MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
LATAR BELAKANG, TUJUAN, BIDANG GARAP, MODEL PENDIDIKAN NAHDHATUL
ULAMA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Yang Diampu Oleh: M. Zainuri, S.Ag., M. Pd.
Disusun
Oleh Kelompok 16:
1.
Ratnani Latifah (210305)
2.
Hidayah (210300)
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(UNISNU) JEPARA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEMESTER VII
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Organisasi masa
Islam yang tumbuh di Indonesia jauh sebelum kemerdekaan mempunyai andil yang
besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesadaran bangsa Indonesia tentang
pentingnya pendidikan ditandai dengan upaya-upaya mereka dalam bidang
pendidikan baik melalui organisasi maupun perorangan.
Ada beberapa organisasi Islam yang memiliki andil sangat besar dan
berpartisipasi dalam proses pembaharuan di Indonesia yang diantarnya adalah
Nahdhatul Ulama( NU ).
Mengenal Nahdhatul Ulama dalam konteks
pendidikan merupakan hal yang menarik. Ini karena sebuah kesadaran bahwa NU
menaungi beragam jenis pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Kuantitas pendidikan di bawah naungan NU (Ma'arif) tidak terbantahkan
banyaknya. Meski demikian, dalam hal kualitas, keberadaan pendidikan di bawah
naungan NU tetap harus diperjuangkan untuk ditingkatkan.
Banyaknya lembaga pendidikan di bawah naungan
NU berbanding lurus dengan jumlah umat NU yang mayoritas di negeri ini. Hal itu
yang kemudian menuntut disediakannya lembaga-lembaga pendidikan yang dapat
dijadikan media belajar dan pengembangan bagi umat NU. NU perlu mengkoordinasi
lembaga-lembaga pendidikan yang ada di bawah naungannya, mengingat ada ciri
khusus yang harus ada dalam materi pelajaran di lembaga pendidikan NU, yaitu
materi Aswaja (Ahlus Sunnah wal-Jama'ah). Materi ini tidak mesti diberikan di
lembaga pendidikan di luar naungan NU.
Lebih lanjut, makalah ini akan mengulas
eksistensi pendidikan NU mulai dari sejak berdirinya sampai dengan pertumbuhan
dan perkembangannya serta beragam problem yang melingkupi dan kemungkinan
solusinya. Bagaimanapun tulisan ini hanya secercah kata untuk melukiskan
keberadaan pendidikan NU secara sekilas. Untuk melihat dan mengenal serta
memahami pendidikan NU yang sebenarnya haruslah melalui observasi dan kajian
serta eksplorasi yang lebih mendalam melalui beragam metode dan sumber yang
tersedia.
A. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan masalah sabagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Nahdhatul Ulama?
2. Apa tujuan berdirinya Nahdhatul Ulama?
3. Apa bidang garap Nahdhatul Ulama?
4. Bagaimna model pendidikan nahdhatul Ulama?
B. Tujuan Masalah
Dalam makalah ini tujuan masalah yang akan dipaparkan adalah:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Nahdhatul Ulama
2. Untuk mengetahui tujuan berdirinya Nahdhatul Ulama
3. Untuk mengetahui bidang garap Nahdhatul Ulama
4. Untuk mengetahui model pendidikan Nahdhatul Ulama
BAB II
PEMBHASAN
A. Latar Belakang Berdirinya Nahdhatul Ulama
Kalangan pesantren
gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah
Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan
kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut
Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar,
selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang
berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Sementara itu,
keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa
Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan Kebangkitan Nasional.
Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi
sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai
jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
Ketika Raja Ibnu
Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak
menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini
banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat
sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di
bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S.
Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela
keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban
tersebut. Mereka berseru kepada Ibnu Sa’ud, penguasa baru di tanah Arab, agar
kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota
Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak
dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar
'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan
keputusan tersebut.
Didorong oleh
minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli
terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa
membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan
kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala
penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya
hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka
masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang
berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan
peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat
embrional dan ad hoc(khusus),
maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup
dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah
berkoordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk
organisasi yang bernama Nahdlatul
Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan
prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Adapun susunan pengurus NU yang pertama kali adalah sebagai berikut:
Raisul Akbar : K.H.
Hasyim Asy’ari Tebuireng
Wakil Ra’isul Akbar : KH. Ahmad
Dahlan Surabaya
Khatib Awal : KH.
Abdul Wahab Habullah Surabaya
Khatib Sani : KH.
