejak kunjungannya ke Korea, Fiona merasa jatuh cinta dengan negeri gingseng tersebut. Dia selalu rindu, dan mengungkapkan kerinduannya dengan membuat bisnis ini.

Bisnis itu dia beri nama “dearestJINHE”. Di mana, Fiona mencoba membantu beberapa temannya menyusun itinerary (rencana perjalanan) ke Korea. Dan ternyata usaha kecil itu cukup membuat teman-temannya puas dengan itinerary dan direction yang telah dia buat. Maka sejak itu, dia mencoba menawarkan jasa itu melalui beberapa media sosial. Pertama kali dia memilih mengenalkan bisnisnya di ask.fm (hal 35).  Awal-awalnya banyak pelanggan yang berasal dari folowers  ask.fm, hingga kemudian Fional mulai melirik Instagram sebagai media yang mengenalkan  dearestJINHEE, dengan akun @dearestjinhee.

Di luar dugaan banyak sekali yang tertarik dengan jasa yang dia tawarkan, karena mereka bisa atur itinerary fsn bebas menentukan waktu untuk belanja atau bahkan fangirling. Jasa ini snagat berbeda dengan tur umum yang membatasi waktu berkunjung ke suatu tempat. Sejak tahun 2015, dearestJINHEE terus berkembang dan kini sudah bekerjasama dengan local guide, sopir, pemilik apartemen, pemilik gusthouse, fotografer bahkan rumah sakit (hal 37).

Suka duka yang pernah dialami Fiona selama mengembangkan bisnis travelnya adalah itinerary dan  paket tur yang diabuat dijiplak oleh agen lain dengan memasang harga yang lebih murah. Pernah juga ada akun travel online yang mem-follow seluruh folowers di instagram personalnya dan kemudian menghujat Fiona di ask.fm. Namun dari pengalaman itu, dia menyadari bahwa bisnis online memang sangat menghasilkan profit sehingga banyak orang yang berlomba-lomba mengejar keuntungan.  Tapi bagi Fiona, meski dia sempat terbawa arus, dia kemudian memilih fokus pada tujuan awalnya dalam membangun bisnis. Karena bagaimana pun bisnis ini memang didasari akan rasa suka Fiona terhadap Korea. Dia ingin mengenalkan keindahan kota negeri gingseng kepada banyak orang.

Oleh sebab itu, dia tidak pernah lelah untuk mencari informasi terkait tempat-tempat indah yang disukai para traveler, yang kebanyakan memang merupakan pecinta K-Pop dan K-Drama. Sehingga tempat yang dia tawarkan dalam liburan  pun tidak monoton, namun berbeda dan menarik. Sehingga dia bisa memuaskan pelanggannya.  Berkat kesuksesannya ini, dia pernah menjadi pembicara di Fakultas Ilmu Bahasa UI dalam Talkshow Korean Culture 2016 dengan tema Travel dan Livinf ini Korea, sekaligus membahas sisi entrepreurship usaha travel. Dan tulisan Fiona tentang Bisnis Travel Consultant juga pernah dimuat di Harian Cetak Jawa Pos, Februari 2018.

Penasaran dengan paket tour yang ada di dearestJINHEE, bisa cek langsung di akun Instagramnya. Buku ini sangat menarik untuk dibaca, baik sebagai panduang wisata juga untuk mengambil inspirasi dari perjuangan penulis dalam membangun bisnis.

Srobyong, 1 Desember 2018 

Monday 24 December 2018

[Review Buku] Menaklukkan Masalah dan Kesedihan dengan Sikap Positif




Judul               : Hapus Sedihmu, Nikmati Hidupmu
Penulis             : Dwi Suwiknyo, dkk
Penerbit           : Noktah, Diva Press
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : 348 halaman
ISBN               : 978-602-51185-9-3

Setiap orang sudah pasti memiliki masalah. Karena masalah adalah bumbu dalam  kehidupan.  Kita tidak mungkin selalu dalam keadaan suka atau dalam keadaan sedih terus. Suka dan duka adalah pasangan yang saling mengiringi. Semua memiliki porsi masing-masing. Pepatah mengatakan, “Di balik kesedihan pasti ada kebahagian.”  Oleh karena itu, ketika kita mendapat masalah, hadapilah dengan  sikap positif dan pikiran terbuka. Karena dengan begitu, hati kita akan lebih lapang serta tegar.

