Wednesday 29 August 2018

[Resensi]Mengenalkan Ayat Kauniyah dan Qauliyah Pada Anak

Dimuat di Duta Masyarakat, Duta Masyarakat Sabtu 18 Agustus 2018


Judul               : Al-Quran Menakjubkan : Manusia dan Alam
Penulis             : DK Wardahani
Ilustrator         : Diani Apsari & Amalia Kartika Sari
Penerbit           : Qibla
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : 176 halaman
ISBN               : 978-602-455-459-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Membekali anak dengan pendidikan agama sejak dini merupakan pilihan tepat. Karena pendidikan agama adalah pondasi kuat, yang akan membangun kejiwaan, keimanan dan ketawaan anak.  Selain itu dengan bekal pendidikan agama, anak akan tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab dan berakhlakul kharimah. Salah satunya adalah  mengenalkan anak dengan ayat kauniyah dan qauliyah. Karena secara tidak langsung keduanya akan membuat anak mengenal ciptaan Tuhan dan juga belajar tentang keesaan Tuhan.

Ayat kauniyah adalah ayat yang menunjukkan segala sesuatu yang diciptakan Allah. Hal ini berkaitan dengan apa yang diciptakan Allah, baik itu berupa benda, kejadian atau peristiwa yang ada di alam semesta ini. Sedang Qauliyah adalah ayat-ayat yang difirman Allah, yang berhubungan dengan cara mengenal Tuhan.  Namun perlu dicatat, dalam mengenalkan pendidikan tentang ayat-ayat kauniyah dan qauliyah, orangtua harus pintar-pintar dalam memilih media yang menarik dan cocok bagi anak. Salah satunya dengan media membaca.

Di antara buku yang patut dibaca untuk anak yang sesuai dengan tema  tersebut adalah buku karya DK Wardhani yang berjudul “Al-Quran Menakjubkan : Manusia dan Alam” ditampilkan dengan kemasan yang menarik, penuh dengan gambar-gambar apik, anak akan semangat dan tertarik untuk belajar dan membacanya. Apalagi penulis memaparkannya dengan bahasa yang sederhana, sesuai dengan pemahaman anak.

Pada bagian pertama kita diajak mengenal dengan manusia pertama yang diciptakan Allah. Dialah Nabi Adam AS yang diciptakan  dari tanah  dengan bentuk manusia. Lalu ditiupkan ruh kepadanya. Nabi Adam As tidak memiliki ayah dan ibu. Nabi Adam As diberi  kelebihan ilmu dibanding makhluk Allah lainnya.  Agar memiliki keturunan Allah memberikan Nabi Adam AS, istri bernama Hawa. Alasan kenapa Allah menciptakan manusia adalah untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi.

Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berifirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.” (hal 2).

Allah menciptakan manusia dengan bentuk sebaik-baiknya. Oleh karena itu kita patut bersyukur kepada Allah.  Coba kita lihat bentuk tubuh kita. Dimulai dari kaki, tangan, indra mepengecap, mata, gigi, hidung, otak, telinga, sistem pencernaan dan lain sebagainya, masing-masing memiliki manfaat tersendiri.  Dalam surat  Al-Infithaar ayat 7-8 dijelaskan, “Allah telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadiamu dan menjadikannya (sususan tubuh)-mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (hal 9).

Misalnya saja  keberadaan gigi yang berguna untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi juga memiliki pelindung yang disebut email. Pelindung itu membantu mencegah lubang di gigi.  Atau otak yang bisa membuat kita berpikir dan memutuskan banyak hal. Selama kita masih hidup, otak bisa menerima dan mengolah jutaan informasi juga menyimpan jutaan ingatan.

Selain menciptakan manusia, Allah juga menciptakan alam. Ada langit,  bulan, matahari, bintang dan benda-benda langit lainnya.  Terciptanya benda di langit ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah.  Salah satunya kita bisa merenungkan ayat 190 dan 191 dalam surat Ali Imran. “Sesungguhmya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-siang.” (hal 85-86).

Ayat-ayat yang termatub dalam buku ini, selain mengingatkan kita tentang ciptaan Allah, juga mengajak kita untuk mempercayai kebesaran Allah.  Berbagai peristiwa yang ada di muka bumi, seperti terjadinya siang dan malam, pergantian waktu, hujan, kilat dan petir, atau angin, semua sudah Allah jelaskan dalam Al-Quran. Dan hal ini menunjukkan betapa besar kuasa dan kehendak Allah. 

