Monday 9 October 2017

[Resensi] Meneladani Nilai-nilai Luhur Kisah Para Nabi

Dimuat di Analisa Medan, Jumat 6 Oktober 2017

Judul               : The Prophet; Kisah Hikmah 25 Nabi Allah
Penulis             : Dian Noviyanti
Penerbit           : Gramedia
Cetekan           : Pertama, Maret 2017
Tebal               : 318 halaman
ISBN               : 978-602-03-3889-7
Peresensi         : Ratnani Latifah, Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Membicarakan kisah para nabi, rasanya tidak mungkin ada habisnya. Karena kisah-kisah tersebut memang sudah mendarah daging bagi kita. Dalam Al-Quran pun kisah-kisah tentag para nabi dan rasul, berkali-kali diterangkan untuk diambil ibrah. Dan berbagai literatur pun tidak pernah ketinggalan untuk ikut bersumbangsih, menuliskan kemabali menulis kisah-kisah para nabi dan rasul, agar kisah-kisah tersebut tetap bisa kita nikmati, melalaui media yang lebih menarik. 

Hanya saja kerap kali kita melupakan, tentang makna di balik kisah tersebut. Apa yang hendak dikabarkan oleh para nabi kepada umat, dan apa kaitannya dengan kehidupan kita? Tidak ketinggalan bagaimana dari kisah tersebut yang berfungsi menguadkan fu’ad atau hati, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran.   Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengkaji ulang sejarah tersebut, agar kisah para nabi dan rasul itu tidak hanya dianggap sebagai dongeng masa lalu atau hanya sekadar mengenang kejayaan para nabi di masa lalu.

Menilik dari kerasahan itu, penulis mencoba menuliskan kembali kisah 25 nabi dan rasul, namun dengan sajian yang berbeda. Di mana kisah yang dipaparkan tidak hanya kisah biasanya yang sering kita dengarakan atau kita baca, namun penulis menambahinya dengan aspek-aspek lain yang akan membuat kita mengetahui makna di balik kisah tersebut.

Misalnya saja kisah Nabi Adam. Dia diciptakan Allah dari tanah. Namun hal  itu tidak membuat Nabi Adam menjadi seorang hamba yang hina. Bahkan para Malaikat dan Azazil—Setan yang aat masih di dalam surga, diminta Allah untuk menghormati Nabi Adam. Karena nanti Dia-lah yang akan dipilih Allah sebagai khalifah di bumi.  Karena malaikat adalah makhluk Allah yang sangat taat, mereka pun mematuhi perintah Allah. Namun berbeda dengan Azazil. Dia yang merasa diciptakan dari api itu,  merasa sombong dan tidak mau menghormati Nabi Adam. Hal inilah yang kemudian membuat Azazil diusir oleh Allah dari surga, sehingga dia menjadi dendam dan ingin membalasnya kepada keturuan Nabi Adam  (hal 9).

Jadi secara tidak langsung kisah diciptakannya Nabi Adam ini, mengingatkan kita untuk tidak bersikap sombong. Karena setiap hamba yang diciptakan oleh Allah tidak dinilai dari apa dia diciptakan, namun Allah melihat dari ketakwaan yang dimiliki.  Begitupula yang berlaku dalam kehidupan saat ini. Kita tidak boleh sombong hanya karena perbedaan pangkat atau kekayaan.  Selain itu kita juga diingatkan bahwa kita tidak boleh memelihara dendam dan iri. Karena rasa iri dan dendam hanya akan membuat kita menderita bahkan dilakan oleh Allah.

Masih tentang Nabi Adam. Bahwa dibalik, kejadian yang berhubungan dengan buah khuldi, hingga akhirnya beliau diusir dari surga, adalah bukti Allah Maha Pemurah. Dan sudah semestinya kita sebagai seorang hamba harus tunduk, memohon ampun dan berserah pada-Nya (hal 25).

Ada pula kisah Nabi Idris.  Dia disebut Idris yang merupakan asal dari kata ‘darasa’ yang memiliki arti belajar karena kegemarannta membaca shuhuf dari Adam dan Syits. Dia adalah orang pertama yang pandai tulis menulis menggunakan pena, jahit-menjahit menggunakan jarum dan kain, ahli perbintangan serta ilmu alam dan metamatika (hisab).  Selain memiliki  ilmu yang sempurna, keyaikan yang kokoh, Nabi Idris juga mengerjakan amal saleh yang banyak (hal 39-10). 

Nabi Idris selalu mengingatkan kepada keluarganya agar memurnikan peribadatan kepada Allah, karena cinta dunia dan cinta akhirat tidak akan berkumpul dalam satu hati, selamanya.Dari kisah ini maka bisa kita simpulkan, bahwa sudah semestinya kita meneladani Nabi Idris. Kita harus belajar dengan rajin agar menjadi orang pintar. Namun begitu, kita juga tidak boleh menyepelekan masalah agama. Baik masalah agama dan dunia harus seimbang agar kita tidak menjadi seorang yang lalai dari nikmat Allah.

Nabi Idris pernah berkata, “Cintailah kebenaran dan berjalanlah di dalamnya. Dan, janganlah mendekatinya dengan hati mendua, dan jangan menyekutukan diri dengan segaka sesuatu yag datang dari hati yang mendua, akan tetapi berjalanlah (dengan kokoh) dalam jalan kebenaran. Maka ia akan membimbingmu ke jalan yang diberkahi, dan kebenaran akan selalu menjadi teman kita.” (hal 31).

Selain dua kisah tersebut tentu saja masih banyak kisah lainnya yang mengandung nilai-nilai luhur yang patut kita teladani.  Sebuah buku yang patut kita baca. Karena banyak pembelajaran baru yang bisa kita peroleh dan pastinya bisa mencerahkan hati. Beberapa kekurangannya tidak mengurasi esensi dari buku.

Srobyong, 17 September 2017 

2 comments:

  1. Selamat sebelumnya tulisannya dimuat di media :D
    Membaca kisah2 Nabi emang membuat kita bisa belajar mengenai sikap dan sifat yg menonjol dari para Nabi ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih. Iya kisah para Nabi memang selalu menginspirasi

      Delete