Buku yang diambil dari kisah nyata para penulis ini, dengan paparan yang renyah dan lugas, mengajak kita untuk melihat sebuah masalah dari sisi pandang yang lain. Bahwa sebuah masalah bukanlah sesuatu yang harus kita takuti, hingga membuat kita selalu sedih. Namun sebaliknya, hadapi masalah dengan sikap positif, dan mengambil pelajaran untuk mendewasakan diri.

Sebut saja kisah yang dipaparkan Abi Ziya “Bayi, Ujian dan Keikhlasan”. Hal yang paling diharapkan dari sebuah pernikahan adalah kehadiran bayi. Begitu pula yang diharapkan Abi Ziya. Baginya menikah bukanlah akhir dari segalanya, tapi sebuah gerbang baru yang harus dia hadapi apa pun yang ada di dalamnya. Sebulan dua bulan, kabar tentang kehamilan istrinya belum juga dia dengar.

Namun pada bulan ke tiga, akhirnya kabar itu datang juga. Abi tentu saja sangat senang dan bersemangat dengan kabar tersebut. Dia bahkan sudah menyiapkan kamar mungil untuk bayinya nanti. Dia juga rutin membawa istrinya ke dokter kandungan untuk konsultasi kesehatan.  Semua awalnya terlihat baik-baik saja. Tapi suatu hari dokter memberitahukan, bahwa istrinya harus melakukan persalinan di rumah sakit. Dokter menjelaskan bahwa ada resiko kehamilan karena istrinya mengidap asma (hal 15).

Mendengar kabar itu Abi merasa sangat sedih. Dalam bayangan Abi, ketika istrinya harus melahirkan di rumah, nanti dia tidak akan mendapat pelayanan dengan cepat dan bahkan dibiarkan saja oleh para perawat yang terkenal ketus-ketus.  Mengingat banyak gosip negatif yang sering dia dengar. Namun yang lebih membuat Abi merasa sedih adalah ketika akhirnya bayi yang dia tunggu kelahirannya, lahir dalam keadaan yang memprihatikan dan harus dirawat secara intensif di rumah sakit. Bahkan sempat terdengar persentase kehidupannya sangat sedikit.

Kalut dan sedih itulah yang dirasakan Abi. Namun dia sadar sedih terus menerus bukanlah cara penyelesaian yang baik. Dia harus tegar demi dirinya, anak dan istrinya. Berbagai cara pun dia lakukan,  demi kesehatannya anaknya. Hingga akhirnya usahanya berhasil, anaknya  bisa sembuh dan sehat.

Ada pula kisah yang dipaparkan Afiana Rohmani “ Peluh dan  Air Mata  di FK” cita-cita Afi adalah menjadi penulis dan masuk jurusan sastra atau bahasa.  Namun orangtuanya menyarankannya untuk menjadi seorang dokter. Akhirnya demi kebahagiaan orangtua, Afi memilih masuk kedokteran (hal 31-32).

Di sinilah berbagai masalah mulai menyapa Afi.  Dia menyadari dirinya bukanlah siswa yang sangat pintar. Oleh karena itu, Afi belajar mati-matian agar bisa mengikuti arus pendidikan kedokteran, yang umumnya memang didominasi anak-anak cerdas. Sayangnya hal itu tidak mudah. Afi sering tertinggal dan bahkan tidak bisa ikut praktikum, karena nilai  pre-test-nya jelek. 

Tidak hanya itu,  pada akhir semester dia harus menerima, bahwa nilainya sangat anjlok. Banyak mata kuliahnya yang mendapat nilai D bahkan E. Padahal dia sudah belajar dengan maksimal. Berbagai masalah yang sering hadir saat kuliah, kadang membuat Afi ingin berhenti. Namun mengingat harapan sang ibu, akhirnya Afi bertahan meski harus terseok-seok hingga berhasil lulus dan dia tetap bisa menekuni hobinya menulis.

Selain dua kisah tersebut, masih ada 13 kisah yang tidak kalah menarik dan menginspirasi.  Seperti kisah Menjemput Rezeki di Pulau Seberang, Ketika Salah Jadi Sumber Tawa,  Balada Perawan Tua dan banyak lagi. Masing-masing cerita memiliki keunikan tersendiri. Meski ada beberapa kesalahan, kisah ini tetap menarik dibaca.

