Friday 25 July 2014

[Puisi] Hantaman Sakit



Ketika sakit ini menyapa
Menorehkan luka yang tiada tara
Aku sedih dirundung duka
Aku terpersok pada rasa yang membuat gila
Di mana kutemukan obat
Tatkala hati ini tak kuat menanggung beban
Kabut dimata membuat nanar
Serpihan-serpihan bintang
Seolah menari-nari diatas kepala
Tertawa penuh kemenangan
Membuatku terkapar 
Ingin aku menghantam keras dalam
Kuatnya papan yang terpajang
Sakit ini sungguh telah merusak ketenangan
Menajadikan budak kemalasan
Ketika aku ingin bermain dengan kata
Aduh, aduh
Biarkan rasa ini hilang sejenak
Dari kepala
Sakit ringan ini ternyata mampu membuat aku gila
Harusnya kutelan saja semua obat
Penawar rasa
Biar dia hilang tak lagi menyapa

#Kazuhana El Ratna Mida#
25 juli 2014

Saturday 19 July 2014

[Puisi] SEBERKAS RINDU DALAM SEPI

detik demi detik aku lalui,
mencari setitk kasih untuk aku raih,
aku rindu tatkala hati ini terkungkung sepi,
dia yang ada di hati
menjadi pelita menerangi jiwa
aku rindu
ingin bertemu
ingin aku memelukmu
menjadikanmu sandaran hatiku,
slalu
wahai sang pemilik hati
tautkanlah aku dengan dia yang masih jauh
yang selalu aku rindu dalam malam-malamku
wahai sang pemilikwaktu
sampaikan lah rasa ini
agar kami saling bertemu
memadu kasih dengan keridhoanMu

MENULIS LAH



menulislah jika itu membuatmu lega
menulislah jika itu membuatmu bahagia
menulislah jika itu caramu bercerita
menulislah jika itu ekspresi rasa yang menggelora
menulislah jika itu kenyamanan yang tercipta
menulislah dengan segenap rasa
menulislah dan teruslah mencoba untuk berkarya
menulislah terus tanpa kenal lelah
dengan menulis kau bisa berbagi ilmu yang kau punya
menjadi motivasi bagi para pembaca
meski kita tak tahu siapa mereka
menulislah mungkin cerita kita bisa menjadi inspirasi
dan bisa bernilai ibadah

menulislah ayo berkarya

[Puisi] Fatimah Az-Zahra



Manis, cantik, pintar, bersahaja
Lembut, sabar, low profile, bijaksana
Easygoing, juga enak diajak bercanda
Klop dah,, 

Pasti banyak yang suka
Aku sampai kagum dibuatnya,,,
Nampak sangat sempurna dalam kriteria yang didambakan,,,
Lalu bolehkaah aku cemburu karena nya?
Bukan karena semua kriteria diatas yang kupaparkan
Tapi karena kesolikhahannya,,
Karena ketaatannya pada Sang Kuasa
Karena tunduknya pandangan yang dimilikinya
Karena dia slalu menjaga muruahnya
Karena dia memang begitu istimewa,,
Mampu menyimpan rapat sebuah rasa
Teruntuk pemilik hati yang halal pada waktunya,,
Aku ingin seperti dirinya
Apa aku salah?
Walau tak sesempurna dia,
Aku ingin mencoba mneladani kesholikakhannya
Fatimah Az-Zahra ,, putri Ya Rasulullah

[Puisi] Cintaku Dalam Syair Rindu



Cintaku Dalam Syair Rindu

Masih tentang cinta
Ketika hati ini tak bisa berpaling dari bayang rinduNya
Masih aku menyimpan rasa
Ketika hadir Mu selalu mengusik ketenangan jiwaku yang lemah
Aku rindu akan kasih Mu
Merindukan slalu setetes embun penyejuk kalbu
Masih tentang rasa
Rasa yang menyapa pada semua insan di dunia
Masih aku ingat semuanya
Memori-memori indah yang aku rasa
Ketika hangatnya kasih yang menggelora
Mengantarkan aku pada perjuangan menggapai cita
Wahai Sang pencipta rasa
Untaian kata
Mungkin tak mampu jabarkan
Segala rasa yang ada
Sepenggal kalimat
Tak seutuhnya dapat di cerna
Aku yang lemah tidak berdaya
Tak mampu berbuat apa
Ketika rasa ini menyapa
Aku hanya bisa diam
Menatap jauh
Berharap Engkau tahu
Saat ini aku merindu
Segudang kata
Tak mampu tertuang
Segudang resah
Merusak ketenangan jiwa
Bagaimana aku lalui semua
Dengan kebimbangan
Manakala aku lelah
wahai Sang pencipta rasa
aku ingin mengadu
berharap hanya rindu dan sayang untuk Mu
yang selalu setia menemani dalam suka dukaku
membimbingku


