Dimuat di Koran Jakarta, Selasa 10 Oktober 2017
Judul : Maut Lebih Kejam daripada Cinta
Penulis :
Orhan Pamuk, dkk
Penyusun
: Anton Kurnia
Penerbit : Basabasi
Cetakan : Pertama, Agustus 2017
Tebal : 280 halaman
ISBN : 978-602-6651-04-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumna Universitas
Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Buku ini merupakan kumpulan
cerpen karya para penulis peraih Nobel
Sastra—sebuah penghargan sastra paling
prestesius di dunia yang diberikan kepada penulis. Dan baru-baru ini telah diumumkan bahwa pemenang Nobel Sastra 2017 adalah
penulis Inggris berdarah Jepang—Kazuo Ishiguro.
Penghargaan ini menunjukkan
kemampuan seorang penulis juga seberapa berpengaruhnya tulisaan yang dibuat di
mata dunia. Mengingat sastra memang dibuat dengan tujuan esetika. Namun selain
hadir sebagai hiburan, sastra
juga menjadi jembatan untuk mendiskripsikan berbagai peristiwa, masalah
psikologis, hingga dinamika penyelesaian
masalah.
Dari cerita sastra kita bisa
mengambil inspirasi atau merenungkan tentang suatu kejadian yang mungkin sering
terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat pada waktu tertentu. Dan sastra kadang-kadang juga menjadi pisau
tajam dalam mengkritisi masalah politik.
Dalam buku ini terdapat 25 cerita yang menarik dan memikat dengan
berbagai tema—ada cinta kasih keluarga hingga kritik sosial budaya.
Misalnya saja cerpen berjudul
“Tukang Sepatu” karya John Galsworthy.
Dia mengkritisi para pebisnis, tentang persaiangan bisnis yang lebih sering
memakai kecurangan untuk melariskan produk
yang dimiliki. Dalam cerpen ini
diceritakan, para tukang sepatu tidak memikirkan kenyamana pemakai sepatu,
hanya memikirkan keuntungan yang nantinya akan diperoleh. Berbeda dengan
Gessler bersaudara yang tetap memegang ideologi, untuk menjadi tukang sepatu
yang bertanggung jawab. Gessler selalu berusaha membuat sepatu dengan kualiatas
baik. “Mereka mencari pelanggan dengan iklan, bukan dengan karya.” (hal 67).
Adapula cerpen berjudul “Maut Lebih Kejam
daripada Cinta” karya Gabriel Garcia Marquez. Dalam cerita ini, penulis
menyindir seorang senator yang mudah
disuap ketika disuguhi wanita cantik.
Diceritakan Senator Onesimo Sanchez telah divonis akan segera meninggal.
Namun karena malu mengakui kenyataan itu dia berusaha mati-matian merahasiakan
batas hidupnya. Dia tetap melakukan
kampanye pemilu dan melayani masyarakat yang meminta bantuan kepada dirinya.
Hanya satu orang yang selalu dia
tolak, ketika meminta bantuan. Namanya Nelson Farina. Dia meminta tolong pada
Senator Onesimo untuk membuat KTP palsu agar tidak bisa lolos dari jangkaun
hukum (hal 138). Namun dengan tegas Senator Onesimo menolak permintaan Nelson.
Hingga di suati hari, Nelson mengenalkan putrinya—Laura Farina yang sangat rupawan,
hingga membuat Senator Onesimo bertekuk lutut, dan tidak bisa lagi menolak
keinginan Nelson.
Tidak kalah menarik adalah cerpen
berjudul “Gelang Emas” karya Naguib
Mahfouz. Dalam cerita ini, penulis menunjukkan krisis moral yang kerap terjadi
di dalam sosial masyarakat. halal dan
haram sudah tidak dipedulikan, bahkan kejujuran pun digadaikan.
Diceritakan Hussein akhirnya diterima
menjadi juru tulis di sekolah menengah di Tanta. Kabar itu tentu saja sangat
membuat Hussein sangat senang dan antusias. Dengan memperoleh pekerjaan dia
bisa membantu keuangan keluarganya.
Tapi di sisi lain, Hussein menyadari
untuk pergi ke Tanta dia memerlukan banyak biaya. Sedangkan dia saat itu tidak
memiliki uang. Oleh karena itu, dia mencari saudaranya Hassan untuk meminta
bantuan. Dan betapa terkejutnya Hussein ketika melihat keadaan Hassan, yang
ternyata tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Namun yang lebih mengejutkan adalah ketika Hassan tiba-tiba memberikan
sebuah gelang emas milik orang lain kepada Hussein untuk dijual (hal 154). Di
sinilah dilema Hussein. Dia bingung antara harus menerima gelang emas itu atau
menolaknya. Tapi Hussein akhirnya
menerima gelang itu demi bertahan hidup.
Selain cerpen-cerpen tersebut, masih
banyak lagi kisah lain yang tidak kalah menarik dan menggelitik. Seperti Idiot
karya Camilo Jose Cela, Perempuan Tak Setia karya Albert Camus, Ketika Dara
Jatuh Cinta karya Ernest Hemingway, Namu
Hitam karya Orhan Pamuk dan banyak lagi. Semua diceritakan dengan alur menarik
dan memikat, membuat kita tidak bosan dalam membaca. Selain itu dalam buku ini
juga dilengkapi sejarah perihal Hadiah Nobel Sastra, juga daftar para penulis
yang pernah menerima penghargaan sejak tahun 1901- 2016.
Srobyong, 6 Oktober 2017
No comments:
Post a Comment