Dimuat di Radar Sampit, Minggu 4 Juni 2017
Judul : Panggilan Hati
Penulis : Priya Kumar
Penerjemah : Nadya Andwiani
Penerbit : Baca
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : 228 hal
ISBN : 978-602-6486-08-0
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.
Ketika sebuah panggilan hati
menuntun kita berjalan pada suatu tempat yang tidak terduga,
haruskah kita melakukan atau menolaknya? Novel ini mengisahkan tentang
panggilan hati. Ajakan untuk mengenal diri sendiri lebih jelas, mencari
kebenaran sejati dan penemuan kekuatan dahsyat dalam diri. Sebuah novel yang sangat menyentuh dan
memberikan banyak inspirasi.
Merupakan novel karya penulis India—Priya Kumar. Penulis juga
merupakan seorang motivator. Dan dalam dunia kepenulisan dia sudah diakui
kepiawannya. Hal itu terlihat dari berbagai penghargaan internasional yang
telah diraihnya. Maka tidak salah jika kerap kali dia disamakan sebagai Paulo
Coelho versi India.
Kisah dimulai dengan sosok Arjun
yang merasa hidupnya mulai tidak berarti. Dia merasa bosan dengan segala rutinitas
pekerjannya. Dia mulai mempertanyakan manfaat pekerjaan dan kehidupannya (hal
15). Apalagi ditambahi kenyataan sang istri telah mengiriminya surat gugatan
cerai. Puncaknya dia harus melakukan perjalanan ke Shilma untuk menemui
klien yang berbasis di AS dan menyemakati kerja sama senilai tujuh juta dolar.
Namun siapa sangka dalam perjalannya
itu, kejadian nahas ternyata menghampirinya. Mobilnya kehabisan bahan bakar dan
ketika dia hendak meminta tolong kepada pengemudi lain, sebuah kecelakaan
beruntun membuat Arjun dalam kepayahan. Mobilnya tergelincir dalam jalan
sempit. Kaki dan kepalanyanya berdarah, lututnya retak, dan mobilnya meluncur
ke bawah dan menabrak tonggak di tepi jalan (hal 20).
Tapi di sinilah sebuah keanehan
terjadi. Ketika Arjun dalam keadaan setengah tersadar, dia seolah mendengar
dengungan yang mirip seperti ucapan mantra. Dan di sana pula dia bertemu
seorang sadhu—pertapa.. Dia
bercakap-cakap dengan sadhu tentang berbagai hal. Di antaranya tentang
wejangan yang menurut Arjun sangat aneh dan dia tidak paham. “Kau harus
berhenti berlari. Itulah yang harus kaulakukan. Berlari berlari. Berlari.
Berlari selalu berlari.” (hal 27). Namun yang lebih aneh adalah pesan sadhu
perihal Arjun yang nantinya harus mengurai benang yang terikat di pohon pohon
yang berada di belakang Hemkund Sahib.
Dan ketik dia tersadar, ternyata dia
tidak mengalami luka sama sekali. Arjun sungguh tidak memahami di balik
keganjilan itu. Kejadian itu seperti nyata namun juga lakanya mimpi. Namun
begitu pesan yang pernah dia dengar itu terus berlompatan dalam telinganya.
Hingga akhirnya Arjun bertekad untuk mendaki gunung Hemkud. Dia harus menemukan
benang yang harus dia urai. Dengan begitu mungkin dia bisa mendapat sesuatu
atau petunjuk tentang di balik nasihat sang sadhu.
Sayangnya perjalanan yang dia kira
akan mudah itu ternyata berbanding terbalik. Belum lagi Jay yang pada awalnya
ingin ikut, namun mendadak batal karena urusan pekerjaan. Dalam perjalannya,
Arjun ditemani pembawa barang yang bernama Chandu. Dia kadang dapat diandalkan tapi kadang sangat menyebalkan. Di sisi lain dalam
perjalannnya itu, Arjun merasa bukannya semakin dekat dengan tujuan, dia malah
semakin jauh. Belum lagi dia selalu seolah mendengar ada suara-suara yang
memanggil. Dan dia kembali dipertemukan dengan seorang pertapa lain.
Dari pertapa inilah, kemudian Arjun
menyadari tentang segala kekeliruan hidupnya. Juga alasan yang kemudian membuat
sang istri mengajukan gugatan cerai. “Kau akan menuai apa yang kau tabur.
Apa yang kau tuai akan berdampak pada masa depanmu.” Itulah yang dikatakan
sang pertapa (hal 190). Yang kemudian membuat Arjun menyadari, selama ini dia
terlalu egois kepada istri dan anaknya. Dia tidak jujur, penakut dan tidak
tanggungjawab. Dan dia ingin berubah. Memperbaiki semua kesalahannya.
Sebuah buku yang memikat. Dipaparkan
dengan bahasa yang renyah dan sedikit humor, membuat buku ini menarik. Novel
ini mengajak kita untuk belajar banyak tentang
nilai-nilai kebijakan dalam hidup. Selain itu dia juga semakin menyadari
hal-hal misterius yang tersembunyi dalam diri.
Dari novel ini pula, kita bisa mereguk banyak inspirasi. “Kematian
bukanlah solusi karena hidup tidak pernah menjadi masalah. Bagaimana caramu
memecahkan masalah yang tidak ada.” (hal 25).
Priya Kumar, menunjukkan bahwa dari
novel, kita juga bisa berbagi motivasi hidup dan ketulusan. Dan setiap insan
berhak mengikut panggilan hati untuk mencapai keinginan yang ingin direngkuh.
Srobyong, 10 April 2017
No comments:
Post a Comment