Dimuat di Analisa Medan, Rabu 5 Juli 2017
Judul : Belajar Dari Semesta
Penulis : Fadila Hanum, dkk
Penerbit :
Indiva
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : 184 hlm
ISBN
: 978-602-6334-23-7
Peresensi : Ratnani
Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.
Kita bisa belajar dan mengambil hikmah di mana pun dan kapan pun berada. Begitu pula, kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari apa saja. Baik itu dari orang-orang di sekitar juga bahkan dari alam. Karena sebagaimana kita tahu, alam semesta ini pun merupakan makhluk Allah. Dia merupakan guru spritual yang bagi siapa saja yang mau merenung dan mengambil inspirasinya. Karena berjuta hikmah termaktub di sana, yang bisa dijadikan pembelajaran dan muhasabah.
Buku ini mencoba mengulik tentang
kisah-kisah inspiratif, berdasarkan kisah nyata dari perjalanan spritual para
penulisnya dalam menyerap hikmah dari alam. Tentang bagaimana alam semesta
mengajarkan, memberi inspirasi, dan menjawab pertanyaan hidup.
Misalnya kita bisa belajar dari
semut, si kecil ini meski kadang menyebalkan karena memang sering muncul di
mana-mana, tapi keberdaannya sungguh bisa dijadikan pembelajaran. Mereka tidak
pernah putus asa ketika berusaha mencari rezeki—makanan. Meski berkali-kali
disakiti, mereka tetap bangkit bersama kawan-kawannya (hal 7). Maka seyogyanya manusia pun begitu, dalam
usaha mencari rezeki janganlah mudah putus asa dan menyerah.
Atau belajar dari kekokohan gunung.
Dari gunung kita bisa memetik ilmu ketegaran—bukankah meski hujan dan badai
datang, gunung tetap berdiri kokoh di tempatnya? Gunung tidak pernah lari dari berbagai masalah yang menerpanya sampai kapan
pun. Dan sebagai manusia selayaknya kita meneladani dan mencontoh apa yang
dilakukan gunung dalam menghadapi masalah kita (hal 48).
Tidak kalah menarik kita pun bisa
belajar dari langit. Kita pasti pernah
melihat hujan, bukan? Hujan itu laksana air mata dari langit. Dia menderas
sesuai kadarnya. Namun pernkah kita berpikir di balik hujan, kemudian ada
pelangi yang begitu indah, tumbuhan tumbuh kembang berbunga dan berbuah.
Sebagai manusia, kita pun boleh saja menangis. Namun, jangan jadikan tangisan
sebagai akhir dari kesedihan, tapi gunakan untuk pelajaran. Bahwa di balik
tangis nantinya akan ada kebaikan, laiknya pelangi. Bisa menjadi penempa untuk
memperbaiki diri.
Pun kita bisa belajar dari burung.
Menjadikan mereka teladan, bahwa dalam hidup kita harus memiliki sikap positif
thinking. Bahwa Allah adalah Maha Pemberi rezeki. Allah tahu apa yang terbaik
yang diberikan kepada hamba-Nya. Dari burung kita juga bisa belajar untuk
menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah. Tapi terus berusaha dengan segenang
tenaga dan pikiran, jika ingin menuai kesuksesan.
Selain itu kita juga bisa belajar
dari kelelawar. Burung yang hanya keluar di waktu malam dan tidak semenarik
burung lainnya, ternyata mengajarkan bahwa dalam menjalani hidup janganlah
menjadi seorang yang pesimis dan rendaha diri. Percayalah bahwa setiap orang
atau binatang itu memiliki kelebihan masing-masing.
Selain beberapa yang sudah
disebutkan, tentu saja masih banyak pembelajaran yang bisa diambil dari alam
semesta ini. Kisahnya menarik dan sangat
inspiratif. Meski masih ada beberapa
kekurangannya, buku ini sangat patut dibaca untuk muhasabah diri.
Srobyong, 16 April 2017
No comments:
Post a Comment