DUA RASA



Dua Rasa

Della menarik napas dalam- dalam. Dia lalu diam beberapa saat. Matanya menerawang, seperti sedang berfikir. Tiba-tiba Della tersenyum. Dia mengingat betapa senangnya dia waktu dulu. Menikmati waktu panjang dengan seorang yang dia kasihi. Namun semua berlalu dengan begitu cepat. Della merasa kecewa ketika harus berpisah dengan Stiven. Cerita cinta mereka yang baru dimulai harus terpisah karena jarak dan waktu, mereka harus berpisah karena mereka tidak lagi satu sekolah seperti dulu, Della harus kuliah di Jakarta sedang Stiven memilih kuliah di Bandung. Akhirnya mereka memutuskan untuk LDR(long distance relationship), karena Stiven juga tidak mau mengakhiri hunbungan ini, dia percaya dengan Della.
 Della akhirnya pindah ke Jakarta, meninggalkan Bandung yang penuh dengan kenangan indah. Della dan Stiven saling berjanji untuk menjaga cinta mereka. Mereka saling menaruh kepercayaan, dan tak boleh ada kecurigaan.
“ Hai Dell, kamu tidak ke kampus ” Della masih tak bergeming.
 Dia masih asik dengan lamunannya. Edo menepuk bahu Della.
 “ Dell… “ Edo berucap lagi. Della jadi kaget dan kelabakan.
“ Edo, eh.. ada apa nih “
“ Makanya jangan ngelamun aja “ ejek Edo.
 “ Ya maaf-maaf, terus kamu mau apa ?”
“ Kamu ke kampus tidak? “ Edo mengulang pertanyaannya.
“ Ya udah ayo berangkat “ Della memutuskan.
Edo dan Della berjalan beriringan meninggalkan rumah Della.
“ Tumben tidak bawa motor “ ucap Della.
            “ Aku lagi pengen jalan, lagian kan …”  ucapan Edo tidak diteruskan,
            “ Lagian apa ? “ Tanya Della
“ Ah, tidak jadi “ Edo mengelak
 “ Huuu.. “ gerutu Della.
 “ Tadi kamu ngelamunin apa Dell “ Edo mengalihkan pembicaraan
 “ Itu rahasia “ ucap Della dengan senyum jahil.
Kampus sudah sepi sejak tadi. Tinggal beberapa mahasiswa yang ada disana termasuk Edo. Dia lagi nungguin Della yang mengambil buku di perpustaan.
“ Lama banget di dalam “ tanya Edo
“Sudahla itu tidak penting, yang penting sekarang sudah keluar “ Della berjalan meninggalkan Edo. Dia tidak mau di introgasi Edo terus-terusan. Itu bisa membuatnya risih.
Kedekatan Della dan Edo membuat teman-teman fakultas Della menjadi iri. Edo itu kan cowok paling keren di fakultas sastra. Banyak yang mengira mereka itu pacaran, tapi mereka tidak pernah ambil pusing denga gosip itu. Jadi gossip itu pun lambat-laun hilang dengan  sendirinya. Anehnya sesudah gosip itu mereda Edo malah jadian dengan Della.
Della menangis sendiri di kamar. Perasaannya kacau.
“ Kenapa aku menerima Edo “ jerit Della dalam hati. Sebenarnya Della sama sekali tidak menyukai Edo. Dia hanya merasa lebih nyaman saja bila di dekat Edo, lebih dari itu tak ada sama sekali. Perasaan Della sudah diberikan pada satu orang yaitu Stiven. Dialah satu-satunya cowok yang ada dihati Della, yang selalu ada didalam mimpi Della. Yang ada sekarang Della merasa menyesal, kenapa dia tidak menolak Edo waktu itu.
“ Pagi Dell, kamu kok kelihatan kusut “ Tanya Edo
 “ Aku tidak apa-apa kok “ Della mengelak, Della memilih diam ketika, bersama Edo. Dia lagi tidak mood untuk bicara, dia lagi inget sama Stiven. Sedang apa dia sekarang, mikirin apa, mau kemana.
 “ kamu kenapa Dell, kok jadi pendiam gini “
 “Apa” Tanya Della bego
 “ Tidak “ucap Edo.