Membaca buku ini, kita diingatkan tentang pentingnya rasa syukur, sabar dan ikhlas ketika mendapat masalah. Kita tidak boleh putus asa dan selalu berpikir positif saat menghadapi masalah. Selain itu melalui kisah ini kita diingatkan tentang pentingnya iman yang ternyata bisa menjadi benteng bagi diri kita. “Benteng Kejiwaaan  yang sesungguhnya  adalah iman. Keimanan kepada Allah  Yang Maha Memiliki.” (hal 51).

Srobyong, 18 Mei 2018

[Review Buku] Belajar Arti Keikhlasan dan Kesabaran dari Novel

Judul               : Rumah Tanpa Jendela
Penulis             : Asma Nadia
Penerbit           : Republika
Cetakan           : Pertama, Oktober 2017
Tebal               : vi + 215 halaman
ISBN               : 978-602-0822-8-53


“Allah pasti mengabulkan setiap doa. Tapi kadang ada doa-doa lebih penting yang harus didahulukan.” (hal 40).

Setiap orang berhak memiliki harapan. Karena dengan adanya harapan kita akan memiliki semangat untuk berjuang. Novel ini menceritakan tentang mimpi seorang gadis kecil, bernama Rara. Dia tinggal di kompleks kumuh, di pinggiran Jakarta bersama keluargnya.  Meski hidup sederhana, Rara merasa bahagia. Dia merasa tidak kekurangan apa pun. Bapak, ibu dan neneknya pun sangat menyayangi Rara. Mereka jarang memarahi Rara seperti  bapak-ibu teman-temannya.

Rara memiliki hobi menggambar seperti anak-anak lainnya. Di mana dia sering menggambar  bangunan segi empat dari tripleks tipis berwarna cokelat. Rumah dengan satu pintu, tanpa jendela (hal 16).  Hingga suatu hari, dia bersama teman-temannya—Rafi, Akbar dan Yati, tanpa sengaja melawati serbuah rumah besar yang indah. Di sana Rara melihat jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela.

Maka sejak itu, dia  sangat ingin memiliki jendela yang nantinya bisa dia pasang di rumah tripleknya.  Di mana dengan memiliki jendela, dia bisa melihat bentang alam ciptaan Allah  yang indah.  Sejak bermimpi memiliki jendela, kebiasan Rara jadi berubah. Ketika bersama bapak-ibu dia akan selalu bercerita tentang keuntungan memiliki jendela, begitu pula ketika  berkumpul dengan teman-temannya. Bahkan kebiasaan menggambarnya juga berubah.  Dia tidak lagi menggambar bangunan reyot segi empat berwana cokelat dengan satu pintu, melainkan dilengkapi dua jendela besar dengan pot bunga yang cantik.

Dan untuk meraih harapannya itu, Rara rela mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hasil mengamen, mengojek payung, mengelap mobil atau dari Bude-nya. Namun ketika harapannya sudah tinggal sedikit lagi bisa dia dapat, Rara tidak tega melihat teman-temannya yang ingin menikmati makanan di restoran pandang. Hingga akhirnya dia memilih mentraktir teman-temannya, dan nanti akan mulai menabung lagi.

Meski begitu, Rara tidak pernah menyerah dalam usahanya meraih harapannya. Dengan terperinci Rara mencatat kira-kira berapa biaya yang dia butuhkan untuk membeli jendela. Kegigihan Rara ternyata ditangkap oleh bapak-nya, membuat pria tersebut bisa membantu mewujudkan harapan putri tunggalnya.

Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, ketika bapaknya hampir berhasil mewujudkan impian Rara, sebuah kecelakan tidak terduga terjadi.  Kebakaran terjadi di kompleks perumahan kumuh tersebut.  Karena berusaha menyelamatkan Simbok—nenek Rara, bapak tidak terselamatkan dan simbok terluka. Rara sangat sedih dan  terpukul. Dia merasa bersalah pada bapaknya, karena demi dirinya bapaknya bekerja keras untuk membuatkannya jendela. Namun begitu, gadis kecil itu tetap tegar dan sabar. Dia mencoba mengikhlaskan segalanya.