Dilengkapi dengan aktivitas seru, buku ini sangat menarik untuk disugukan kepada anak. Apalagi melalui buku ini, anak juga bisa belajar tentang fakta sains yang ada dalam Al-Quran.  Jadi selama membaca buku ini, selain anak bisa meningkatkan iman dan takwa, ilmu tentang pengetahuan alam dan teknologi juga bisa bertambah.

Srobyong, 26 Mei 2018

Monday 27 August 2018

[Resensi] Kebenaran Tentang Taman Kupu-kupu

Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 12 Agustus 2018


Judul               : The Butterfly Garden
Penulis             : Dot Hutchison
Penerjemah      : Rosemary Kesauly
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Agustus 2018
Tebal               : 376 halaman
ISBN               : 978-602-037-949-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

The Butterfly Garden merupakan novel bergenre thriller  yang seru, menarik dan membuat penasaran. Dengan cara bercerita yang tidak umum, seperti kebanyakan novel yang ada, Dot Hutchison mampu menghadirkan suasana cerita yang hidup dan nyata. Penulis berhasilkan menggambarkan suasana mencekam, mengerikan dan sarat kesedihan, lewat tutur kata yang sederhana dan mudah dicerna.

Jika kebanyakan novel misteri thriller memulai cerita dengan sebuah kasus dan mengakhiri kisah dengan menemukan penjahat, maka dalam novel ini mengambil cara yang berbeda. Penulis mengawalinya dengan penemuan korban dari kejahatan, baru secara bertahap menceritakan kejadian apa yang sebenarnya telah terjadi pada para korban.  Akan tetapi yang membuat penasaran adalah bagaimana akhirnya agen khusus FBI berharil menemukan Taman Kupu-Kupu yang selalu terisolasi dari dunia luar?

Agen Khusus FBI Victor Hanoverian bersama Brandon Eddison tidak pernah menyangka bahwa mereka harus menangangi kasus yang sangat mengerikan. Ketika keberadaan Taman Kupu-kupu—tempat para perempuan muda diculik dan ditato sayap kupu-kupu sesuai dengan nama yang diberikan kepada mereka oleh Penjaga Taman—ditemukan, sebuah kisah kelam yang tidak pernah mereka duga, akhirnya terungkap kepermukaan.

Maya itulah salah satu korban yang diwawancarai agen FBI untuk memahami seluruh kejadian di Taman Kupu-kupu. Apa yang sebenarnya terjadi di sana, bagaimana mereka bisa terjebak di tempat itu dan apa saja yang telah dilakukan pria yang rela melakukan apa saja demi hasrat memerangkap keindahan selamanya, terhadap mereka. Meski dalam wawancara itu para agen harus sabar menghadapi sikap Maya yang tidak mudah lunak dan percaya pada orang lain.  

Siapa yang ingin hidup terkurung dalam penjara untuk selamanya? Kebebasan mereka  direnggut secara paksa. Mereka harus terpisah dari keluarga dan terisolasi dari dunia luar. Itulah yang dirasakan oleh para penghuni Taman Kupu-Kupu.  Mereka tiba-tiba diculik dan menjadi barang koleksi.  Tidak hanya jadi koleksi, mereka juga harus menjadi budak nafsu dari Sang Penjaga Taman dan anak-anaknya; Avery yang kejam dan Desmon yang mewarisi sikap ayahnya.   Selain itu setiap saat kematian akan mengintai mereka. Yaitu ketika   mereka sakit, atau ketika mereka hamil dan ketika usia mereka sudah 21 tahun. Tidak hanya dibunuh mereka juga akan diawetkan. 

Pelaku kejahatan ini memang bukan orang biasa. Dengan kekayaan yang melimpah, dia mampu melakukan apa saja yang diinginkan. Menurutnya apa yang dia lakukan adalah cara terbaik untuk melindungi para kupu-kupu. Dia meyakini bahwa makhluk cantik itu tidak akan memiliki waktu yang lama untuk hidup. Oleh karena itu dia memastikan untuk memberikan keabadian pada kupu-kupu (hal 94).  Hal itu terpicu oleh pengalaman di masa lalu, yang pernah dialami ayahnya, yang kehilangan seluruh koleksi kupu-kupu karena korslet listrik, sehingga ayahnya kemudian meninggal.

“Tiga setengah tahu lagi dia akan mengalirkan  formalin lewat pembuluh darahku. Aku cukup kenal dia dan tahu dia akan menemaiku sepanjang waktu, mungkin sambil membelai rambutku dan menatanya dengan rapi, lalu setelah darahku lenyap, dia akan memajangku dalam etalase kaca dan memenuhi etalase itu dengan cairan pengawat.” (hal 225).

