Friday, 27 October 2017

[Cerpen] Membakar Langgar[1]

Dimuat di Republika, Minggu 1 Oktober 2017 


Ratnani Latifah

Kosim mengumpulkan warga. Ketika mereka sudah berbondong-bondong datang, dipandangnya lekat-lekat orang yang berjejer itu. Kosim menghela napas. Lalu tangan kanannya yang sudah membawa oncor membuat kuda-kuda untuk melemparkannya.

“Karepmu opo, Sim, gawe geger deso bengi-bengi.”[2] Seorang bapak  menatap tidak suka pada Kosim. Benci.

“Koe pengen kuwalat bakar tempat iki, ngerti ora!”[3]

Kosim hanya tersenyum miring. “Lho buat apa dibiarkan to, Pak. Kalau setiap hari hanya dikosongkan. Tidak ada yang menghidupkan tempat ini. Tidak ada manfaatnya. Kata Bapak, apa-apa yang tidak dimanfaatkan lagi, lebih baik dimusnahkan saja. Iya, kan?”

~*~

2 comments:

  1. dari cerita si kosim
    aku juga jadi inget kampung halaman ku yang sekarang berubah lebih maju
    dan bangunan bangunan tinggi mulai padat
    tempat lapangan bermain sudah mulai hilang, langgar yang dulu ramai sekarang sepi.. cuma di bula ramadhan ramenya
    emang sangat di sayangkan.. harusnya kemajuan teknologi dan kesibukan, manusia tidak seharusnya melupakan yang di atas

    ReplyDelete
  2. Iya Mas, sebuah kenyataan yang membuat sedih.

    ReplyDelete