Friday 30 November 2018

[Resensi] Kiat Meraih Kesuksesan dalam Membangun Bisnis

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 18 November 2018 


Judul               : Madesu : Masa Depan Sukses!
Penulis             : Danu Sofwan
Penerbit           : Pastel Books
Cetakan           : Pertama, Februari 2018
Tebal               : 216 halaman
ISBN               : 978-602-6716-20-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

“Fall in love  with the process and the result will come. Bukan hasil akhir, tapi dengan menyabari proses, akhirnya akan berhasil.” (hal 9).

Menjadi orang sukses itu mimpi setiap orang. Kesuksesan akan membuat kita mudah dalam memenuhi berbagai kebutuhan dalam hidup. Akan tetapi, perlu kita cacat meraih kesuksesan  itu mudah. Perlu perjuangan keras, ketekunan, keulutan yang tangguh  serta tidak mudah putus asa.

Buku ini dengan gaya bahasa yang ringan, persuasif, lugas dan menarik, akan mengajak kita belajar tentang kiat sukses dalam berbisnis. Di sini kita akan belajar langsung dari  seorang  Founder dan CEO Randol—bisnis cendol yang sudah melebarkan sayapnya di berbagai kota di Indonesia. Ketekunan dan keuletan yang dilakukan Danu, telah menempatkannya menjadi salah satu pengusaha muda yang sukses di Indonesia.

“Keberhasilan sering datang bukan karena selalu melakukan hal benar, tapi dari rasa berani melakukan kesalahan untuk belajar! Jangan pernah berpikir untuk berhenti melakukan apa yang kita yakini. Karena di saat kita mampu mengendalikan pikiran, kita sedang diarahkan menuju keberhasilan.” (hal 21).

Langkah awal yang perlu kita miliki adalah dengan menemukan motivasi. Kalau dalam rumus Danu disebut rumus  MLM (multiple –Level Motivation). Di mana perlu kita sadari bahwa motivasi itu sesungguhnya memiliki kekuatan yang tersembunyi. Motivasi memiliki kekuatan untuk mendorong, membangkitkan, mengarahkan dan merangsang gairah seseorang untuk melakukan sebuah tindakan untuk mencapai sebuah tujuan. 

Motivasi Danu ketika ingin meriah kesuksesan adalah bisa membahagiaan ibu dan saudara-saudaranya. Sebagai anak laki-laki dia merasa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, setelah bisnis ayahnya bangkrut dan sang ayah meninggal dunia. Tentu saja saat itu Danu hanyalah seorang anak ingusan yang belum berpengalaman. Dalam upayanya memulai bisnis, tidak sekali dua kali Danu gagal dan bahkan menjadi korban penipuan. Namun karena semangat juang dan motivasinya yang tinggi, dia berhasil meraih tujuan yang ingin dia capai.

Selanjutnya adalah percaya dengan kemampuan diri sendiri dan berani mengambil resiko. Membangun bisnis memang tidak mudah. Oleh sebab itu kita harus berani menciptakan peluang agar ide yang kita miliki bisa dikenal dan diminati banyak orang. Kita harus berani melangkah, untuk mengenalkan ide bisnis atau produk yang ingin kita pasarkan.  Ini pula yang pernah dilakukan Danu. Ketika dia berinisiatif membuka usaha cendol, dia sempat ditertawakan teman-temannya. Karena bisnis cendol sudah banyak dilakukan orang lain dan dianggap biasa saja.

Ketiga adalah tidak mudah putus asa. Kita pasti paham, bahwa dalam upaya membangun sebuah bisnis, tidak mungkin kita langsung meraih kesuksesan dalam sekali jalan.  Pasti ada masa jatuh bangun yang harus kita rasakan terlebih dahulu, hingga akhirnya kita bisa mencecap keberhasilan.  Begitu pula yang dihadapi Danu dan para pengusaha lainnya. Di sinilah sikap tidak mudah putus asa, sangatlah kita butuhkan.  Meski gagal, kita tetap bangkit dan tidak menyerah.

Tidak kalah penting adalah kita harus berani membuka mindset.  Sadar tidak sadar cara berpikir kita ini memiliki peran penting dalam meraih kesuskesan. Ketika kita memiliki pikiran yang positif, yakin bahwa kita mampu maka  itulah yang kita raih. Sebaliknya jika kita berpikir negatif, merasa tidak berhasil, maka kegagalan itulah yang akan kita raih. Oleh sebab itu dalam membangun sebuah bisnis, Danu memaparkan ada empat fase yang harus kita lalui.