Pada awalnya  kegiatan itu berjalan lancar tanpa cela. Semua berjalan sesuai dengan harapan Penjaga Taman. Hingga suatu hari Desmon, putra bungsunya yang pada awalnya tidak mengetahui kebiasaan ayah dan kakaknya, mendadak memasuki tempat itu dan menuntut penjelasan.  Di sinilah keberadaan Desmon menjadi pertaruhan. Apakah dia akan memihak kepada ayahnya atau memilih membantu melepaskan korban kebiadaban sang ayah dan kakaknya.

Tapi Desmond tetap saja buah yang jatuh tak jauh dari  pohonnya. Dengan alasan menjaga kehormatan keluarganya, pria itu memilih bungkam dan ikut andil dalam kejahatan itu. Meski dia hanya memilih Maya dalam setiap laku perbuatannya. Sedari awal membaca novel ini, kita akan dibuat penasaran bagaimana penulis menuntaskan kisahnya sampai akhir. Apalagi selama mewawancarai Maya, kita akan dibuat penasaran dengan latar  belakang jati diri dan sikap Maya yang terkesan menutup-nutupi penyelidikan.  Menarik dan recomended buat dibaca. Beberapa kekurangan yang ada tidak mengurangi keseruan cerita.

Srobyong, 30 Juni 2018

[Resensi] Menyucikan Hati dengan Mengkaji Al-Quran

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 12 Agustus 2018


Judul               : Revive Your Heart
Penulis             : Nouman Ali Khan
Penerjemah      : Rini Nurul Badariah
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : 176 halaman
ISBN               : 978-602-418-175-8
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Hati memiliki pengaruh besar dalam kehidupan kita. Rasulullah pernah berkata bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika dia baik, maka seluruh tubuh pun baik. Namun jika dia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh.  Dan perlu kita ketahui, segumpal daging itu maksudnya adalah hati.

Bisa dibilang hati adalah pangkal segala perbuatan kita. Misalnya saja ketika terjadi berbagai tindakan amoral; seperti meneror, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan lain sebagaianya. Jika kita melihat lebih dalam, terjadinya tindakan tersebut adalah karena hati yang kotor. Ketika hati kotor, kita cenderung melakukan perbuatan tercela atau jahat. Sebaliknya jika hati kita bersih, maka kita cenderung untuk melakukan kebaikan. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga hati dan mengobatinya agar tetap bersih dan sehat.  Di antara cara mengobati hati agar tetap sehat dan bersih adalah dengan mengkaji Al-Quran.

Buku ini dengan paparan yang cerdas, lugas  dan kritis, akan mengajak kita untuk mengkaji Al-Quran secara mendalam. Diambil dari kumpulan ceramah yang pernah dilakukan oleh Nouman Ali Khan, kita bisa memetik hikmah dan inspirasi tentang bagaimana cara memurnikan hati melalui terapi Al-Quran agar selalu sehat dan bersih.

Agar hati tenteram, bersih, sehat dan tidak mudah berkarat, maka kita harus selalu berpikir positif. Artinya jangan berburuk sangka kepada orang lain. Karena memiliki pikiran negatif hanya akan membuat kita sakit hati dan benci kepada orang lain. Padahal membenci orang lain adalah perbuatan tercela.  Dalam surat Al-Hujurat ayat 12 dijelaskan, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain  (hal 43).

Dalam ayat ini kita ditekankan untuk tidak memiliki prasangka buruk  baik kepada Allah atau manusia biasa. Kita juga tidak boleh  suka mencela, mencari kesalahan, mematai-matai, mengintai serta membicarakan keburukan orang lain. Sikap-sikap tersebut adalah tanda penyakit hati. Oleh karena itu penting bagi kita untuk  mengubah cara berpikir kita.  Yaitu dengan berpikir positif kepada siapa saja. Hal itu lebih aman dan bermanfaat.

Kemudian, jangan bersikap takabur. Yaitu sikap merasa lebih besar daripada orang lain. Apa pun kapasitas kita, kita semua dianugerahi posisi pemimpin.  Baik ketika menjadi pemimpin keluarga, manajer kantor,   menjadi pemimpin suatu daerah atau negara dan lain sebagainya.  Akan tetapi ketika menjadi pemimpin kita tidak boleh bersikap takabur. Kita harus bersikap lemah lembut dalam bersikap, baik dalam ekpresi wajah dan emosi. Kita tidak boleh merasa lebih hebat karena memiliki posisi yang lebih tinggi.  Anjuran bersikap lemah lembut sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159, “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.” (hal 59).