 “Manusia lemah, tapi Allah Maha Kuat, Kita tak mampu, tetapi ada yang mustahil bagi Allah. Selain ikhtiar, manusia hanya tinggal meminta.” (hal 185).

Diceritakan dengan alur maju menudur, novel ini  cukup membuat kita penasaran dengan akhir ceritanya. Asma Nadia punya ciri khas gaya bahasa dan  gaya bercerita yang bisa membuat pembaca penasaran.  Meski pada beberapa bagian kisah ini masih terasa datar dan biasa. Namun lepas dari kekurangannya, novel ini sangat menginspirasi. Novel ini  penuh  dengann nilai-nilai spiritual dan nilai agama yang patut kita renungkan.

Novel  bertema keluarga dan persahabatan ini, menghadirkan keluguan anak dalam bermimpi. Selain itu,  kita diajarkan arti penting tentang kesabaran, keikhlasan dan rasa syukur. Bahwa meski berkali-kali diberi cobaan, kita harus sabar dan kuat. Kita tidak boleh mengeluh. Kita harus mensyukuri apa yang diberikan Allah.  Kita harus yakin bahwa Allah akan memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan seorang hamba.  

Srobyong, 21 April 2018

[Review Buku] Menjadi Pribadi yang Sabar dan Ikhlas

Judul               : Lepaskan, Relakan, Ikhlaskan
Penulis             : @temupenulis
Penerbit           : Laksana
Cetakan           : Pertama, Januari 2018
Tebal               : 316 halaman
ISBN               : 978-602-407-290-2


Dalam hidup ini, tidak mungkin semua bisa berjalan lurus. Pasti suatu kali akan ada riak atau kerikil yang menjadi batu sandungan kita. Ada cobaan yang akan memberi kita kekuatan dan mengajarkan arti syukur serta keikhlasan. Karena memang begitulah kodrat hidup manusia. Ada suka ada duka. Ada cobaan juga pasti ada penyelesaian.   Buku  based on true story ini, dengan paparan yang lugas, renyah dan tidak menggurui memberikan banyak pembelajaran kepada kita tentang pentingnya sikap sabar dan ikhlas. Bahwa di balik sebuah cobaan, pasti akan ada hikmah yang bisa kita ambil dan teladani.

Misalnya saja kisah dari  Dwi Suwiknyo berjudul “Berdamai dengan Diri Sendiri” dalam kisah ini kita akan dihadapkan pada masalah sebagian banyak anak SMA yang mengalami dilema dalam menentukan jurusan kelas—apakah memilih kelas IPA, yang terkenal dihuni para anak-anak berprestasi, atau memilih kelas IPS, yang lebih sering disebut sebagai kelas buangan.   Atau ketika kita harus memilih universitas juga fakultas favorit. Inilah yang dilema yangdialami Dwi. Dia sudah sangat yakin dengan pilihannya masuk IPS dan akan melanjutkan ke STAN. Akan tetapi ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain.  (hal 27).

Ternyata, dia gagal masuk STAN. Meski sedih, dia memilih segara bangkit, berusaha merelakan, melepas dan ikhlas akan semua ketentuan Allah. Dia percaya Allah pasti memiliki rencana lebih indah dari apa yang dia rencanakan.

Ada pula kisah dari Redy Kuswanto “Ketika Kenyataan Tak Sesuai Harapan” pada kisah ini kita akan dibuat hanyut oleh kisah yang mengharukan dari penulis yang pernah menjadi jawara lomba “Seberapa Indonesiakah Dirimu?” yang diadakan Penerbit Tiga Serangkai. Di mana dipaparkan sejak awal kedatangan Redy dari tanah rencong adalah untuk melanjutkan pendidikan strata satu. Namun ketika sampai di Yogyakarta, ternyata pendafataran untuk universitas dan fakultas idamannya sudah tutup. Redy merasa sedih dan kecewa. Namun dia tidak mau terlarut dalam kesedihan. Dia mencari jalan lain yang mungkin bisa dia tempuh. Dia memilih melanjutkan sekolah D1. Hanya saja pilihan itu, malah membuat dia dibenci oleh Yandi dan Desi—dua temannya, seperjalanan dari Aceh ke Yogjakarta.