Pertama fase memulai; artinya kita berani mengeluarkan ide kita kepada khalayak dan memulai bisnis itu sendiri. Kedua fase membangun; di sini kita dituntut untuk memiliki menjadi pribadi yang tidak mudah menyerag dan tidak kapok mencoba, meski pernah gagal. Selanjutnya fase sabar; saat menghadapi berbagai rintangan dalam membangun bisnis, maka kita harus sabar dan berjiwa besar. Dan terakhir fase bangkit; di sini kita berani mencipatakan sesuatu yang baru yang bisa bermanfaat untuk orang lain juga diri sendiri.

Dilengkapi dengan kisah-kisah inspriatif dari penulis juga pengusaha lainnya, buku ini sangat menarik dan menginspirasi.  Buku ini sangat patut dibaca bagi siapa saja yang ingin memulai berbisnis, agar bisa mengambil pengalaman dari Danu. Apalagi dengan qoute-quote positif yang akan membakar semngat kita. Salah satunya,  “Seorang pesimis selalu melihat banyak kesulitan di setiap kesempatan. Tapi sebaliknya, seorang optimis selalu melihat banyak kesempatan dalam kesulitan.” (hal 46).

Srobyong, 20 Oktober 2018

[Resensi] Ujian dalam Menemukan Cinta Sejati

Dimuat di Radar Sampit, Minggu 11 November 2018


Judul               : Love for Sale
Penulis             : Endik Koeswoyo
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, Maret 2018
Tebal               : 266 halaman
ISBN               : 978-602-385-454-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara


 “Bahagia itu bukan sekadar murah dan mewah, tapi bagaimana satu sama lain saling mengusir resah.”  (hal 254).


Masa lalu memang tidak mudah untuk dilupakan. Apalagi jika dalam urusan cinta. Namun begitu, kita tidak mungkin  selamanya hidup dalam lingkaran masa lalu.  Kita perlu move on untuk  melanjutkan hidup.  Hidup itu terus berjalan. Masa lalu boleh kita ingat dan tengok. Karena masa lalu bisa kita jadikan pembelajaran. Namun jangan sampai karena masa lalu, kita menyakiti diri sendiri.

Novel ini bercerita tentang Richard yang belum bisa move on dari kisah di masa lalunya—tepatnya dari cinta pertamanya.  Meski dia telah disakiti, nyatanya Richard masih memendam cinta kepada Maya, mantan kekasinya.  Hal itulah yang membuat Richard yang sudah hampir memasuki kepala empat tetap memilih menjadi jomlo. 

Dia tidak peduli dengan omongan orang dan merasa nyaman dengan segala aktivitasnya. Dari mengelola akun @konsultasicinta di twitter serta mengawasi kinerja pekerja di kantor percetakannya. Selain itu dia juga sesekali mengahabiskan nobar bersama teman-temannya sesama pecinta sepak bola.  Akan tetapi lambat laun, Richard mengalami kegelisahan juga. Apalagi setelah dia mendengar sindiran-sindiran halus dari teman-temannya soal ke-jomlo-annya.  Sebagai penasihat cinta kenapa Richard  tidak pernah terlihat membawa pasangannya?  (hal 46)

 Di sinilah ego Richard mulai panas. Puncaknya ketika Richard melakukan taruhan dengan teman-temannya. Dia tidak mau dianggap sebagai seseorang yang hanya pandai berbicara tanpa adanya bukti. Namun di sinilah kebingungan Richard kembali menyergap. Bagaimana dia bisa membawa pacar kalau pada kenyataannya dia tidak memiliki pacar?

Richard pun mulai mencari kontak-kontak nama wanita kenelakannya. Namun ternyata hampir semua yang dia hubungi sudah menikah bahkan punya momongan. Lalu terakhir dia bertemu temannya, Keke yang terang-terangan ingin segera dinikahi.Tentu saja Richard memilih pergi karena Keke hanya memilihnya bukan karena cinta. Namun karena dikejar usia.

Dalam kebingungannya itu, tanda sengaja Richard melihat sesuatu yang menarik.  Dia pun memutuskan membuka situs LoveInc yang ternyata menyediakan persewaan pasangan. Pilihan inilah yang akhirnya mempertemukan Richard dan Arini. Tapi siapa sangka pertemuan yang bermula dari transaksi jual jasa ini berakhir dengan kedekatan yang tidak terencana.  Richard pun merasa bingung  bagaimana harus menyikapi perasaannya. Apakah dia perlu jujur dengan Arini atau menyimpan perasaannya.  Di sisi lain Richard pun takut bagaimana jika Arini malah memilih pergi setelah tahu perasaan Richard?

“Kisah cinta bukan sejarah, tapi sebuah kepingan kisah nyata yang terjadi antara manusia. Kali ini kamu punya kesempatan untuk melupakan masa lalu kamu itu, kenapa kamu tidak mengambil kesempatan yang ada.” ( hal 201).

