Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 15 Oktober 2017
Judul : Gurunya Manusia
Penulis : Munif Chatib
Penerbit : Kaifa
Cetakan : September 2016
Tebal : xx + 260 hal
ISBN : 978-602-0851-45-7
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
Pendidikan yang berkualitas akan
mencetak generasi masa depan yang berkualitas juga. Dan pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari peran guru. Guru adalah ujung tombak proses pendidikan. Tanpa
guru, tidak mungkin Indonsia melek huruf, tidak mungkin program pendirian
sekolah dan universitas akan berhasil dan tanpa guru tidak mungkin muncul
generasi yang berkualitas.
Di sinilah tantangan para guru untuk
terus belajar meningkatkan kualitas diri.
Guru harus selalu up to date dalam berbagai hal demi kemajuan
pendidikan. Buku ini mengajak para guru untuk menjadi gurunya manusia—di mana
mereka menjadi guru yang tidak hanya untuk materi atau tuntutan profesi, tapi
demi mengemban tugas mencerdaskan bangsa. Mengedepankan proses belajar dari
pada hasilnya.
Secara gamblang yang dimaksud gurunya manusia yaitu guru yang punya
keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa
target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil memahami materi-materi
yang diajarkan. (hal 59). Untuk mmenjadi gurunya manusia, ada beberapa syarat
yang harus dimiliki para guru. Yaitu, bersedia untuk belajar, secara teratur
membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar, bersedia diobservasi, selalu
tertantang untuk meningkatkan kreativitas dan punya karakter yang baik (hal
66).
Ada tiga unsur penting yang harus
dilakukan ketika ingin menjadi gurunya manusia. Yaitu paradigma, cara dan
komitmen. Paradigma yang dimaksud di sini yaitu, setiap gurunya manusia wajib
punya pandangan atau pola pikir yang menganggap setiap anak adalah juara atau
setiap anak memiliki potensi kebaikan, apa pun kondisi yang dialamai anak. Jangan
pernah menganggap anak itu bodoh.
Karena paradigma itu bisa
mempengaruhi dalam usaha pengajaran. Ketika guru sudah menghakimi salah seorang
murid dengan kebodohan, biasanya guru memiliki kecenderungan malas dalam
mendidik, karena sudah berpikir anak itu pasti akan kesulitan dalam memahami
pelajaran. Padahal yang sebenarnya guru harus merangkul. Mencari metode yang
baik agar anak bisa paham dalam pelajaran.
Selanjunya dalam mengajar, gurunya
manusia selalu mengajar dengan hati dan selalu berusaha memahami kemapuan para
anak dididik secara luas. Dalam artian guru tidak hanya menilai dari segi
kemampuan kognitif saja. Disadari atau tidak, kadang suka menilai siswanya
hanya dari nilai kognitif. Tapi mereka
tidak tahu bisa jadi nilai sempurna yang didapat siswa itu dari hasil
mencontek. Guru juga harus menilai dari segi kemampuan lain yaitu, memahami kemampuan dari segi psikomotirk dan
akfektif (hal 74).
Dan seorang guru seyogyanya harus
melakukan discovering ability, yaitu menjelajah kemampuan anak meskipun
itu sekecil debu. Dan ketika guru sudah menemukan kemampuan anak, seorang guru jangan pelit dalam memberi semangat dan apresiasi bagi anak.
Karena apresiasi itu memberi dorongan dan semangat anak. Dengan melakukan discovering
ability pada siswa, ibarat menempatkan kaki-kaki positif pada konsep diri
siswa bahwa dia bisa dan dia mampu mengerjakan sesuatu.
Gurunya manusia itu selalu
menyenangkan. Hal ini bisa dilihat dari caranya mengajar yang selalu aktif,
kreatif dan inovatif. Sehingga anak tidak cepat merasa bosan. Namun selalu
nyaman dalam belajar. Guru harus
benar-benar memperhatikan sisi psikologi anak juga. ketika seorang guru bisa merubah suana kelas
menjadi menyenangkan, maka otomatis anak akan semangat. Berbeda jika dalam pengajaran
guru menerapkan hanya metode yang
kaku—ceramah saja, biasanya anak akan cepat bosan. Padahal metode itu bisa divariasi agar lebih
asyik dan menyenangkan.
Sebuah buku yang sangat patut
diapresiasikan. Para guru wajib membaca buku ini. Buku ini mengajak para guru untuk menyedari
posisi dan tugas mereka sebenarnya. Sebagaimana yang pernah dipaparkan Bobbi DePorter—Presiden
Quantum Learning Network, “Salah satu unsur penting dalam kemajuan siswa
adalah guru yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil merangkul serta berhubungan dengan semua
pembelajar—yaitu guru yang menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga anak
didiknya senang belajar.”
Srobyong, 9 April 2017
No comments:
Post a Comment