Hari ini Edo menemani Della di perpustakaan kampus. Edo memang sudah terbiasa, jadi dia tidak merasa bosan.
 “ Maaf ya udah ngerepotin “ ucap Della
“ Tidak, aku tidak repot “ ucap Edo sambil tersenyum.
 “ Maksih deh kalau gitu udah mau nemenin aku “
Lama kelamaan Della mulai menikmati saat-saat bersama dengan Edo. Walaupun masih ada rasa was-was di hatinya, Della tetap asik-asik saja. Mungkin karena kesepian Della merasa harus ada seseorang yang jadi sandarannya dan memperhatikannya. Edo, memberikan itu semua pada Della. Della akhirnya menerima Edo sebagai kekasih. Perasaan penyesalan Della dulu sudah sedikit berkurang. Ada rasa sedikit suka dihati Della, kini perasaannya sudah mulai mendua.
Della sekarang labih banyak menghabiskan waktunya denga Edo. Pagi nonton, jalan-jalan dan banyak lagi yang dilakukan mereka. Della benar-benar sudah merasa asik menikmati masa-masa pacarannya dengan Edo. Edo yang penuh perhatian, yang cool, yang selalu romantic, membuat Della betah bersama Edo. Della senang sekali bila Edo memuji dirinya yang anggun dan yang makin dewasa. Della merasa terbang keaawan ketika mendengar sanjungan dari Edo. Della tak pernah berfikir kalau Edo akan membuat dirinya jatuh dan merasa sakit.
Della memang sangat cuek, dia jalani semuanya seperti aliran sungai, dia tak mau terburu- buru, dia sama sekali tak peduli dengan omongan orang lain, kalu dia mendengarkan maka semua akan menjadi menjadi runyam. Della menutup telinga ketika teman-temannya lagi bicarain dirinya dan Edo.
 “ Aku dengar Della kan udah jadian sama seseorang di daerahnya dulu “
 “Iya, itu memang benar, sampai-sampai dia itu sudah tunangan”
 “Tapi, dia ternyata muna, dan malah menerima Edo jadi pacarnya”.
Setelah beberapa minggu, gosip Della sudah hilang. Ya itulah hal-hal yang ada di kampus Della. Semua akan cepat sekali melupakan sesuatu yang lama dan mencari bahan baru. Jadi, sekarang Della sudah sedikit lega, tak ada lagi yang ngegunjingin dirinya, itu kadang membuat ulu hati Della terasa sakit, seperti ditusuk belati berulang-ulang. Walaupun dia tahu dia memang salah.
Hati Della benar-benar sakit. Dia sadar kalau sekarang dia memiliki dua rasa yang mendera dalam hatinya, dia merasa bersalah pada Stiven maupun Edo. Stiven yang dulunya selalu menemani Della yang selalu di impikan Della kini dalam hatinya juga ada Edo, sahabat yang selalu melindungi Della yang selalu menemani Della ketika sendiri dan kesepian.
Tanpa disadarinya air matanya pun mulai memebasahi pipi.
 “Kenapa aku jadi begitu jahat” batin Della.
  “Stiven, Edo, maafin aku “ ucap Della lirih. Tangisnya makin keras, perasaannya semakin merasa bersalah, dia ingin jujur tapi, mulutnya kelu, ketika sudah berhadapan dengan Edo. Della tak mau nyakitin perasaan Edo, tapi dia juga sayang Stiven. Telpon tiba-tiba berdering. Della segera mengangkat telpon itu
“ halo….. “  yang di seberang sama sekali tidak menyahut
 “ halo…” Della mengulang ulangnya lagi. Karena masih beluma ada sahutan Della menutup telepon itu, tapi, telpon itu bordering lagi.
  “ Dell, kamu baik-baik saja “ terdengar suara dari seberang
 “ Stiven, kenapa tadi hanya diam ? aku kangen sama kamu “
 “ Aku juga  “. Sahut Stiven