Selanjutnya adalah jangan bersikap batil. Yaitu mencurangi orang lain dalam mengumpulkan harta. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari surat Al-Baqarah ayat  188. “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”  (hal 70-7).

Kita hidup memerlukan uang. Namun perlu kita catat, dalam mengumpulkan uang atau harta kita tidak boleh melakukannya dengan cara yang batil atau salah. Seperti dengan mempraktikkan riba,  melakukan penipuan, korupsi atau menyogok pemerintah untuk kepentingan diri sendiri, agar harta yang kita peroleh bisa bertambah.  Kita harus mengetahui bahwa harta yang baik itu disertai berkah, sedangkan harta yang kotor itu disertai laknat.  Oleh karean itu, agar harta yang kita peroleh itu berkah, maka kita harus memcarinya dengan cara yang baik.

Selain sikap-sikap tersebut, masih banyak sikap lain yang dipaparkan dalam buku ini.  Seperti putus asa, lalai, cinta dunia dan banyak lagi.  Buku ini sangat patut dibaca dan diamalkan.

Srobyong, 13 Juli 2018

Saturday 25 August 2018

[Resensi] Kiprah Kepahlawanan Hasyim Asy’ari

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 12 Agustus 2018


Judul               : Penakluk Badai :Novel Biografi Hasyim Asy’ari
Penulis             : Aguk Irawan MN
Penerbit           : Republika
Terbit               :  2018
Tebal               : xxx + 562 halaman
ISBN               : 978-602-573-417-5
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Kiai Hasyim Asy’ari merupakan figur yang sangat mengagumkan.  Selain bergelar Hadratusyeikh (seorang guru besar di kalangan pesantren), dalam keputusan Presiden No.29/1964, dia juga diakui sebagai pahlawan kemerdekaan nasional. Ketokohannya tidak sekadar dalam bidang sosial  keagamaan, melainkan juga dalam bidang kenegaraan.

Dalam bidang keagamaan dapat dilihat dari kiprahnya mendirikan lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren moderen di tanah Jawa. Sistem pengajaran yang diterapkan di pesantren yang didirikannya berbeda dengan sistem belajar-mengajar di pesantren kebanyakan. Misalnya sistem bandongan—metode guru membacakan kitab dan murid menyimak sambil memberi makna pada kitab—diganti dengan sistem tutorial yang lebih sistematis dan terstruktur dengan baik.  Dia juga membuka sistem pendidikan berjenjang, memasukkan mata pelajaran umum dan mengajarkan bahasa asing, yaitu bahasa Belanda dan Inggris (hal xxi).

Kiai Hasyim adalah sosok yang  sangat revolusioner, pembela wong cilik dan berpikir out of the box.  Hal ini terlihat  ketika dia memilih membuka pesantren di tempat sepi,  dengan membabat hutan dan hidup di lingkungan orang-orang yang jauh dari cahaya agama. Dia berpendapat bahwa, pendidikan harus banyak diberikan kepada orang yang masih jauh dari peradaban dan kebudayaan adiluhung. Tekadnya yang kuat, membuat dia tidak mudah menyerah ketika harus menghadapi berbagai penolakan dari masyarakat. Kiai Hasyim tetap berusaha semaksimal mungkin, hingga akhirnya banyak masyarakat yang ingin mengenal dan belajar Islam lebih dalam.

Kiai Hasyim berkata, “Dakwah Islam tidak saja sekadar menanamkan iman di hati orang munafiq kafirun, agar mereka mencicipi nikmatnya hidayah. Tapi dakwah Islam mencakup pula kesejahteraan dan kedamaian hajat orang banyak yang hidup di muka bumi Allah. Jihad akbar kita sekarang adalah bagaimana para penzalim, kompeni kolonial  itu, hengkang dari bumi pertiwi. Sebab kiranya hanya dengan itulah, tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera setapak demi tapak akan terwujud.” (hal 144).

Selain  memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan, untuk mengeluarkan masyarakat dari lubang kebodohan,  Kiai Hasyim   juga aktif dalam memberdayakan potensi  perekonomian. Dengan adanya koperasi, dia ingin menganjurkan agar umat Islam menabung, meski hanya satu sen tiap  minggu atau bulan. (hal 247).

Tidak hanya itu, Kiai Hasyim merupakan seorang nasionalisme sejati. Dia  memiliki peran penting dalam tercapainya kemerdekaan Indonesia. Dari menyusun strategi-strategi di pos-pos yang ada, hingga mengangkat senjata langsung di tengah-tengah perjuang lainnya.  Kiai Hasyim menolak berpatisipasi dalam milisi buatan Belanda untuk mempertahankan Nusantara dari ancaman Jepang. Dia juga menolak sumbangan dari Belanda yang hendak diberikan ke pesantren-pesantren (hal 326).

