Judul : Komik No Galau
but Gaul
Penulis : Dian K & Tethy Ezokanzo
Ilustrasi :Lanting Studio
Penerbit : Bhuana Ilmu
Populer
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal : 164 halaman
ISBN :
978-602-394-623-5
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama,
Jepara.
Memasuki fase remaja memang
masa-masa yang paling menyenangkan. Pada masa itu banyak hal yang akan kita
jumpai. Pengalaman baru juga siap menanti. Namun perlu dicatat, ketika semua masa itu terjadi, jangan sampai kita menjadi
remaja yang sering galau. Boleh saja, menikmati masa remaja, tapi tentu kita
harus bisa memilah-milah mana yang baik. Jangan sampai jika kita salah jalan,
dan berakhir penyesalan hingga akhirnya galau berkepanjangan.
Buku ini dengan pendekatan gambar
atau komik, memberi arahan bagaimana cara menikmati masa remaja yang tetap gaul
tanpa galau. Ada 13 cerita berserta tips dan trik yang perlu kita lakukan
ketika menghadapi masalah tersebut.
Misalnya saja masalah kepercayaan
diri. Disadari atau tidak, kadang kadang kita suka minder dan merasa malu
dengan penampilan diri sendiri. Kita merasa kuper dan ketinggalan zaman. Hal
itulah yang tengah dialami Mia. Gadis remaja itu merasa tidak cantik. Dia pun
merasa minder. Sampai kemudian dia berteman dengan tetangga barunya yang cantik
bernama Wendi (hal 9). Bersama Wendi
mereka melakukan banyak hal. Bahkan pada akhirnya Wendi mengajak Mia untuk
mengikut semua gayanya. Dari model rambut dan cara berpakain.
Namun, lambat laun Mia merasa hal
itu salah. Mia menyadari bahwa dengan berpenampilan seperti Wendi itu, bukan
seperti dirinya. Dia merasa tidak
nyaman. Akhirnya Mia pun memilih menjadi diri sendiri, seperti sedia kala. Dari kisah ini, dapat diambil kesimpulan,
bahwa kita sebaiknya menjadi diri sendiri. Tidak usah malu kalau dibilang tidak
cantik. Karena cantik tidak harus tentang wajah, namun yang terpenting ada budi
pekerti selalu ramah.
Ada juga masalah bullying—yaitu
tindakan di mana ada seseorang yang ingin atau suka menyakiti orang lain. Ada tiga jenis bullying; pertama
adalah fisik—seperti menendang, memukul atau menjamak. Kedua verbal—misalnya
dengan mengejek, memfitnah atau memaki. Ketiga psikologis—misalnya
mendiskriminasi, mengasikan, mengintimidasi dan mengabaikan (hal 29).
Dalam proses bullying, biasanya
ada tipe yang suka melakukan keroyokan, tapi tidak berani sendiri. Ada juga
yang hanya berani mengejek dari jauh. Dan yang paling berbahaya adalah
jagoan—suka mem-bully secara suka-suka dan tidak segan-segan untuk
memukul. Lalu supaya kita tidak menjadi
korban penindasan, maka kita harus berani melawan—dalam artian, kita tidak
boleh merasa lemah. Kita harus menunjukkan bahwa kita memiliki keberanian.
Kemudian, perlu kita catat, jangan
sampai kita sendiri menjadi orang yang suka mem-bully. Karena hal itu bukan perilaku yang baik. Di mana di sana
lebih banyak kerugian dari pada manfaat yang akan kita dapat.
Tidak ketinggalan, pada masa remaja
biasanya identik dengan hal-hal yang berbau cinta. karena pada fase remaja ini
kita mengalami pubertas—yaitu masa di mana, kita mulai matang baik dalam
biologis, psikologis, sosial dan mental.
Kita mulai merasakan rasa suka antara lawan jenis. Apakah itu salah?
Tentu saja tidak, ketertarikan itu wajar dan memang sudah menjadi kodrat
manusia.
Tapi perlu kita ketahui, rasa
tertarik itu tetap harus kita tempatkan
pada tempatnya. Tidak perlu susah apalagi galau, jika tidak berpacaran. Karena
sejatinya jomblo itu lebih mulia dan bebas, karena bisa melakukan banyak hal.
Kita bisa mengisi hari dengan berbagai kegiatan positif yang pastinya akan
bermanfaat bagi diri sendiri.
Selain beberapa masalah yang sudah
dipaparkan, tentu saja masih banyak problematika lain yang kerap dihadapi para
remaja. Di antaranya tentang bagaimana cara mengatur waktu, pentingnya menghargai kesehatan, berani
bertanggung jawab dan banyak lagi. Semua dibahas dengan sangat menyenangkan.
Buku ini mengajak para remaja untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi
remaja anti galau, remaja yang punya segudang prestasi.
Srobyong, 15 Juli 2017
No comments:
Post a Comment