Novel yang merupakan adaptasi dari film dengan judul yang sama “Love for Sale” ini cukup menarik untuk dibaca. Dengan gaya bahasa sederhana dan kocak, novel ini cukup menghibur. kita akan dibuat tersenyum dan gregetan dengan sikap Richard yang maju mundur dalam urusan cinta. Keunikan lain dari novel ini adalah penulis tidak mencipatakan karakter tokoh utama cowok yang sempurna, dengan segala ketampanan, kepintaran dan kemapanan. Sebaliknya di sini penulis menghadirkan sosok yang  pria sudah dewasa yang belum juga menemukan cinta, dengan beberapa kekurangan baik masalah sifik atau sikap.

Namun inilah yang lebih terasa manusiawi. Hanya saja dalam novel ini masih ada beberapa kesalahan tulis dalam menyebut nama, serta bagian yang belum diekseskusi secara maksimal. Membaca kisah ini selain kita dihibur dengan ceritanya yang seru, kita juga bisa membaca gombalan-gombana cinta yang lucu dan menarik. Tidak ketinggalan penulis juga menyisisipinya pesan-pesan hidup yang bisa dijadikan renungan.

Misalnya soal tepat waktu, “Bahwa manusia berada dalam keadaan ‘merugi’ karena mereka lalai pada waktu. Pelajaran pertama dari shalat lima waktu adalah tepat waktu.” (hal 90).

Ada pula tentang pentingnya sedekah, “Sedekah itu tonggak perjuangan hidup. Sedekah enggak usah pilih-pilih, siapa saja yang ada di dekat kita, itulah orang yang tepat untuk kita sedekahi.” (hal 94).

Srobyong, 15 Juli 2018

Thursday 29 November 2018

[Resensi] Mengasuh Anak Tanpa Kekerasan


Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 11 November 2018


Judul               : Happy Parenting Without Spanking or Yelling
Penulis             : Novita Tandry
Penerbit           : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : 236 halaman
ISBN               : 978-602-394-632-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Sadar atau tidak, sebagai orang tua, kita kadang merasa berkuasa dengan mengendalikan anak. Apa yang dilakukan anak harus sesuai dengan keinginan kita. Dan ketika anak melakukan kesalahan, kita tidak segan untuk berteriak marah atau lebih fatal menggunakan kekerasan. Padahal pola asuh tersebut merupakan cara yang salah.

Membesarkan anak merupakan tantangan dan tanggung jawab yang sangat besar. Dalam masa perkembangan anak, mungkin akan ditemukan ketidakpatuhan, kemarahan, bahkan  pada suatu waktu terjadi pemaksaan keinginan. Buku ini ditulis untuk membantu kita menyelesaikan masalah tersebut dengan pendekatan paling efektif dan tanpa melakukan kekerasan (xix).

Di antaranya kita bisa memulainya dengan memahami disiplin. Sangat disayangkan, saat ini kata disipilin sering dikonotasikan  sebagai sesuatu yang negatif dan otoriter. Padahal jika kita menelaah lebih lanjut, disiplin memiliki arti mengajar, yang tentunya bersifat positif dan konsturktif. Sebagai orangtua kita harus berani mengatakan “ya” atau “tidak” kepada anak. Dengan begitu anak akan mengatahui batasan-batasan perilaku yang boleh dilakukan atau tidak. Namun dengan catatan dalam menerapkan kedisiplinan orangtua harus melakukannya dengan kasih sayang dan harus  memahami sikap masing-masing anak. Mengingat setiap anak itu unik dan beda.

Orangtua juga harus paham, anak-anak tidak dilahirkan dengan kemampuan pengendalian diri dan kemampuan ini tidak akan berkembang kecuali kita memberikan disiplin yang tegas dan penuh kasih sayang sejak dini (hal 22).

Kemudian kita juga harus memahami tentang tantrums dan kemarahan.  Mungkin banyak dari kita merasa senang jika anak kita jarang marah, jarang rewel dan tidak pernah memperlihatkan tantrum atau ledakan emosi.  Padahal fase ini sangat normal terjadi pada anak. Dan bahkan fase ini memiliki banyak manfaat bagi anak itu sendiri. Oleh sebab itu, kita harus waspada jika anak tidak menunjukkan ledakan emosi dan kemarahan. Di sisi lain kita juga harus mengetahui tentang berbagai faktor dan penyebab kemarahan  anak.  Di mana dengan mengetahui pemahaman tentang faktor kemarahan anak, hal itu akan   sangat membantu  orangtua  dalam memberikan penanganan yang tepat bagi anak.