Ketika Indonesia dikuasai Jepang, Kiai Hasyim  menolak segala aksi Niponisasi (serba Jepang). Seperti menyanyikan lagi “Kimigayo”, mengibarkan bendera Hinomaru dan melakukan aksi seikeirei. Akibatnya, tahun 1942 Kiai Hasyim ditangkap oleh tentara Jepang yang awalnya berada di penjara Jombang, lalu dipindah ke Mojokerto dan terakhir dibawa ke Surabaya. Di sana dia  mendapat banyak siksasaan. Namun begitu Kiai Hasyim tetap menjalaninya dengan sabar dan tabah.  Dia tetap teguh dengan prinsipnya yang tidak mau tunduk pada penjajah. (hal 341).

Tidak berhenti sampai di situ, Kiai Hasyim juga menyiapkan kader-kader Islam militan, dari para santri untuk ikut terjun ke milisi Laksar Hizbullah dan Barisan Sabilillah yang diketuai oleh putranya bernama Abdul Kholik.  Kiai Hasyim juga meminta dengan sangat kepada setiap kaum muslimin bangsa ini untuk bergabung bersama tentara Pembela Tanah Air (PETA) atau masuk gerakan Pandu Hisbul Wathan milik Muhamadiyah.

Kiai Hasyim memaparkan bahwa, “Mempertahankan kemerdekaan negeri ini adalah kewajiban kita bersama, kewajiban sebagai muslim, dan di sinilah keimanan kita diuji untuk mencintai negeri sendiri atau diam-diam kita menikung, lalu berkompromi dengan pihak sekutu (hal 406).

Dengan gaya bahasa yang lugas, novel biografi dari  tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini,  akan mengajak kita mengenal lebih dalam tentang sosok Kiai Hasyim Asy’ari. Baik dari sikap, perjalanan hidup, pemikiran juga kiprah kepahlawanannya yang inspiratif dan patut kita teladani. Melalui buku ini kita bisa belajar untuk menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dalam berjuang,  cinta tanah air, serta selalu teguh dalam memegang prinsip hidup.

Srobyong, 6 Juli 2018

Alhamdulillah kembali terpilih sebagai salah satu pemenang 
dalam lomba resensi buku "Aguk Irawan MN"

Friday 24 August 2018

[Resensi] Asrama Hailsham dan Kehidupan Manusia Kloning

Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 10 Agustus 2018


Judul               : Never Let Me Go
Penulis             : Kazuo Ishiguro
Penerjemah      : Gita Yulia K
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : 360 halaman
ISBN               : 978-979-227-493-6
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara


Novel ini ditulis oleh Kazuo Ishiguro, pemenang nobel sastra 2017. Mengambil tema tentang masalah kloning, novel ini mengajak itu menyelami kehidupan di sebuah  asrama bernama Hailsham yang terlihat menyenangkan dari luar, namun ternyata menyimpan duri yang menyakitkan. Bagaimana tidak, meskipun di sana mereka diperlakukan dengan baik; diajari seni, olahraga dan ilmu pengetahuan, anehnya mereka tidak pernah dibiarkan untuk berhubungan langsung dengan dunia di luar asrama.

“Mungkin semua ini kedengarannya konyol, tapi kau perlu ingat, bahwa bagi kami, pada tahap itu  dalam kehidupan kami, semua tempat di luar Hailsham bagaikan negeri khayal; kami hanya punya bayangan kabur tentang dunia di luar sana dan tentang apa yang mungkin dan tidak mungkin di sana.” (hal 88).

Bisa dibilang Haisham adalah tempat untuk mengisolasi para murid di asrama tersebut.  di antaranya adalah Kathy, Ruth dan Tommy.  Mereka disiapkan untuk memberikan organ-organ tubuh kepada warga yang membutuhkan yang berada di dunia luar.  Alasan kenapa mereka diperlakukan seperti itu, adalah karena mereka ternyata manusia hasil kloning. Di mana kehidupan mereka telah diatur dan dibatasi.

