Saturday 21 October 2017

[Resensi] Menjadi Guru yang Kreatif dan Inovatif dalam Mengajar

Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 15 Oktober 2017 


Judul               : Gurunya Manusia
Penulis             : Munif Chatib
Penerbit           : Kaifa
Cetakan           : September 2016
Tebal               : xx + 260 hal
ISBN               : 978-602-0851-45-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.

Pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang berkualitas juga. Dan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru. Guru adalah ujung tombak proses pendidikan. Tanpa guru, tidak mungkin Indonsia melek huruf, tidak mungkin program pendirian sekolah dan universitas akan berhasil dan tanpa guru tidak mungkin muncul generasi yang berkualitas.

Di sinilah tantangan para guru untuk terus belajar meningkatkan kualitas diri.  Guru harus selalu up to date dalam berbagai hal demi kemajuan pendidikan. Buku ini mengajak para guru untuk menjadi gurunya manusia—di mana mereka menjadi guru yang tidak hanya untuk materi atau tuntutan profesi, tapi demi mengemban tugas mencerdaskan bangsa. Mengedepankan proses belajar dari pada hasilnya.

Secara gamblang yang  dimaksud gurunya manusia yaitu guru yang punya keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. (hal 59). Untuk mmenjadi gurunya manusia, ada beberapa syarat yang harus dimiliki para guru. Yaitu, bersedia untuk belajar, secara teratur membuat rencana pembelajaran sebelum mengajar, bersedia diobservasi, selalu tertantang untuk meningkatkan kreativitas dan punya karakter yang baik (hal 66).

Ada tiga unsur penting yang harus dilakukan ketika ingin menjadi gurunya manusia. Yaitu paradigma, cara dan komitmen. Paradigma yang dimaksud di sini yaitu, setiap gurunya manusia wajib punya pandangan atau pola pikir yang menganggap setiap anak adalah juara atau setiap anak memiliki potensi kebaikan, apa pun kondisi yang dialamai anak. Jangan pernah menganggap anak itu bodoh.

Karena paradigma itu bisa mempengaruhi dalam usaha pengajaran. Ketika guru sudah menghakimi salah seorang murid dengan kebodohan, biasanya guru memiliki kecenderungan malas dalam mendidik, karena sudah berpikir anak itu pasti akan kesulitan dalam memahami pelajaran. Padahal yang sebenarnya guru harus merangkul. Mencari metode yang baik agar anak bisa paham dalam pelajaran.

Selanjunya dalam mengajar, gurunya manusia selalu mengajar dengan hati dan selalu berusaha memahami kemapuan para anak dididik secara luas. Dalam artian guru tidak hanya menilai dari segi kemampuan kognitif saja. Disadari atau tidak, kadang suka menilai siswanya hanya dari nilai kognitif.  Tapi mereka tidak tahu bisa jadi nilai sempurna yang didapat siswa itu dari hasil mencontek. Guru juga harus menilai dari segi kemampuan lain yaitu,  memahami kemampuan dari segi psikomotirk dan akfektif (hal 74).  

Dan seorang guru seyogyanya harus melakukan discovering ability, yaitu menjelajah kemampuan anak meskipun itu sekecil debu. Dan ketika guru sudah menemukan kemampuan anak, seorang  guru jangan pelit dalam  memberi semangat dan apresiasi bagi anak. Karena apresiasi itu memberi dorongan dan semangat anak. Dengan melakukan discovering ability pada siswa, ibarat menempatkan kaki-kaki positif pada konsep diri siswa bahwa dia bisa dan dia mampu mengerjakan sesuatu.

Gurunya manusia itu selalu menyenangkan. Hal ini bisa dilihat dari caranya mengajar yang selalu aktif, kreatif dan inovatif. Sehingga anak tidak cepat merasa bosan. Namun selalu nyaman dalam belajar.  Guru harus benar-benar memperhatikan sisi psikologi anak juga.  ketika seorang guru bisa merubah suana kelas menjadi menyenangkan, maka otomatis anak akan semangat. Berbeda jika dalam pengajaran guru menerapkan hanya  metode yang kaku—ceramah saja, biasanya anak akan cepat bosan.  Padahal metode itu bisa divariasi agar lebih asyik dan menyenangkan.

Sebuah buku yang sangat patut diapresiasikan. Para guru wajib membaca buku ini.  Buku ini mengajak para guru untuk menyedari posisi dan tugas mereka sebenarnya. Sebagaimana yang pernah dipaparkan Bobbi DePorter—Presiden Quantum Learning Network, “Salah satu unsur penting dalam kemajuan siswa adalah guru yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil  merangkul serta berhubungan dengan semua pembelajar—yaitu guru yang menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga anak didiknya senang belajar.”

Srobyong, 9 April 2017 

No comments:

Post a Comment