Selanjutkan kita juga harus siap untuk menangani perilaku buruk anak. Sebagaimana kita ketahui setiap anak itu memiliki pribadi yang berbeda-beda. Anak memiliki cara unik dalam berperilaku atau membuat masalah. Untuk itulah dibutuhkan disiplin yang berbeda untuk menanginya. Di antaranya kita harus memahami dulu kepribadian anak. Misalnya dalam menghadapi anak yang sensitif. Kita tidak perlu meninggikan suara. Jika kita terlalu ketat, maka anak akan menjadi sangat marah.  Sedangkan bagi anak yang tidak sensitif, maka  diperlukan displin yang tegas dan jelas. Karena kekurangjelasan dan tidak adanya keputusan dari orangtua justri dianggap  bahwa ia bebas perperilaku (hal 72).

Selain beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, tentu saja masih banyak tips dan trik menarik tentang bagaimana cara mengasuh anak tanpa kekerasan.  Buku ini sangat pas dibaca bagi semua lapisan masyarakat. Dengan paparan bahasa yang lugas dan tidak bertele-tele, buku ini akan sangat membantu kita dalam upaya mengenal cara asuk yang baik.

Melalui buku ini secara keseluruhan, kita sebagai orangtua diingatkan untuk menjadi pribadi yang  sabar dan tak gegabah. Di sini tidak hanya anak yang diharuskan belajar namun orangtua juga wajib belajar, agar bisa memahami kebutuhan anak. orangtua juga wajib memahami dengan baik setiap karakter anak, karena itu akan sangat membantu dalam memilih metode cara asuh yang pas.  Beberapa kekurangan yang ada dalam buku, tidak menutupi nilai-nilai kemanfaatan yang disampaikan penulis.

Srobyong, 21 September 2018

[Resensi] Mereguk Hikmah dan Kearifan dari Para Kiai

Dimuat di Analisa Medan, Jumat 9 November 2018


Judul               : Mereguk Kearifan Para Kiai
Penulis             : Jamal Ma’mur Asmani
Penerbit           : Quanta
Cetakan           : Pertama, 2018
Tebal               : 234 halaman
ISBN               : 978-602-04-5620-1
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

“Ulama adalah  panutan dan orang-orang yang bertakwa adalah majikan, duduk bersama mereka bisa menambah.” (hal 5).

Godaan-godaan destruktif manusia disebabkan banyak hal. Dalam bahasa agama, ada makhluk yang bertugas menggoda manusia supaya tergelincir ke lubang kehancuran. Makhluk tersebut disebut setan. Selain setan, sesuatu yang justru paling besar pengaruhnya dalam mencelakakan manusia adalah lingkungan yang merusak. Lingkungan tersebut terdiri atas teman pergaulan dan budaya masyarakat yang membawa seseorang ke jurang neraka.

Oleh sebab itu, dalam Islam seseorang dianjurkan untuk memilih tempat dan lingkungan yang membawa kepada persemaian ajaran-ajaran Islam yang suci dan agung (hal 2-3). Di antaranya kita bisa memulainya dengan berkumpul dan berteman dengan orang-orang yang teguh dalam iman serta berakhlakul karimah, dan sosok yang berada dalam naungan rida Allah, yaitu ulama atau sering disebut juga kiai.

Dengan mendekatkan diri kepada alim ulama, diharapkan kita bisa mengambil keteladanan, baik dari segi sikap juga amalan-alaman yang telah dilakukan. Karena ulama merupakan sosok yang akan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah agar mendapat rida-Nya. Ulama selalu bersikap sabar, santun dan rendah hati terhadap siapa saja. para ulama juga sangat memedulikan tentang masalah pendidikan, serta kesejahteraan kaum.

Lewat buku ini, penulis mencoba mengenalkan kepada pembaca tentang kearifan para ulama yang patut untuk kita teladani. Sehingga kita bisa mengambil ibrah—keteladana serta bermuhasabah diri.
Adalah Kiai Hasyim Asya’ari yang kerap disebut sebagai Mahaguru Kiai Nusantara, karena kiprah kepahlawanannya. Beliau merupakan sosok ulama dan negarawan yang seluruh hidupnya dicurahkan untuk membesarkan umat dan memperjuangan nasib bangsa (hal 33). Kiai Hasyim Asy’ari  tidak ingin pemimpin dan warga NU berpikiran sempti dan fanatik. Beliau mengajarkan sikap toleran, moderat yang sangat dibutuhkan bangsa di tengah pluralitas dan heterogenitas bangsa yang terdiri atas banyak agama, rasa, suku, etnos dan antar golongan (hal 38).

Ada pula Kiai Abdullah Zein Salam. Beliau merupakan wali yang sangat istikamah. Misalnya saat beliau sakit, beliau tetap menjalankan salat tahajud.  Dan ketika ada yang mengingatkan untuk berisitirahat, beliau menjawab, “Seng Pasti Ojo Kalah Karo Seng Ora Pasti.” Yang artinya yang pasti adalah mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan yang tidak pasti adalah kesembuhan, sehingga yang pasti tidak boleh dikalahkan yang tidak pasti (hal 43).

