Thursday 26 May 2016

[Review] Ketika Menghadapi Guru Galau Guru Galau


Judul               : 4G; Guru Gaul Guru Galau
Penulis             : Dedew
Editor              : D Kurniawan
Penerbit           : Tiga Ananda, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Cetakan           : Pertama, Januari 2016
Halaman          : viii + 112 hlm
ISBN               : 978-602-366-112-1

Dalam dunia  pendidikan, guru biasanya memang menjadi panutan. Para guru selalu bijaksana dan mengayomi. Tapi ternyata tidak selamanya guru seperti itu. Guru juga manusia biasa yang tidak luput melakukan kesalahan dan memiliki pelbagai permasalahan.  Kadang merasa cemas, rendah diri dan sebagainya. Inilah yang dialami oleh para guru di SMA Kusuma. Untungnya di sana ada murid-murid baik hati—Mariana dan kawan-kawan yang selalu setia mengingatkan para guru  jika memiliki masalah. Para guru pun selalu terbuka. Karena sejatinya, di mana pun dan pada siapa pun semua orang bisa belajar dan saling mengingatkan.

Sebuah buku dengan tema unik. Jika biasanya dalam buku-buku remaja mengangkat tema, agar para murid harus selalu patuh pada guru, maka buku ini berbeda. Para murid diperbolehkan mengingatkan guru, jika guru memang salah. Karena setiap manusia pun memang tempatnya salah. Tapi tentu saja dengan cara sopan, karena bagaimana pun, guru adalah orangtua di sekolah.

Menceritakan tentang para guru  SMA Kusuma dan genk Mariana. Genk Mariana  selalu beruaha menyelamatkan guru-gurunya yang terlihat tidak beres.  Karena itu adalah bukti kepedulian mereka dengan para guru. Salah satu gurunya itu adalah  Pak Ruben yang ramah. Tapi  keramahannya itu ... banyak membuat para murid yang merasa takut dan keder.  Karena ramahnya Pak Ruben itu selalu membuat para murid merinding, sehingga suka takut kalau bertemu. Bayangkan saja, setiap bertemu para murid, Pak Ruben akan sangat ramah—jarin menjamah.( hal. 3)

Lea pipinya pernah ditowel, Rani dagunya pernah dipegang-pegang dan beberapa murid cewek lain yang menjadi korban. Tentu saja hal itu membuat para murid resah. Mariana salah satu siswa pemberani di sekolah berpikir keras, bagaimana cara menghadapi guru berusia pertengahan 40 tahun itu. “Duch, bagaimana, ya, cara mengatasi Pak Ruben? Kalau diam saja, berarti kita menyetujui perilaku Pak Ruben.” (hal. 3-4)

Ada juga Pak Yoko  yang Apatis. Guru satu ini selalu merasa rendah diri. Sehingga menimbulkan efek buruk juga pada murid-muridnya.  Padahal, guru kan harusnya memberi semangat agar murid-muridnya menjadi orang  sukses. Tapi tidak dengan Pak Yoko. Setiap masuk kelas Pak Yoko menebar aura pesimis.  Menceritakan betapa tidak beruntungnya dia yang selalu mengalami kegagalan untuk meraih mimpinya.

Hal ini membuat  Mariana dan kawan-kawanya yang tidak suka jika Pak Yoko menebar aura pesimis dan mengendorkan semangat belajar teman-temannnya. Karena itu mereka pun mencari cara agar Pak Yoko segera berubah dan mulai menebar aura positif. “Tuh, kan, Bapak. Pasti ada jalan. Jangan jadi apatis melulu. Mestakung, lho, semesta mendukung. Kalau kita merasa gagal, ya kita bisa gagal beneran.” (hal. 37)

Lalu ada  Bu Sheren yang tidak bisa lepas dari gadetnya. Duh, ini bahaya banget. Guru kan harusnya teladan.  Tapi Bu Sharen memberi teladan yang salah. Murid tidak boleh membawa gadget tapi dianya malah  kecanduan. Ketika mengajar tidak pernah sekalipun Bu Sheren meninggalkan gadgetnya dengan berbagai alasan.

Tidak ketinggalan ada Pak Galang yang super killer. Kegalakannya itu sungguh keterlaluan. Ada murid yang salah sedikit langsung dimarahi habis-habisan. Tentu saja hal itu membuat para murid suka takut, tapi bingung harus bagaimana.

Selain empat guru yang sudah dipaparkan, masih ada juga guru lain yang tidak kalah heboh dengan sikap mereka. Ada yang guru menjadi idola—Pak Parbu, ada guru yang suka malas—Pak Eki,  guru yang pelupa—Bu Anik,  guru matre—Pak Bayu.  Kira-kira bagaimana Marina dan kawan-kawannya mengingatkan para guru agar menjdi guru teladan dan membangakan?

Kisah dalam buku ini dipaparkan dengan bahasa lugas dan renyah. Sangat mudah dipahami.  Ada kelucuan dan keharuan yang bisa dirasaka ketika membaca buku ini. Seolah membuka lagi kenangan tentang masa-masa sekolah dulu.  Apalagi buku ini memang dikemas komedi. Jadi ketika membaca buku ini ... bisa membuat siapa pun ternyum-senyum gemes dan tersentil.

Meski buku ini termasuk kategori ringan, tapi buku ini tetap sarat makna. Mengajarkan bahwa manusia dan guru itu sama-sama manusia. Jadi wajar jika pernah melakukan kesalahan. Dan jika salah satu melakukan kesalahan bisa saling mengingatkan. Namun tentu dengan cara yang baik dan sopan. Bagaimana pun guru adalah orang yang harus dihormati.  Beberapa kesalahan penulisan dan kadang ditemukan bagian alur yang suka loncat-loncat, tetap tidak mengurangi keasyikan membaca.


Srobyong, 3 April 2016 

2 comments:

  1. makasih reviewnya ya saaay...semoga teman-teman pembaca suka yaa :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mbak, semoga berkenan. ^_^ Iya Aamiin, semoga pembaca suka ^_^

      Delete