Dimuat di Koran Jakarta, Senin 29 Mei 2017
Judul : Purification of the Heart; Tanda, Gejala dan Obat
Penyakit Hati
Penulis : Hamzah Yusuf
Penerjemah : Haris Priyatna
Penerbit : Mizan
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : 320 halaman
ISBN :
978-979-433-975-6
Resensi : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul
Ulama, Jepara.
Hati
merupakan asal muasal yang membawa pengaruh besar dalam kehidupan. Rasulullah saw. menyebut hati sebagai wadah
penyimpanan pengetahuan dan tempat yang peka terhadap perbuatan raga (hal 17). Hal
ini bisa dilihat dari kenyataan saat ini, ketika berbagai kejahatan amoral
terjadi; seperti pembunuhan, pencurian, korupsi, pemerkosaan dan sebagainya.
Jika ditilik lebih jelas, hal itu pada dasarnya bersumber dari hati yang
kotor—memiliki penyakit. Ketika hati
kotor, maka kecenderungan pemilik hati adalah melakukan tindak kejahatan. Oleh karena itu, betapa pentingnya kita
mengobati hati agar tidak terjebak pada jalan yang salah. Apalagi di bulan yang
suci ini, bulan penuh khikmah untuk memperbaiki diri.
Buku karya Hamzah Yusuf ini akan
menjadi jembatan dalam usaha meraih ketenteraman hati di bulan suci ini. Dalam buku yang diambil dari terjemahan kitab
Mathharat Al-Qulub karya Imam Al-Mawalud ini memaparkan tentang tanda-tanda
penyakit hati dan cara memurnikan atau penyembuhannya.
Penyakit pertama yang dibahas adalah
kikir. Ini berkaitan dengan syariah (hukum suci), yaitu hak yang wajib
ditunaikan kepada Allah kepada ciptaan-Nya. Seperti kewajiban mengeluarkan
zakat di bulan ramadhan atau bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Sifat
kikir dalam bentuk tidak memberi zakat adalah dilarang. Hal ini berlaku juga
dalam hal kewajiban menghidupi istri dan anak. Bahkan jika suami-istri bercerai,
sang suami harus membayar tunjangan bagi anaknya.
Imam Ali r.a berkata, “Orang yang
terburuk adalah si kikir. Di dunia ini, dia tidak bisa menikmati kekayaannya
sendiri, dan diakhirat, dia dihukum.” Cara pengobatannya adalah dengan kesadaran
diri akan kerugian dan sikap kikir itu sendiri—menyadari bahwa mereka yang
mencapai kekayaan itu memerlukan waktu lama dalam meraihnya. Padahal waktu pun
berjalan dengan cepat. Dan kematian sewaktu-waktu akan datang menjemput.
Pastinya sangat rugi setelah berjuang keras namun tidak bisa menikmatinya
sendiri karena sifat kikir (hal 45).
Kedua, serakah. Yaitu sifat
berlebih-lebihan dan keangkuhan. Salah satu tanda kondisi itu adalah mudahnya
berhutang dan hidup puas dengan itu. Meski sadar perbutan tersebut akan
menjatuhkan diri sendiri—terperangkap dalam utang, orang-orang serakah tidak
peduli. Yang terpenting adalah bisa mencapai standar hidup materiel tertentu.
Dan cara pengobatannya adalah sengaja
berlapar-diri. Rasa lapar bisa diperoleh dengan melakukan puasa atau mengurangi
makan. Mengingat dalam aspek pengobatan tradisional, bahwa terlalu banyak makan
akan merugikan hati dan bahkan bisa membunuhnya juga mengakibatkan keras hati
(hal 47). Di lain sisi puasa juga membantu menjaga hati agar selalu mensyukuri
nikmat Allah.
Ketiga, zalim. Sebuah perbuatan yang
ingin menyakiti orang lain tanpa alasan yang benar. Sikap ini harus benar-benar
dihindari. Karena sikap ini pada akhirnya hanya akan merugikan diri sendiri.
Contoh paling nyata dalam hal yang mendorong orang berlaku zalim adalah “cinta
kedudukan”. Orang yang cinta kedudukan bersedia melakukan apa saja—bahkan jika
itu menyakiti orang lain demi meraih harapannya. Padahal sikap itu hanya akan membuatnya
bepaling dari Allah.
Oleh karena itu, sikap zalim ini
harus segera diobati. Caranya yaitu dengan mengingat kematian. Dengan mengingat kematian kita akan tahu,
bahwa sebesar apa pun kedudukan yang kita miliki, pada akhirnya kedudukan itu
tidak akan dibawa mati.
Selanjutnya adalah Dengki. Di mana
oleh sebagiaan ulama menganggap penyakit ini sebagai akar dari semua penyakit
(hal 65). Rasulullah saw. mengatakan
bahwa, “Iri hati (dengki) memakan perbuatan baik seperti api memakan kayu
kering”. Yang artinya perbuatan baik yang pernah kita lakukan bisa hancur
seketika karena kita memiliki sikap dengki.
Agar terhindari dari sikap dengki
kita harus melawan hawa nafsu sendiri dari sifat tersebut. Karena mengikuti
hawa nafsu akan membuat kita jauh dari kebenaran. Tidak ketinggalan usala lain
yang perlu dilakukan adalah memupuk rasa takwa agar tidak terjatuh pada sikap
dengki.
Selain apa yang sudah dipaparkan
masih banyak pembahasan lain tentang penyakit-penyakit hati yang termaktub
dalam buku ini. Seperti ujub, menipu, amarah, dendam, lalai, sombong, dan
lain-lain. Buku ini sangat patut dibaca dan diamalkan. Membuka pintu kebaikan
untuk menjadi jalan dalam mensucikan hati di bulan suci penuh berkah.
Srobyong, 27 Mei 2017
No comments:
Post a Comment