Meski begitu, Redy tetap memilih lanjut dan bertahan. Namun berbagai cobaan tidak terduga kembali menerjangnya. Dimulai dari seretnya kiriman orangtua, hingga masalah penyerangan GAM—Gerakan Aceh Merdeka—yang  berimbas pada keluarganya. Di sinilah kesabaranya diuji. Akan tetapi dengan sabar dan ikhlas dia melalui semua cobaan itu, hingga satu persatu masalah bisa diatasi.

Tidak kalah inspiratif adalah kisah karya Jack Sulistya berjudul “Penerbit Abal-abal Penguji Mental”  Menceritakan tentang kejadian tidak terduga yang dialami Jack ketika memenangkan sebuah lomba—dengan hadiah bisa menerbitkan buku secara mandiri.  Namun siapa duga, ketika dia sudah menstransfer uang untuk pemesanan beberapa ekslempar buku, ternyata buku itu tidak kunjung dikirim. Dan setelah dia selidiki alamat penerbit itu palsu (hal 225).

Sebal dan marah itulah yang dirasakan Jack pertama kalinya. Dia berkali-kali mencoba menghubungi penerbit yang bersangkutan untuk bertanggung jawab. Tetapi hasilnya nihil. Sebenarnya bisa saja Jack menuntut pihak penerbit. Namun Jack lebih memilih sabar dan ikhlas. Hal itu dia jadikan pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi ketika ingin menerbitkan buku secara self publishing.

Selain tiga kisah tersebut tentu saja masih banyak kisah-kisah lain yang tidak kalah menginspirasi. Seperti kisah Merelakan LDR Pasca Married karya Kak Adin, Bila yang Tertulis Untuku Adalah yang Terbaik Untukmu karya K. Mubarokah, Jalan Terbaik Merelakan Kebangkrutan karya Seno NS dan banyak lagi.

Dari kisah-kisah yang termaktub dalam kisah ini, saya menyadari bahwa sabar dan  ikhlas memang tidak mudah, namun kita harus tetap berusaha, karena keduanya adalah kunci utama agar kita selalu mensyukuri segala nikmat Allah baik suka atau duka.


Srobyong, 31 Maret 2018                                     

[Review Buku] Kisah Tentang Kebohongan dan Kesempatan Kedua


[Sumber gambar : Pixiz] 

Judul               : My Real Boy
Penulis             : Ansar Siri
Penerbit           : Buku Pintar Indonesia
Cetakan           : Pertama, Agustus 2018
Tebal               : x + 222 halaman
ISBN               : 978-602-5849-21-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

“Yang namanya kebohongan, dibela dari sisi mana pun, tetap saja salah.” (hal 211).

Mengambil tema dunia remaja, novel  ini menghadirkan sebuah kisah menarik tentang suka duka dalam masa putih abu-abu. Dengan konflik yang tidak terduga dan penuh kejutan, kita akan dibuat penasaran bagaimana akhir kisah ini  nantinya. Memang benar, tema semacam ini sudah banyak beredar di toko buku. Namun jangan salah, dengan sentuhan unik penulis, kisah ini tetap memiliki magnet tersendiri, untuk dinikmati.

Saat ini nama Gilang sudah tidak asing lagi di telinga. Apalagi bagi pengguna Wattpad. Kepandaian Gilang dalam merangkai kata dan ketampanannya yang khas aktor Korea, telah menyedot perhatian publik. Dan karena banyaknya followers Gilang, tulisan yang dia post di Wattpad itu pun langsung dipinang salah satu penerbit besar.  Gilang juga mengadakan Meet and Greet agar bisa menyapa para penggemarnya.

Di sisi lain ada pula Alea. Dia merupakan salah satu fans berat puisi-puisi karya Gilang.  Menurutnya puisi Gilang itu sangat menyentuh dan manis banget. Namun berbeda dari para fans Gilang, yang selalu meributkan soal ketampanan, Alea, hanya fokus pada karya. Hingga suatu hari, keadaan membuat mereka berada di sekolah yang sama.  Jika menilik latar Alea yang merupakan fans berat karya Gilang, harusnya dia bersemangat dan menyambut kehadiran Gilang. Namun nyatanya, Alea merasa  aneh (hal  23).