Melalui ingatan Kathy yang saat ini telah berusia 31, kita akan diantarkan pada kehidupan manusia-manusia kloning, dimulai dari kelahiran, masak kanak-kanak, remaja, hingga dewasa dan meninggal. Para manusia kloning memang tidak diberi kebebasan hidup. Mereka  hidup tanpa melalui fase balita.  Dan mereka tidak bisa hidup  sampai tua, selayaknya manusia biasa. Karena mereka memiliki tanggungan untuk memberikan donor tubuh kepada orang lain. Dan hal itu hanya bisa diakukan 3 sampai 4 kali. Setelah itu mereka harus merelakan nyawa.

Selain melihat kehidupan para manusia kloning, dalam novel ini, kita juga akan dihibur dengan kisah persahabatan Kathy, Ruth dan Tommy yang berujung menjadi cinta segitiga.  Meski takdir lagi-lagi membuat kehidupan mereka penuh kejutan.  Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana akhir kisah perjalanan tiga sahabat itu serta manusia kloning lainnya?

Novel ini cukup mengundang rasa penasaran dan membuat gregetan. Ketika mendengar pertama kali kalau novel “Never Let me Go” karya Kazuo Ishiguro akan diterbitkan di Indonesia, jujur saya merasa sangat penasaran. Karena konon di tahun 2005  majalah time menjadikannya sebagai 100 novel bahasa Inggris  terbaik.

Selain itu berbagai prestasi yang telah dicapai penulis, juga menjadi daya tarik tersendiri untuk mengenal karyanya.  Namun, kalau boleh jujur ketika akhirnya membaca buku ini saya cukup bingung dengan cerita yang ingin disampikan. Dan bisa dibilang novel ini agak membosankan. Alurnya lambat dan bertele-tele.  Karena kita hanya mengikuti perjalan masa lalu hidup Kathy hingga kembali ke kehidupannya di masa kini.

Tapi bukan berarti buku ini tidak bagus. Karena saya menyadari setiap manusia memiliki selera tersendiri dalam memilih sebuah genre buku.  Jika bagi saya kurang memuaskan, namun bagi pembaca lain buku ini bisa jadi  sangat bangus. Misalnya ketika saya menengok situs goodreas—salah satu tempat khusus bagi para penikmat buku untuk melihat berbagai buku, serta tempat para penikmati buku bisa memberi peringkat buku juga review—buku ini termasuk buku yang disukai dan mendapat banyak peringkat dari pembaca. Sebagai tambahan buku ini juga sudah diangkat ke layar lebar tahun. Dan dari beberapa tanggapan pembaca dan penikmat film, versi filmnya lebih menarik dan jelas daripada versi buku.

Namun lepas dari kekurangannya, buku ini bisa menjadi pengingat bahwa manusia semestinya memiliki hati nurani dan tidak bertindak sewenang-wenang. Kecanggihan teknologi tidak seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan diri sendiri atau demi memuaskan kesombongan.  Kecanggihan teknologi sebaiknya dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama.

Srobyong, 21 Juli 2018

Thursday 23 August 2018

[Resensi] Nasihat Terbaik Tentang Upaya Meraih Kesuksesan

Dimuat di Koran Jakarta, Rabu 8 Agustus 2018


Judul               : Road to Success
Penulis             : Napoleon Hill
Penerjemah      : Sandra Imelda
Terbit               : Juli 2018
Tebal               : 244 halaman
ISBN               : 978-602-03-5644-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Bisa meraih kesuksesan adalah mimpi semua orang. Terlahir dari keluarga sederhana dan tinggal di daerah pegunungan terpencil, Napoleon Hill memiliki semangat tinggi dalam usaha mewujudkan impiannya. Ketika akhirnya mimpinya berhasil terwujud, Hill menuliskan tentang rambu-rambu atau jalan yang bisa ditempuh semua orang yang ingin meraih kesuksesan. 

Hill memaparkan bahwa ada 15 jalan yang harus kita miliki jika ingin menjadi orang yang sukses. Dipaparkan dengan gaya bahasa yang sederhana dan persuasif, buku ini mengingatkan kita, bahwa dalam upaya meraih kesuksesan, kita tidak boleh menyepelekan hal-hal kecil. Karena sesuatu yang kecil jika kita asah, pada akhirnya akan membuahkan sesuatu yang besar. 

Pertama, kita harus memiliki keinginan sebagai tujuan utama dalam hidup. Perlu kita ketahui pelopor seluruh keberhasilan manusia adalah keinginan. Keinginan yang kuat adalah kekuatan misterius  sosok genius yang sedang tidur dalam otak manusia yang mulai bangkit dan bekerja, keinginan adalah bara yang meletup menjadi lidah api di tungku upaya manusia dan menghasilkan uap yang menghasilkan tindakan (hal 18). Ketika kita memiliki keinginan yang kuat, maka sudah pasti kita akan memiliki semangat tinggi untuk bertindak, berusaha mewujudkan.