Abdul Halitn Cirebon
A’wan :
KH. M. Alwi Abdul Aziz Surabaya
Mutasyar : KIT
R. Asnawi Kudus
Mutasyar : KH.
Ridwan Semarang.
Dengan demikian NU bermaksud ingin memegang teguh salah satu mazhab
dari machab imam empat yaitu, Imam
Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hambali, dan Imam Hanafi.
B. Tujuan Berdirinya Nahdhotul Ulama
NU sebagai perkumpulan / jam’iyyah diniyyah islamiyah ijtima’iyyah
(organisasi sosial keagamaan Islam) ada untuk menciptakan kemaslahatan
masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia.
Tujuan NU sendiri adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah
wal-Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi
kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.
Untuk mewujudkan tujusan tersebut, Nahdlatul Ulama melaksanakan usaha-usaha
sebagai berikut:
·
Di bidang agama,
mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah
wal-Jama’ah.
·
Di bidang
pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelengaraan
pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai
ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara.
·
Di bidang sosial,
mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan
ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan
(mustadl’afin).
·
Di bidang ekonomi,
mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk
kemakmuran yang merata.
·
Mengembangkan
usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam dan luar negeri yang
bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah.
Selain itu, NU juga bercita-cita untuk mewujudkan hubungan antar bangsa
yang adil, damai dan manusiawi menuntut saling pengertian dan saling
memerlukan, dan untuk mewujudkannya NU bertekad untuk mengembangkan ukhuwah
Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah dan ukhuwah Insaniyah yang mengemban
kepentingan nasional dan internasional dengan berpegang teguh pada
prinsip-prinsip al-ikhlash (ketulusan), al-‘adalah (keadilan), at-tawassuth
(moderasi), at-tawazun (keseimbangan) dan at-tasamuh (toleransi),
dengan tetap menjunjung tinggi semangat yang melatarbelakangi berdirinya dan
prinsip-prinsip yang ada dalam Qanun Asasi.
C. Bidang Garap Nahdhotul Ulama
Dalam kongres
Muslimat NU ke-16, empat bidang garapan akan menjadi fokus utama, meliputi
pendidikan, dakwah, kesehatan dan ekonomi. Untuk membahas materi mengenai
garapan tersebut, para pakar dan pejabat dari kementarian yang bersangkutan
akan dihadirkan untuk memberikan masukan.
Ketua Umum PP
Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, beberapa Kementerian dan
lembaga yang akan memberikan materi adalah
A.
Pendidikan
1.
Dirjen PAUD NI (Kemendiknas RI) dengan tema Program Dirjen PAUDNI dalam Pendidikan Anak usia Dini dan
Peningkatan ekonomi perempuan melalui berbagai program kecakapan hidup sebagai
bagian dari Peningkatan SDM di Indonesia.
2.
Dirjen Pendidikan Agama Islam: Program Dirjen Pendis dalam
mendorong penguatan kualitas RA dan TPQ melalui peningkatan mutu tenaga
pendidik dan kependidikan serta sarana prasarananya.
B.
Da’wah
1.
Pusat Kerukunan Amat Beragama Kementerian Agama RI: dengan tema Peran PKUB dalam mendorong dan memfasilitasi terwujudnya
harmoni kehidupan intern dan antar umat beragama di Indonesia melalui
pendekatan kesejahteraan.
2.
Majelis Ulama Indonesia : Peran MUI dalam mensinergikan
organisasi kemasyarakatan Islam agar terbangun ukhuwah Islamiyah secara
substansif melalui pendekatan kesejahteraan ummat.
3.
Ditjen Informasi dan Komunikasi Publio, Kementerian Kominfo RI,
dengan tema Meningkatkan peran IT sebagai
media da’wah di lingkungan Muslimat NU.
C.
Kesehatan
1.
BKKBN : Peran BKKBN dalam mewujudkan penduduk
berkualitas melalui layanan KB, BKB, BKR berdasarkan UU No. 52 tahun 2009 Bab
VII Pembngunan Keluarga.
2.
Pusat Prmosi Kesehatan, Kemenkes RI dengan tema Peran Badan Promkes dalam percepatan penurunan angka
kematian Ibu, bayi dan Balita di Indonesia.
D.
Ekonomi
1.
Deputi V Biang Pengembangan Sumber Daya Manusia (KUKM) dengan tema Kebijakan Deputi SDM dalam memberikan fasilitasi dan
openguatan SDM Koperasi di Indonesia.