Selain selalu bersikap istikamah, beliau juga selalu menghindari tamak, selalu ikhlas mengharap rida Allah dalam segala lakunya. Beliau juga bersikap zuhud dan wara,  dermawan, rendah hati, hidup dalam kesederhanaan, dan tegas dalam mendidik guru dan anak dididiknya di pesantren. Kemudian tidak ketinggalan, beliau  merupakan pemimpin sangat cepat tanggap dalam melihat potensi kader-kader muda dan membantu kader mudah untuk berkembang dengan pesat (hal 44-45).

Kemudian, kita juga bisa mengambil keteladanan dan kearifan dari Kiai Ali Maksum, beliau merupakan sosk kiai yang lihai mengader generasi penerus. Pemikiran beliau di antaranya adalah ajakan untuk selalu membangun ukhuwah atau persaudaraan sesama muslim juga sesama manusia. kita juga diajak untuk kesadaran bernegara. Beliau menjelaskan ada beberapa hal yang bisa menjadi dasar tegaknya kemaslahatan dunia. Yaitu: agama menjadi pemodan, penguasa yang berwibawa, keadilan yang merata, keamanan semesta, kemakmuran sandang pangan dan harapn masa depan dan cita-cita yang tinggi (hal 135).

Selain beberapa ulama tersebut, maskh banyak lagi ulama atau kiai yang bisa kita teladani. Di antaranya ada Kiai Yafie yang dikenal sebagai sosok akademisi dan organisator ulung, lalu ada Kiai Mustafa Bisri, yang dikenal sebagai ulama santun dan dekat dengan umat, Kiai Said Aqil Siradj, yang dikenal sebagai ulama – orator ulung dan masih banyak lagi.

Buku membuka cakrawala bagi kita dalam bersikap di masyarakat. Kita harus mulai mengendalikan diri dan selektif dalam memilih teman dan mencari lingkungan.  Mari selalu mendekatkan diri kepada ulama, selain untuk belajar juga untuk mengambil ibrah dan keteladanan. Sebuah buku yang patut kita baca sebagai pencerah dan pengingat diri.

Srobyong, 2 November 2018

[Resensi] W.R Supratman, Pahlawan yang Berjuang Lewat Seni

Dimuat di Analisa Medan , Rabu 7 November 2018


Judul               : Sang Penggesek Biola
Penulis             : Yudhi Herwibowo
Penerbit           : Imania
Cetakan           : Pertama, Juni 2018
Tebal               : vi + 402 halaman
ISBN               : 978-602-7926-41-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

W.R. Supratman merupakan salah satu pahlawan nasional.  Dia dikenal sebagai pencipta lagu Indonesia Raya, yang merupakan lagu kebangsaan Indonesia.   Hanya saja, jasa kepahlawanan W.R Supratman ini tidak terlalu dikenal masyarakat. Dia hanya dikenal sebagai pencipta lagu saja. Padahal ada proses panjang dan berliku  dalam penciptaan lagu Indonesia Raya.  Bahkan dia harus mengorbankan kebebasannya, serta harus siap berhadapan dengan agen-agen PID (Dinas Intelejensi Kepolisian Hindia Belanda).

Buku ini dengan tampilan berupa novel biografi W.R Supratman, akan mengupas lebih detail tentang perjalan hidup serta seluk beluk dan proses yang harus dilalui Supratman dalam menciptakan lagu Indonesia Raya. W.R Supratman lahir di Puworejo. Akan tetapi dia tumbuh besar di Makasar.  Karena sejak ibunya meninggal dunia, dia dirawat oleh Rukiyem, kakaknya. Di sanalah dia belajar bahasa Belanda dan musik.

Namun ketika menginjak usia dewasa, Supratman memutuskan untuk pindah ke Jawa. Semua bermula dari pertemuannya dengan Mr. Schulten dan berbagai surat kabar seperti, Kaum Muda, Sin Po, Perniagaan dan lain sebagainya, yang telah menjadi bacaan sehari-hari Supratman. Dari  sana dia mengetahui tentang keadaan  pergerakan di tanah Hindia –Belada, terutama di pulau Jawa. Dia juga mulai mengenal nama-nama tokoh-tokoh pergerakan seperti, Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis dan Dr. Cipto Mangunkusomo (hal 25-26).  Sejak saat itu, hati nuraninya merasa terusik dan terpanggil untuk ikut serta dalam perjuangan Indonesia.

Di Jawa—tepatnya di Bandung,  Supratman memulai karirnya sebagai wartawan di surat kabar Kaum Muda. Lalu pindah ke Batavia dan ikut bekerja di Biro Pers Alpena. Dan terakhir dia memutuskan untuk bekerja di surat kabar Sin Po. Supratman sangat menikmati pekerjaanya. Karena profesi itu membuatnya bisa  memberitakan dan menyebarkan berita-berita tentang gerakan-gerakan pemuda ke seluruh penjuru negeri (hal 140). 