Belum cukup kebingungan Alea, dengan kepindahan Gilang, yang sangat mendadak,  tiba-tiba cowok itu mengutarakan cinta.  Tentu saja pengakuan itu semakin membuat Alea blingsatan. Di satu sisi dia merasa istimewa, di sisi lain, dia bimbang, karena menyadari bahwa Ratih, sahabatnya  juga menyukai Gilang.   Dan masalah yang ada semakin runyam, ketika tiba-tiba ada sosok gadis cantik, bernama Aira,  yang melabrak Alea, karena dianggap sebagai perusak hubungan orang lain.

Tidak berhenti sampai di sana. Sebuah konflik lain dimunculkan penulis, dengan takaran yang pas,  sukses membuat pembaca tercengang. Karena di sini terlihat penulis sangat rapi sekali menyimpan plot twist. Dari awal membaca novel ini, saya tidak pernah menyangka akan ada konflik semacam ini.  Masa lalu Alea, yang ternyata memiliki benang merah dengan kehidupan Aira, serta kebohongan besar yang telah dilakukan Delon, sahabat Alea, semakin menambah warna tersendiri pada novel ini.
Tidak hanya membahas tentang cinta, novel ini juga menghadirkan kisah persahabatan manis antara Alea, Ratih dan Delon.  Meski sempat mengalami masa krisis, mereka berhasil mengatasi masalah itu dengan sangat baik. Ada juga masalah keluarga, yang  akan menyadarkan kita tentang pentingnya kasih sayang dan perhatian orangtua. Serta kisah perjuangan remaja yang ingin meraih mimpi.

“Pada dasarnya semua mimpi berhak untuk terwujud. Dan lo sudah bertanggung jawab atas mimpi itu.” (hal 28).

Secara keseluruhan, novel ini menarik untuk dinikmati. Pilihan tema sederhana yang dipilih penulis, tidak menghalanginya dalam menghadirkan nilai-nilai kehidupan yang patut kita renungkan. Dengan gaya bahasa sederhana, kita akan mudah dalam memahami apa yang disampaikan penulis. Dan sebagai naskah yang merupakan jebolan Wattpad, saya merasa novel ini berbeda dari beberapa novel jebolan Wattpad lainnya. 

Hanya saja dalam novel ini, saya masih menemukan beberapa kesalahan tulis. Dan saya kurang puas dengan bagian Ratih  yang tidak dilibatkan sampai akhir pada kisah ini. Padahal Ratih memiliki peran penting dalam menghidupkan kisah ini. Namun lepas dari kekurangannya dari novel ini saya belajar tentang kesabaran, persahabatan, ketulusan dan semangat juang tinggi dalam meraih mimpi. Kita juga diajak menjadi pribadi pemaaf, yang  mau memberikan kesempatan kedua kepada orang lain untuk berubah. 

Srobyong, 15 September 2018 

[Resensi] Kehidupan Tiga Wanita Berbeda Zaman dan Tragedi 1965

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 9 Desember 2018



Judul               :  Sunyi di Dada Sumirah
Penulis             : Artie Ahmad
Penerbit           : Mojok
Cetakan           : Pertama, Agustus 2018
Tebal               : viii + 298 halaman
ISBN               : 978-602-1318-72-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

“Tak ada  manusia yang bisa melarang manusia lain untuk memiliki Tuhan dan agama. Lagi pula, tolak ukur manusia yang beragama dan ber-Tuhan siapa yang tahu? Yang tahu, ya hanya diri kita sendiri. Hubungan spiritual itu tak bisa ditebak dan dinilai orang lain dari penampilannya saja.” (hal 262).

Buku ini menceritakan tentang kehidupan tiga wanita dalam rentan masa yang berbeda.  Diceritakan dengan sudut padang pertama dari masing-masing tokoh, akan membuat kita merasa kisah itu terasa dekat sekali dengan kita. Seolah kita bisa melihat kilasan cerita di depan mata. Belum lagi cerita yang dipaparkan sangat kompleks. Kita akan dihadapkan pada sebuah kisah yang entah bagaimana, akan membuat kita merasa sedih, marah dan tidak berdaya.

