Tuesday, 11 July 2017

[Resensi] Meraih Kebijakan Setelah Mendaki Gunung Hemkund

Dimuat di Radar Sampit, Minggu 4 Juni 2017 

Judul               : Panggilan Hati
Penulis             : Priya Kumar
Penerjemah      : Nadya Andwiani
Penerbit           : Baca
Cetakan           : Pertama, Maret 2017
Tebal               : 228 hal
ISBN               : 978-602-6486-08-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Ketika sebuah panggilan hati menuntun kita berjalan pada suatu tempat yang tidak  terduga,  haruskah kita melakukan atau menolaknya? Novel ini mengisahkan tentang panggilan hati. Ajakan untuk mengenal diri sendiri lebih jelas, mencari kebenaran sejati dan penemuan kekuatan dahsyat dalam diri.  Sebuah novel yang sangat menyentuh dan memberikan banyak inspirasi. 

Merupakan novel  karya penulis India—Priya Kumar. Penulis juga merupakan seorang motivator. Dan dalam dunia kepenulisan dia sudah diakui kepiawannya. Hal itu terlihat dari berbagai penghargaan internasional yang telah diraihnya. Maka tidak salah jika kerap kali dia disamakan sebagai Paulo Coelho versi India.

Kisah dimulai dengan sosok Arjun yang merasa hidupnya mulai tidak berarti.  Dia merasa bosan dengan segala rutinitas pekerjannya. Dia mulai mempertanyakan manfaat pekerjaan dan kehidupannya (hal 15). Apalagi ditambahi kenyataan sang istri telah mengiriminya surat gugatan cerai.   Puncaknya dia harus  melakukan perjalanan ke Shilma untuk menemui klien yang berbasis di AS dan menyemakati kerja sama senilai tujuh juta dolar.

Namun siapa sangka dalam perjalannya itu, kejadian nahas ternyata menghampirinya. Mobilnya kehabisan bahan bakar dan ketika dia hendak meminta tolong kepada pengemudi lain, sebuah kecelakaan beruntun membuat Arjun dalam kepayahan. Mobilnya tergelincir dalam jalan sempit. Kaki dan kepalanyanya berdarah, lututnya retak, dan mobilnya meluncur ke bawah dan menabrak tonggak di tepi jalan (hal 20).

Tapi di sinilah sebuah keanehan terjadi. Ketika Arjun dalam keadaan setengah tersadar, dia seolah mendengar dengungan yang mirip seperti ucapan mantra. Dan di sana pula dia bertemu seorang sadhu—pertapa..  Dia bercakap-cakap dengan sadhu tentang berbagai hal. Di antaranya tentang wejangan yang menurut Arjun sangat aneh dan dia tidak paham. “Kau harus berhenti berlari. Itulah yang harus kaulakukan. Berlari berlari. Berlari. Berlari selalu berlari.” (hal 27). Namun yang lebih aneh adalah pesan sadhu perihal Arjun yang nantinya harus mengurai benang yang terikat di pohon pohon yang berada di belakang Hemkund Sahib.

Dan ketik dia tersadar, ternyata dia tidak mengalami luka sama sekali. Arjun sungguh tidak memahami di balik keganjilan itu. Kejadian itu seperti nyata namun juga lakanya mimpi. Namun begitu pesan yang pernah dia dengar itu terus berlompatan dalam telinganya. Hingga akhirnya Arjun bertekad untuk mendaki gunung Hemkud. Dia harus menemukan benang yang harus dia urai. Dengan begitu mungkin dia bisa mendapat sesuatu atau petunjuk tentang di balik nasihat sang sadhu.

Sayangnya perjalanan yang dia kira akan mudah itu ternyata berbanding terbalik. Belum lagi Jay yang pada awalnya ingin ikut, namun mendadak batal karena urusan pekerjaan. Dalam perjalannya, Arjun ditemani pembawa barang yang bernama Chandu.  Dia kadang dapat diandalkan tapi kadang  sangat menyebalkan. Di sisi lain dalam perjalannnya itu, Arjun merasa bukannya semakin dekat dengan tujuan, dia malah semakin jauh. Belum lagi dia selalu seolah mendengar ada suara-suara yang memanggil. Dan dia kembali dipertemukan dengan seorang pertapa lain.

Dari pertapa inilah, kemudian Arjun menyadari tentang segala kekeliruan hidupnya. Juga alasan yang kemudian membuat sang istri mengajukan gugatan cerai. “Kau akan menuai apa yang kau tabur. Apa yang kau tuai akan berdampak pada masa depanmu.” Itulah yang dikatakan sang pertapa (hal 190). Yang kemudian membuat Arjun menyadari, selama ini dia terlalu egois kepada istri dan anaknya. Dia tidak jujur, penakut dan tidak tanggungjawab. Dan dia ingin berubah. Memperbaiki semua kesalahannya.

Sebuah buku yang memikat. Dipaparkan dengan bahasa yang renyah dan sedikit humor, membuat buku ini menarik. Novel ini mengajak kita untuk belajar banyak tentang  nilai-nilai kebijakan dalam hidup. Selain itu dia juga semakin menyadari hal-hal misterius yang tersembunyi dalam diri.  Dari novel ini pula, kita bisa mereguk banyak inspirasi. “Kematian bukanlah solusi karena hidup tidak pernah menjadi masalah. Bagaimana caramu memecahkan masalah yang tidak ada.” (hal 25).

Priya Kumar, menunjukkan bahwa dari novel, kita juga bisa berbagi motivasi hidup dan ketulusan. Dan setiap insan berhak mengikut panggilan hati untuk mencapai keinginan yang ingin direngkuh.

Srobyong, 10 April 2017 

No comments:

Post a Comment