Namun berlalunya waktu, Supratman ingin bisa menyumbang sesuatu yang lebih. Sebagai warga Indonesia, dia juga ingin ikut berjuang meski bukan dalam ranah politik.   Saat itulah dia tiba-tiba memiliki ide untuk membuat sebuah lagu yang sesuai dengan suasana pergerakan. Dia berharap lagu itu bisa menghibur dan memotivasi semangat pergerakan. Dan di antara lagu yang diciptakan Supratman adalah “Indonesia Raya”.

Lagu itu pertama kali dikumandangan pada  bulan Oktober 1928, saat berlangsungnya Kongres Pemuda II.  Sambutan untuk lagu ini sangat luar biasa. Bahkan sejak saat itu, lagu “Indonesia Raya” selalu dikumandangkan apabila ada kongres-kongres politik. Di mana saat mengumandangkan lagi itu, para peserta harus berdiri tegak  dan bersikap hormat. Sedang  lirik lagu Indonesia raya pertama kali disebarkan oleh surat kabar Sin Po, pada edisi Sabtu, 10 November 1928 (hal 285).

Sejak lagu “Indonesia Raya” dikenal oleh masyarakat,  sejak saat itu pula kehidupan Supratman berubah. Dia selalu merasa diikuti dan diintai oleh agen-agen PID Keadaan itu sungguh membuat Supratman tidak nyaman dan harus bersembunyi.  Akan tetapi ternyata Agen PID itu berhasil menemukan Supratman dan memukulinya hingga babak belur. Tidak hanya itu, Supratman juga harus mencicipi masuk dalam bui, karena menciptakan lagu Indonesia Raya serta karena buku karyanya yang dianggap sebagai makar.

Akan tetapi meski harus menghadapi berbagai tantangan dan kekejaman Belanda, Supratman tetap teguh dan tidak goyah.  Meski sempat diancam dan difitnah telah melakukan plagiasi, bahkan jatuh sakit, dia tetap menciptakan berbagai lagu, yang dirasanya bisa memotivasi pemuda  Indonesia untuk terus melakukan pergerakan, guna merebut kemedekaan.

Melalui seni, Supratman  mengekspresikan rasa cinta tanah airnya dan menunjukkan sikap nasionalisme yang tinggi. Dia mengobarkan semangat juang para pemudah Indonesia, lewat lirik lagu yang dia ciptakan.  Sebaimana yang dikatakan Ir. Sukarno, “Kau berjuang dengan biolamu, dengan lagu yang kaugubah, yang alunan nadanya merasuk ke telinga semua orang  dan menggelorakan sanubari.” (hal 282). 

Sayangnya, dia tidak sempat mencecap kemerdekaan, karena dia meninggal  pada tanggal 17 Agustus 1038, karena sakit. Buku ini sangat patut dibaca oleh masyarakat luas, sebagai tambahan wawasan. 

Srobyong, 29 September 2018 

[Resensi] Bahasa Sikap Iri dan Dengki

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 4 November 2018


Judul               : Senandung Bisu
Penulis             : Aguk Irawan MN
Penerbit           : Republika
Cetakan           : Pertama, Februari 2018
Tebal               : viii +388 halaman
ISBN               : 978-602-0822-99-0
Peresensi         : Ratnani Latifah.  Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

“Di dunia ini, kita tidak bisa mengharap semua orang akan selalu baik pada kita.  Tetapi tidak berarti semua orang itu jahat kepada kita. Ada orang baik. Pun ada orang jahat. Ada orang yang pura-pura baik, tetapi sesungguhnya jahat. Ada pula orang yang tampak jahat walau hakikatnya baik. Engkau jangan terpengaruh omongan para tetangga yang tidak baik tentang kita.” (hal 64).

Hidup dalam masyarakat kita tidak bisa terhindari dari gunjing menggunjing. Karena hal itu sudah menjadi kebiasaan di setiap tempat. Meski kita memahami bahaya lisan atau menggujing, tetap saja kita selalu melakukannya. Kita seolah menutup mata dan menganggap bahwa hal itu biasa. 

Selain itu, kebiasaan lain yang sering terjadi dalam hidup bermasyarakat dan bertengga adalah rasa iri, cemburu, dengki dan sombong.  Sikap-sikap tersebut  selalu ada dan tidak bisa luntur begitu saja. Padalah sikap-sikap itu merupakan penyakit hati yang harus kita hilangkan dan jauhi. Allah tidak pernah menyukai orang-orang yang mengagungkan sikap sombong, iri dan dengki. Mengambil tema tentang  hidup bermasyarakat, novel ini mengungkapkan tentang potret kehidupan yang sering kita lihat di dunia nyata.