Apalagi dalam kisah ini meski tidak  diungkapkan secara jelas dan terperinci, penulis mencoba mengungkapkan tragedi 1965 yang menjadi latar sejarah kejamnya hidup yang dialami tokoh cerita ini.  Penanggkapan tanpa surat perintah, perintah mengakui kejahatan yang tidak dilakukan serta menjadi korban tahanan di Plantungan, telah membuat kehidupan tokoh dalam kisah ini harus memeluk luka serta rindu.

Sunyi, merupakan wanita pertama yang dibahas penulis dalam buku ini. “Andai Tuhan memberikan kesempatan kedua, aku ingin memilih agar dilahirkan dari seorang ibu yang lain. Tapi sungguh sial, Tuhan menciptakan hatiku demikian terbatasnya. Benci dan sayang dilebur menjadi satu, dan itu semua hanya untuk ibuku. Meski demi menjadi anaknya, aku harus menjadi seorang pendusta.” (hal 1).

Terlahir sebagai anak  dari kupu-kupu malam, membuat Sunyi harus mengalami berbagai pesakitan. Dikucilkan dalam pergaulan, dicemooh dan bahkan hampir mengalami pelecehan seksual.  Sunyi marah dengan keadaan. Namun apa yang bisa dia lakukan? Ketika ibunya sendiri tidak juga mau keluar dari dunia malam itu. Ibunya tetap keukuh bekerja kepada Bonet, mucikari yang telah mengambil untung banyak dari  pekerjaan ibunya. Hingga suatu hari dia mengetahui alasan di balik piliha ibunya, hingga Sunyi bertekad untuk mengeluarkan ibunya dari dunia kelam itu.

Sumira, wanita lain  serta ibu dari Sunyi yang juga mengalami kepahitan dan kesedihan hidup yang tak terkira. Di usianya yang masih belia, dia harus menerima takdir, bahwa ibunya tiba-tiba ditangkap aparat dan menjadi penghuni jeruji. Dan sejak itu Sumira harus menerima cibiran dari para tetangganya. Dicap sebagai anak orang jahat, dan bahkan kemudian dia menjadi korban jual beli manusia.  Sumira tidak pernah menyangka bahwa sosok yang dulu mengaku mencintai dan berjanji menikahinya, malah menjualnya kepada mucikari, sehingga dia terperosok pada jalan hidup yang laknat.

“Aku tak ingin menghardik Tuhan, ataupun menuntutunya, meski apa yang dituliskan untukku terlalu pahit. Karena aku sadar, Tuhan Maha Pemberi. Hidupku adalah kanvas yang terbentang, terserah mau apa yang dituliskan di sana. Aku hanya ingin menikmatinya dan berterima kasih, meski aku sangat benci dengan hidupku sendiri.” (hal 85).

Dan wanita ketiga adalah Suntini, ibu dari Sumirah, yang berarti nenek dari Sunyi. Kehidupannya pun tidak kalah menyedihkan dari keturunannya. Kebagiaan yang dia terima baru sejengkal, ketika tiba-tiba suaminya meninggal dunia. Dengan kegigihannya dia bertahan demi putri semata wayangnya. Namun di sebuah waktu yang tidak terduga, pertemuannya dengan Dyah, sahabat lamanya, pada akhirnya mengangantarkan Suntini menjadi penghuni jeruji. Dia ditangkap tanpa mengetahui kesalahannya dan di penjara di  Plantungan.

Dengan benang merah yang cuku rapi, penulis berhasil merajut kisah ini dengan menarik.  Membaca jejak masing-masing tokoh wanita dalam kisah ini, akan membuat kita belajar banyak hal dari kisah ini.  Hanya saja ada beberapa bagian yang terasa bolong dan tidak dijelaskan secara gamblang. Khususnya pada bagian Suntini. Di mana saya belum merasa sesuatu yang lebih greget dan menggetarkan. Padahal jika penulis menjabarkan lebih dalam, kisah ini akan lebih menarik dan apik.
Namun lepas dari kekurangangnya, buku ini cukup memberi banyak pembelajaran hidup. Seperti ajakan untuk selalu mengingat Tuhan, rasa syukur dan belajar memaafkan. “Membenci  akan membuat nilai derajat diri kita turun, akan lebih menjadi rendah lagi. memaafkan siapa saja yang menyakiti adalah satu cara yang ampuh untuk mengobati hati yang merasa tersakiti.” (hal 120).

Srobyong, 11 November 2018