Kedua adalah percaya diri. Untuk meraih kesuksesan kita harus percaya pada diri sendiri. Karena kepercayaan diri memiliki peran penting bagi kita untuk membuka jaringan. Jika kita tidak mempercayai dan menghargai diri sendiri, bagaimana orang lain mau menghargai kita?  Kita harus memperlakukan diri sendiri sebagai sosok berharga. Kita harus menjadi seorang pemberi kerja keras bagi diri sendiri. Kita harus bernai mencoba dan jangan takut gagal. Shakespeare pernah berkata, “Keraguan adalah sang pengkhianat, sering kali kita kehilangan kebaikan yang mungkin kita menangkan ketika takut untuk mencoba.” (hal 28-29).

Ketiga adalah inisiatif artinya kita berani melakukan sesuatu tanpa campur tangan  orang lain. Kita tidak menunggu saran atau perintah seseorang atau tidak meniru perbuatan orang lain dalam melalukan sesuatu atau membuka bisnis. Namun kita berani mengambil langkah terlebih dahulu untuk membuka kesempatan bagi diri kita sendiri, guna membuka jalan kesuksesan yang kita cari.

Keempat adalah imajinasi. Imajinasi telihat sederhana, namun jika kita bisa memanfaatkan dengan baik, maka imajinasi bisa mengantarkan kita pada jalan kesuksesan.  Karena dengan berimajinasi kita bisa mendapat banyak gagasan-gagasan menarik yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan usaha atau bisnis yang sedang kita rintis.  Kita pasti pernah mendengar nama Christopher Columbus. Dengan memanfaatkan imajinasinya, Columbus—pelaut muda yang miskin berhasil menemukan sebuah negara baru, yang saat ini menjadi negara adidaya—Amerika.

Kelima adalah tindakan. Ketika kita ingin meraih kesuksesan maka kita harus berani bertindak. Jika kita tidak mau bertindak, maka kita tidak akan memperoleh kemajuan bahkan rugi. Kita pasti ingat dengan Thomas Edison, untuk menciptakan lampu pijar, dia menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari filamen terbaik. Itulah hasil tindakan yang mengantarkannya pada kesuksesan. Kesuksesan tidak mungkin datang tanpa usaha. Sedangkan sepanjang hidup kita akan terus bertemu dengan rintangan. Namun perlu kita ingat, selalu ada pelajaran yang bisa kita ambil dari rintangan yang ada. Di mana kita semakin kuat dan semakin berani melangkah.

Selain lima hal yang sudah dipaparkan penulis, tentu saja masih banyak rambu-rambu lain yang perlu kita pahami. Seperti kontrol diri, yang akan melatih kita untuk bertindak setelah berpikir pantang, bukan karena keegoisan semata. Ada pula antusiasme, kepribadian yang aktraktif, pikiran akurat, konsentrasi, kegigihan, belajar dari kegagalan, toleransi dan banyak lagi.

Buku ini sangat tepat dibaca bagia siapa saja yang ingin mengenal jalan kesuksesan dan agar tidak tersesat.  Sebuah buku yang sangat inspiratif dan memotivasi diri menjadi pribadi yang lebih baik.  Selain itu berbagai pemaparan yang diterangkan penulis, mengingatkan kepada kita semua untuk menghargai diri sendiri,  dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai rintangan ketika ingin meraih kesuksesan.

“Kita tidak mungkin sukses dalam usaha apa pun, kecil atau besar, penting atau tidak, jika kita hanya berpikir tentang apa yang ingin kita capai, duduk diam, dan menunggu sampai hal itu terwujud tanpa kesabaran serta upaya keras.” (hal 124).

Srobyong, 2 Agustus 2018

Wednesday 22 August 2018

[Resensi] Memahami Konsep Rezeki Halal dan Berkah

Dimuat di Kabar Madura, Jumat 3 Agustus 2018


Judul               : Aplikasi Pencari Rezeki
Penulis             : Wusda Hesta & Achi TM
Penerbit           : Pastel Books
Cetakan           : Pertama, Januari 2018
Tebal               : 208 halaman
ISBN               : 978-602-6716-13-2
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Manusia hidup di dunia tentu saja membutuhkan rezeki. Dan sudah pasti setiap orang ingin memperoleh rezeki yang berlimpah, agar bisa menikmati hidup yang berkucukupan. Hanya saja bagaimana caranya agar kita bisa memperolehnya—rezeki berlimpah, lagi halal dan berkah? Buku ini dengan paparan yang renyah dan aktual, mengajak kita memahami tentang konsep rezeki berdasarkan nilai dalam Islam.