Mengisahkan tentang keluarga pasangan suami-istri—Dlori dan Zulfin dengan berbagai intrik menarik, mengharukan dan menggemaskan. Kehidupan mereka awalnya berjalan diliputi dengan rasa bahagia dan harmonis. Mereka mempercayai filsafat bahwa “banyak anak banyak rezeki”.   Akan tetapi sebuah kejadian merubah mereka sikap mereka. Hingga putra bungsu mereka—Rahim, menjadi korban keegoisan orangtuanya.

Dlori dan Zulfin memili lima anak yang rentan usianya cukup dekat. Harus, Aisyah, Umi, Musa dan Rahim.  Empat anak pertama  adalah pelita yang sangat dibanggakan Dlori dan Zulfin, mereka dirawat dengan baik dan disekolah hingga tinggi.  Namun tidak dengan Rahim. Bagi mereka Rahim adalah bencana. Sehingga, mereka tidak pernah memperlakukan Rahim dengan baik. Bahkan nama itu pun bukan pemberian mereka, tapi diberikan oleh Kyai Na’im.

Kejadian itu ternyata bermula dari sejarah panjang dari sikap orang-orang yang egois dan sombong. Dulu Dlori selalu rajin bekerja demi memenuhi kebutuhan pangan dan tabungan untuk sekolah. Akan tetapi ternyata kebahagiaan yang mereka miliki telah mengundang rasa iri, dengki dan kecemburuan di mata tetangganya.

Adalah Wurnayi, salah satu tetangga Zulfin yang diam-diam memiliki rasa iri dan dengki dengan kehidupan pasangan Dlori dan Zulfin. Dia menebar bara api dengan menggunjingkan dan menjelek-jelekknya Zulfin. Khususnya tentang  Zulfin yang mudah sekali hamil dan memiliki banyak anak. Gunjingan itu tentu sangat meresahkan Zulfin.

“Di dalam masyarakat, mau kita suka atau tidak, pasti akan selalu ada orang yang suka menggunjing, pasti akan selalu ada orang yang bersikap buruk, walau kita tak pernah menyalahinya, walau kita tak pernah membuat persoalan dengannya.” (hal 66).

Pada awalnya Dlori dan Zulfin berusaha bersabar dan tidak memedulikan gunjingan tersebut. Akan tetapi lambat laun, mereka ternyata tidak tahan juga dan mulai terprovokasi. Zulfin melabrak Wuryani hingga desa geger.

Membaca kisah ini, kita seperti berada di tengah-tengah tokoh cerita dengan melihat dan menyaksikan langsung kisah yang dipaparkan penulis. Menarik dan menggetarkan hati. Apalagi ketika membaca bagian Rahim yang selalu dilakukan tidak adil.  Diceritakan dengan bahasa yang mudah dipahami, membuat cerita ini asyik untuk dibaca.

Dan khas tulisan Aguk, buku ini kaya akan wacana ilmu. Beberapa bagian penulis menjabarkan dengan dalil-dalil yang mendukung sikap  tidak terpuji yang kerap menggerogoti hati. Hanya saja ada beberapa bagian yang menurut saya kurang memuaskan dan masih ada beberapa kesalahan.

Namun lepas dari kekurangan yang ada, novel ini cukup menarik untuk dibaca. Melalui kisah ini kita diingatkan tentang pentingnya menjaga lisan. Karena lisan itu lebih tajam daripada pedang. Sakit karena terkena pisau bisa cepat sembuh, namun luka karena ucapan, sulit disembuhkan. Selain itu kita juga diingatkan untuk tidak memilahara sikap iri, dengki dan sombong. Lalu sesama tetangga harus saling menghormati, seorang anak harus berbakti kepada orangtua dan bagaimana cara mendidik anak yang baik.

Srobyong, 26 Oktober 2018 

[Resensi] Spirit Penyandang Disabilitas Meraih Kesuksesan

Dimuat di Koran Jakarta, Kamis 1 November 2018


Judul               : Change Your Destiny
Penulis             : Rully Roesli
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : Pertama, Agustus 2018
Tebal               : 200 halaman
ISBN               : 978-602-402-124-5
Peresensi         : Ratnani Latifah, Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Terlahir sebagai seorang  disabilitas, hal itu tidak menghalangi Rully Roesli untuk berjuang meraih cita-citanya menjadi dokter.  Dengan ketekunan, semangat juang tinggi dan tidak mudah putus asa, dia akhirnya berhasil menjadi dokter ginjal terkemuka di Indonesia. Bahkan dia berhasil mendirikan RS khusus Ginjal Ny. R.A Habibie.