Della senang banget mendapat telpon dari Stiven. Tadi dia bicara banyak dengan Stiven. Stiven kini yang masih di otak Della, dia lupa dengan seseorang yang sendari tadi mengetuk pintu rumahnya. Ketika bel itu di pencet lagi, Della baru sadar dan menghambur untuk membukakan pintu.
 “pagi, Dell” suara itu menyapa Della
 “Maaf ya, udah lama ya nunggu aku” Edo hanya tersenyum
 “ Duduklah dulu aku mau kedalam sebentar” ucap Della, dan segera membasuh mukanya, dia tak mau ada seseorangpun tahu kalu dia barusaja menangis, termasuk Edo. Biar itu, jadi rahasianya sendiri.
Setelah itu mereka pergi bersama. Masih dalam kepura-puraan Della tetap mau pergi dengan Edo. Dengan berpura-pura merasa bahagia saat bersama Edo. Semalam Della sadar, dia tidak mencintai Edo, perasaanya pada Edo adalah pelarian. Dia kesepian, makanya ketika Edo mengulurkan tangan untuk merengkuhnya Della menyambut tangan itu.
Mungkin sudah saatnya bagi Della untuk jujur pada Edo. Mengatakan kebenaran yang selalu di sembunyikan Della sejak dulu, dia harus terima kalau pada akhirnya Edo membencinya. Ini semua memang salahnya sejak awal.
“ Kenapa harus putus Dell?, apa aku ada salah dengan mu?” Edo tak mengerti dengan sikap Della yang tiba- tiba minta putus tanpa alasan.
“Bukan kamu yang salah Do, tapi aku,maaf” ucap Della lirih.
“Aku tak mengerti maksud mu Dell, katakan dengan jelas biar aku tahu”
“ Aku…..” Della menunduk, dia takut dan terisak. Kemudian Della meneritakan semua kebenarannya dengan isak tangis. Dia mengaku Edo hanyalah pelarian saat dia kesepian, hatinya masih satu untuk Stiven. Edo terdiam menyimak penjelasan Della, ada sakit yang terasa dalam dada Edo, dia kecewa , sedih, dan tidak habis pikir, dia seperti di tusuk jarum, sakit. Edo bangkit dan menatap lirih kearah Della. Perasan sayang yang ada bercampur marah saat dia menatap Della.
“ Maafkan aku Do “ ucap Della pelan, namun Edo sudah pergi meninggalkan Della yang masih diliputi rasa bersalah. Edo tak banyak berkata setelah kejadian itu Edo lebih banyak menghindar ketika bertemu Della, mungkin masih ada sakit dalam hatinya dan Della sadar akan hal itu.
Liburan semester Della memutuskan untuk ke Bandung, dia sudah sangat kangen dengan keluarganya dan juga Stiven. Della harus menyiapkan mental untuk mengatakan semuanya pada Stiven, dia tak mau sebuah hubungan berjalan dengan sebuah kebohongan. Meskipun dia harus menerima konsekuensi yang ada.
Masih sama ketika rasa itu ada, bahkan untuk sampai saat ini ketika Stiven berada dihadapannya. Jantungnya berdetak lebih cepat  dari biasanya, yang selalu dirindukan Della senyum manis dari Stiven, seolah semua terbayar hari ini. Della sangat menikmati kebersamaannya dengan Stiven, andai waktu bisa berhenti mungkin Della berharap seperti itu.
Della menarik nafas dalam, mengatur posisinya agar lebih nyaman, sepertinya sudah saatnya dia jujur pada Stiven, namun sebelum Della sempat menjelaskan semua stiven tiba- tiba angkat bicara.
“ Maafkan aku Dell,aku tidak bisa meneruskan hubungan ini lagi” Stiven berucap dengan pelan. Della terkejut mendengarnya, dia bagaikan disambar petir disiang bolong ketika dia tahu kenyataanya bahwa selama ini Stiven juga mendua. Della hanya tersenyum kecut mendengarnya. Inikah sakit yang harus dia rasakan?