Tuesday 2 October 2018

[Resensi] Dongeng yang Mengajarkan Bahaya Lisan

Dimuat di Radar Sampit, Minggu 9 September 2018 


Judul               : Si Pahit Lidah
Penulis             : Dian K.
Penerbit           : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan           : Pertama, Maret 2017
Tebal               : 32 halaman
ISBN               : 978-602-394-621-1
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Dongeng merupakan salah satu media belajar yang baik untuk anak. Dengan mengenalkan dongeng pada anak, selain bisa sebagai sarana membangun  imajinasi anak, dongeng juga bisa menjadi bagian sebagai alat bantu mengenalkan anak nilai-nilai moral dan akhlak yang baik.  Dalah satu buku dongeng yang patut kita kenalkan pada anak adalah  dongeng asal Sumatera Selatan, berjudul “Si Pahit Lidah”. Di mana dalam dongeng ini, kita diingatkan untuk selalu menjaga ucapan.

Kita pasti sering mendengar ungkapan bahwa lidah itu lebih tajam daripada pedang. Yang artinya sebuah ucapan itu mampu menyakiti seseorang lebih dari rasa sakit ketika terkena senjata tajam. Oleh karena itu kita sering dinasihati untuk menjaga lisan atau ucapan. Jika kita takut menyakiti orang lain dengan ucapan kita, maka lebih baik jika kita hanya diam.

Dalam sebuah syair yang diambil dari kitab karya Muhammad Ibnu Ahmad Sohan dijelaskan “Seseorang itu tidak mati karena terpeleset kakinya, tapi dia meninggal karena terpeleset lidahnya. Karena terpeleset kaki itu lama-kelamaan bisa pulih kembali. Sedang terpeleset lisannya akan mendatangkan balak (cobaan ) hingga kelak di akhirat.”

Bahkan dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 53, Allah juga menyinggung anjuran untuk menjaga lisan kita. “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata.”

Dalam buku ini sendiri, penulis mengisahkan tentang Serunting yang iri dengan Aria Tebing—adik ipranya yang mana Aria Tebing ini memiliki jamur emas di kebunnya. Sedangkan di kebun Serunting sangatlah tandus dan tidak pernah ada jamur emas yang tumbuh di sana. Karena rasa iri yang bersarang di harinya, Serunting curiga, jangan-jangan Aria Tebing telah melakukan kecurangan (hal 6). Namun Aria Tebing menolak tuduhan yang dilontarkan Serunting.

Akhirnya Serunting menantang Aria Tebing untuk adu kekuatan, dengan syarat siapa yang kalah harus menyerahkan  kebun kepada yang menang. Tidak punya pilihan, Aria Tebing pun menerima tantangan tersebut. Meski sejujurnya dia sangat khawatir, karena dia tahu Serunting memiliki ilmu bela diri yang hebat.

Untuk mencegak kekalahannya, Aria Tebing pun mendatangi Siti—kakak sekaligus istri Serunting. Dia meminta bantuan kakaknya untuk menunjukkan kelemahan Serunting. Karena sudah mengetahui kekurangan Serunting akhirnya Aria Tebing pun menang. Sedang  Serunting yang kalah sangat marah. dia merasa dikhianti istrinya. Kekalahan itu menuntun jalan Serunting ke Bukit Siguntang dekat Gunung Mahameru (hal 13).

Dari sana dia mendapat sebuah kesaktian berupa apa pun yang dia ucapkan akan menjadi kenyataan. Namun kesaktian itu dia gunakan untuk  mengutuk apa pun yang dia temui. Karena perbuatannya itu, dia kemudian dijuliki “Si Pahit Lidah”. Serunting sama sekali tidak merasa bersalah dengan perbuatannya, bahkan dia bertekad akan membalas dendam Aria Tebing dengan kekuatannya itu.

Tapi pada suatu hari, saat kelelahan dia istrihat, dia menemukan tanah gersang yang tidak ada pohon satu pun. Padahal kala itu dia butuh pohon-pohon yang membawa kesejukan dan berlindung dari panas, akhirnya dia pun berucap, agar pohon-pohon tumbuh di sana.  Lalu bagaimana akhir perjalanan Serunting? Apakah dia akan tetap balas dendam atau memanfaatkan kekuatannya untuk kebaikan?

Dongeng bilingual—dua bahasa ini, selain mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga lisan atau ucapan, buku ini juga mengajak kita untuk mensyukuri nikmat dan tidak iri. Tidak ketinggalan, penulis juga mengingatkan bahwa membantu orang lain itu lebih menyenangkan daripada memelihara dendam. Karena perbuatan jahat hanya akan membuat kita dibenci dan diajuhi.

Lebih dari itu dari buku dongeng ini, adik-adik bisa juga belajar bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan. Apalagi bahasanya memang mudah dicerna dan cocok untuk selera anak.

Srobyong, 16 Maret 2018

2 comments:

  1. ia kak penting banget memang harus menjaga lisan kita.. agar orang gk salah paham hingga sakit hati..

    ReplyDelete