Pertama kita harus yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Jangan sampai kita merasa ragu dengan karunia-Nya. Contoh nyata kebiasaan yang sering kita lakukan adalah, kita memang percaya dengan kuasa Allah, namun di sisi lain kita juga sering ragu akan kekuasan tersebut. Kita selalu diliputi rasa takut tidak akan memperoleh rezeki—kehabisa uang, kita takut berbagi karena beranggapan jika berbagi akan membuat hati berkurang dan ketakutan yang lainnya.

Padahal  ketakutan itulah yang malah membuat rezeki kita terbatas,  sulit untuk bertambah.  “Gaji itu diatur manajemen manusia, sedangkan rezeki diatur Yang Mahakuasa.” (hal 11). Oleh karena itu, kepercayaan pada Allah itu sangat penting kita miliki. Dengan berserah dan mempercayakan semua hasil kerja kita pada Allah, rezeki tidak terduga malah bisa datang sewaktu-waktu—misalnya ketika kita benar-benar membutuhkan.

Menanamkan sikap syukur juga menjadi salah satu hal yang harus kita lakukan. Berapa pun rezeki yang kita dapat—besar atau kecil—ketika mau bersyukur, maka hati kita akan lapang dan hidup akan tenteram. Sebaliknya jika sering mengeluh, meski kita memiliki rezeki melimpah, yang ada kita masih terus merasa kurang.

Tidak kalah penting yang harus kita perhatikan dalam mencari rezeki adalah ilmu—yang artinya kita harus mengetahui tentang tatacara mencari rezeki yang baik sesuai dengan jalan yang diridai Allah.  Dengan begitu rezeki yang kita dapat akan menjadi berkah. Jangan sampai kita mencari rezeki lewat jalan haram, yang pada akhirnya akan membuat kita rugi.

“Kalau kita mencari rezeki dengan ilmu yang baik, pasti kita akan menemukan rezeki sesuai dengan pilihan kita.  Ketika kita mencari rezeki dengan cara halal, kita akan mendapatkan hasil yang halal, lebih berkah, dan lebih mengenyangkan ketika dimakan. Harga diri terjaga dan jauh dari hinaan. Sebaliknya, ketika kita mencari rezeki dengan cara haram, sudahlah besar resikonya.” (hal 27).

Perlu kita ketahui, anak yang dibesarkan dengan uang halal, belum tentu mempunyai kepribadian yang baik. Apalagi jika anak yang dibesarkan dengan uang haram. Itulah kenapa dalam mencari rezeki kita harus berhati-hati.

Selanjutnya meski kita memahami konsep bahwa rezeki setiap orang sudah diatur oleh Allah, kita tetap tidak boleh berdiam diri saja. Kita harus bekerja dengan giat sesuai dengan kemampuan kita. Karena tentu saja tidak mungkin rezeki akan datang sendiri tanpa adanya usaha dari kita, melalui bekerja. “Rezeki itu ada di tangan Allah dan sudah disiapkan di setiap persimpangan yang akan kita lewati. Kalau kira tidak jalan-jalan dan hanya di rumah, mana pernah kita akan bertemu persimpangan untuk mengambil rezeki?” (hal 66).

Dan yang tidak boleh kita lupakan dan sepelakan adalah mau bersedekah. Memang benar jika kita telaah sesuai logika, saat kita memberikan sebagian harta pada orang lain, maka harta kita akan berkurang. Namun dalam konsep di mata Allah tentu berbeda. Semakin banyak kita bersedekah, maka semakin berlimpah potensi rezeki kita. Karena Allah sudah menjanjikan melipat gandakan pahala bagi siapa saja yang mau bersedekah dengan ikhlas kepada Allah. Selain itu dengan memperbanyak berbagi, rezeki pun menjadi berkah.

Selain apa yang sudah dipaparkan di sini, tentu saja masih banyak pembahasan menarik lainnya di buku ini. Seperti kenyataan bahwa rezeki itu bukan hanya berupa uang atau harta, namun kesehatan juga keluarga utuh dan banyak lagi. Buku ini sangat patut dibaca, sebagai bahan pelajaran tentang bagaimana cara memperoleh rezeki melalui konsep nilai dalam Islam. 

“Taburkanlah suatu pikiran, maka kamu akan menuai perbuatan. Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan. Taburkanlah  suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter. Taburkanlah karakter, maka kamu akan menuai takdir.” (hal 176).

Srobyong, 17 Februari 2018