Buku ini memberikan energi positif kepada siapa saja yang membacanya. Menginspirasi dan sangat memotivasi. Memaparkan tentang semangat merubah takdir yang kita miliki dengan  mengenal  dan meningkatkan potensi diri sendiri. “Kadang kehidupan dapat   menumbangkan kita. Kitalah yang memutuskan untuk tetap jatuh atau kembali bangkit.” (hal 61).

Pada usia lima tahun, Rully tiba-tiba terserang penyakit polio, yang menyebabkan kelumpuhan permanen pada kaki kirinya. Keadaan itu tentu saja mengubah jalan hidup Rully. Akan tetapi dia berani melawan takdir tersebut. Alih-alih merasa terpuruk, Rully memilih bangkit dan mengembangkan potensi yang dia miliki.  Dia menyakini bahwa seseorang yang telah dilahirkan dengan kondisi yang “kurang beruntung”, sebenarnya diberi kesempatan untuk mengubah nasibnya (hal 35).

Dia juga menyadari bahwa setiap manusia  itu memiliki kedudukan sama. Baik penyandang disabilitas atau tidak, masing-masing memiliki hak untuk berprestasi dan  meraih kesuksesan.  Kunci untuk meraih kesuksesan itu adalah  mau berusaha  dengan gigih, berdoa dengan sungguh-sungguh dan tawakal kepada Allah.

Selain Rully, dipaparkan juga tentang pengalaman-pengalaman menarik dari para penyandang disabilitas lain, yang telah berani untuk merubah takdir mereka. Keterbatasan yang dimiliki, tidak menghalangi mereka untuk berprestasi dan mengejar mimpi hingga meraih kesuksesan.

Adalah Jessica Cox. Dia terlahir tanpa lengan. Keadaan itu sempat membuat dia marah sedih, karena kekurangan fisiknya itu telah membuat dia kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas. Akan tetapi pada usia empat tahun. Jessica berhasil mengatasi kekurangannya dan mulai percaya diri.  Lalu pada usia 10 tahun dia ikut pelatihan taekwondo di sekolahnya, dan berhasil meraih sabuk hitamnya pada usia 14 tahun.

Prestasi lain yang diperolahnya adalah berhasil menyabet gelar juara pertandingan Arizona State Champion dalam peserta umum, bukan khusus penyandang difabel. Tidak hanya menggeluti taekwondo, dia juga aktif dalam olahraga renang, selam dan selancar. Yang lebih menakjubkan adalah dia berhasil mengantongi lisensi pilot. Dia memperoleh pernghargaan “Guinness World Record : The Only Pilot to Fly with Their Feet—satu-satunya pilot yang terbang menggunakan kakinya—dan US Inspiration Awards for Woman 2012”. Dia telah menjadi pembicara motivasi dan berbagi pengalaman hidupnya di 20 negara yang berbeda. Tahun 2015 dia telah menerbitkan buku autobiografi dengan judul Disarm Your Limits (Lucuti Keterbatasan Anda). (hal 116-117).

Dari negeri sendiri, ada Untung, yang merupakan seorang guru yang lahir di Madura.  Sebagaimana Jessica Cox, dia juga terlahir tanpa tangan. Namun keadaan itu tidak membuatnya sedih berkepanjangan. Menurutnya masih banyak hal yang patut disyukuri. Tidak ada tangan, masih ada kaki.  Meski dia kerap diganggu dan harus berjuang lebih keras saat menempuh pendidikan di sekolah umum, Untung tetap menjalani dengan  kuat dan tegar.

Dan meski menjadi penyandang cacat permanen, hal itu tidak menghalanginya untuk menjadi seorang guru. Karena baginya guru adalah panggilan jiwanya.  Dia memiliki etos kerja yang sangat baik, sehingga  meskipun  statusnya sebagai guru honorer, oleh teman-temannya dia diangkat sebagai Wakil Kepala Sekolah. Selain menjadi guru, untuk menafkahi keluarganya dia juga beternak ayam di kampung (hal 118).

Selain dua tersebut masih ada kisah-kisah lain penyandang disabilitas yang telah berhasil meraih kesuksesan. Seperti  Helen Keller, Albert Einstein, Ludwig Van Beethoven, Louis Braille, Stephen William Hawking dan banyak lagi.  Merekalah orang-orang yang telah menjadikan kecatatan tubuhnya sebagai epinafi atau titik balik kehidupan.  Sebuah titik balik yang mengarahkan mereka pada jalan yang lebih baik.  

Melalui buku ini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa dalam menghadapi berbagai masalah, kita harus percaya dengan kemampuan diri sendiri, gigih dalam berjuang dan tidak mudah putus ada dengan keadaan yang menimpa kita.  Keunggulan lain dari buku ini adalah penulis menggabungkan dasar ilmiah dengan kajian agama yang selaras dan mudah dicerna.

Srobyong, 19 Oktober 2018