2.
Lembaga Pengembangan Dana Bergulir (Kementerian KUKM RI) dengan
tema: Peran LPDB dalam penguatan permodalam koperasi, khususnya
koperasi perempuan di Indonesia.
3.
Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan dengan thema Peran Biba Pengelolaan DAS dan Perhutanan Social Kementerian
Kehutanan dalam mendorong proses rehabilitasi lahan dan hutan di Indonesia
(sinergi GO-NGO-CSO).
4.
Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian (Kementerian Pertanian RI)
dengan tema Peran Direktorat Jenderal
Sarana dan Prasarana dalam peningkatan kesejahteraan petani melalui berbagai
program peningkatan productivitas pertanian dan pemberdayaan ekonomi petani.
E. Model Pendidikan Nahdhotul Ulama
Model
Pendidikan Islam Nahdlatul Ulama (NU) NU dan pondok pesantren merupakan dua
institusi yang berbeda, tetapi keduanya nyaris tidak dapat dipisahkan. NU
adalah organisasi social-keagamaan, bahkan pada perkembangan berikutnya terjun
dalam kancah politik. Sementara pesantren adalah lembaga pendidikan yang
menjadikan Islam sebagai sumber nilai, dan materi dalam proses
belajar-mengajarnya. Walaupun dua lembaga keagamaan ini berbeda, namun tak
dapat dipisahkan, karena masing-masing saling mendukung satu sama lain.
Pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat non klasikal yaitu
dengan metode wetonan dan sorogan, pun pada waktu itu di pesantren tidak atau
belum diajarkan ilmu-ilmu umum. Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa
model pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) bersifat tradisionalis yakni
mengembangakan system pendidikan pesantren. Meskipun pada perkembangan
berikutnya NU- pun menyelenggarakan pendidikan modern, seperti sekolah atau
madrasah yang dalam pola belajar-mengajarnya dilakukan system klasikal.
Beberapa
metode yang dulu pernah di gunakan dalam pendidikan Nahdhotul Ulama yang
berkaca dari Pondok Pesantren Tebuireng adalah:
1. Metode Sorogan atau Bandonngan
Adalah
cara pengajaran yang banyak dipakai oleh para ulama pada masa dulu untuk
mengajarkan ilmu agama kepada santri.
Win Usuluddin (2002:41) menerangkan bahwa metode ini disebut sorogan karena
santri/peserta didik menghadap kiai atau ustadz pengajarnya seorang demi
seorang dan menyodorkan kitab untuk dibaca dan atau dikaji bersama dengan kiai
atau ustadz tersebut.
2. Metode Musyawarah
Musyawarah
adalah sebuah kegiatan diskusi dalam rangka melatih berfikir secara kritis,
cermat dan akurat demi keputusan bersama dengan kualitas kebenaran yang bisa
dipertanggung jawabkan. Metode ini efektif dalam menghasilkan santri berpikir
maju dan handal berperan serta dalam masyarakat.
3. Mata Pelajaran Umum
Dalam
pembelajaran memulai menambahkan ilmu umum seperti mata pelajaran matematika,
bahasa Indonesia, dan ilmu bumi
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah kami, bahwa dapat disimpulkan yaitu:
Ø Organisasi yang bernama Nahdlatul
Ulama (Kebangkitan Ulama) dibentuk pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari
1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Ø Tujuan
NU sendiri adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah
wal-Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi
kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta.
Ø Bidang garap yang dilakukan NU adalah:
a) Pendidikan
b) Dakwah
c) Kesehatan
d) Ekonomi
Ø
Model pendidikan NU hamper
menyerupai atau memang berkaca dari metode pesantren walaupun pada perkembngan
zaman NU mengikuti metode modern. Mereka pada awalnya menggunakan metode
sorogan atau bandongan, musyawarah, dan kemudian mata pelajaran umum.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah tentang latar belakang, tujuan,
bidang garap dan model pendidikan
Nahdhotul Ulama. Semoga dapat memberi manfaat untuk kita semua, kami
menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari sempurna, maka dengan rendah hati
kami mohon saran dan kritik dari segala pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay,
Haidar Putra, Historis dan Eksistensi Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta:
Tiara Wacana. 2001.
Syukur,
Fatah, sejarah Pendidikan Islam, Pustaka Rizki Putra. 2012.
Mukafi
Niam, http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,32155-lang,id-c,warta-t,Memahami+Hakikat+Dzikir-.phpx, diakses tanggal 29 DEsember 2013.