Tuesday, 17 October 2017

[Review Buku] Novel yang Mengajarkan Kepedulian Lingkungan dan Kelestarian Alam


Judul               : Etnogika
Penulis             : Imperial Jathee
Penerbit           : Kakilangit Kencana
Cetakan           : Pertama, Mei 2017
Tebal               : 228 halaman
ISBN               : 978-602-8556-75-0


Etnogika, bisa dibilang sebagai novel yang  unik dan cukup memikat. Novel ini menceritakan tentang konflik antara petani dan perusahaan tambang.  Adalah Meswari seorang etnografer. Sebuah profesi yang mengharuskan dia melakukan observasi tentang adat, budaya juga masalah sosial dalam sebuah masyarakat tertentu. Etnografi memiliki manfaat untuk membantu  menyelesaikan masalah sosial budaya.

Suatu hari dia mendapat sebuah email dari Supriyanto—ketua PPLP (Paguyuban Petani Lahan Pesisir). Di mana isi e-mail itu adalah meminta bantuan kepada Meswari untuk melakukan  penelitian ilmiah, yang akan digunakan untuk menyakinkan sebuah perusahaan tambang,   bahwa warga pesisir tidak bisa lepas dari lahan yang ada di pesisir, karena tempat itu merupakan lahan mata pencaharian  satu-satunya penduduk  (hal 122).  Tanpa berpikir panjang, Meswari pun menerima tawaran itu.
Guruh adalah salah satu staf ahli geologi yang ditugaskan untuk menjelaskan kepada organisasi pecinta lingkungan dan  penduduk yang tinggal di sekitar pesisir pantai,  tentang keprofesionalisan perusahannya dalam mengolah suatu lahan tambanga tanpa merusak alam sekitar. 

Namun penjelasan Guruh belum dipercaya sepenuhnya oleh para penduduk. Mereka masih berpikir, bahwa pertambangan pasir besi bisa sangat eksploitatif dan merusak, jika tidak dilakukan dengan bijaksana. Di mana akibatnya, praktik  pertambangan sering kali melahirkan berbagai dampak negatif, baik terhadap lingkungan, kehidupan sosial, ekonomi, budaya masyarakat adat, maupun budaya masyarakat lokal (hal 95).

Di sisi lain, hasil pengamatan yang dilakukan Meswari menunjukkan bahwa warga merasa cemas dan gelisah  dengan pendirian tambang, karena hal itu bisa membuat mereka kehilangan ladang penghidupan mereka yang sudah ada sejak dulu.  Yang mereka butuhkan sesungguhnya adalah tetap asri dan lestarinya ladang penghidupan mereka (hal 127).  Oleh karena itu jika perusahaan tambang bisa mewujudkan keinginan warga pesisir, maka perusahana tambang itu bisa mendapat izin dari warga masyarakakat.

Dan tidak ketinggalan sudah semestinya perusahaan tambang itu bersedia menggati rugi dengan harga pantas lahan pertanian warga yang termasuk daerah eksplorasi. Mengingat warga pesisir memang hidup melalui pertanian.

Namun siapa sangka, ketika izin pertambangan telah diberikan, perusahaan tambang itu melanggar kesepakatan yang telah disetujui. Mereka memasuki daerah pesisir dan meratakan apa saja tanpa persetujuan warga. Semak dan ilalang mulai dibakar paksa. Hasil-hasil pertanian  cabe dan melon pun hancur lebur akibat perbuatan itu (hal 183).

Kejadian itu tentu saja membuat warga marah. Begitupula dengan Meswari. Tidak seharusnya perusahaan itu melakukan perbuatan tercela seperti itu.  Memang benar kekayaaan alam yang melimpah tidak boleh disia-siakan, disimpan atau dimubazirkan. Namun begitu, pemanfaatan sumber daya alam harus bisa membuat semua pihak di sekitarnya menjadi baik atau lebih baik, bahkan diuntungkan dan disejahterakan.  Sumber daya alam harus diolah secara bijak dan kelestarian alam  tetap harus dijaga bukan dirusak.

Mengaca pada kejadian yang pernah terjadi di salah satu desa di Provinsi Bengkulu yang terancam punah akibat pengerukan pasir besi besar-besaran oleh sebuah PT sejak tahun 2005 silam. Di mana akibat proses penambangan,  kawasan pantai yang dulunya rimbun dengan hijau hutan bakau, seluar 10 hektar—juga merupakan kawasan Cagar Alam kini nyaris habis (hal 188-189).

Kira-kira bagaimana akhir dari konfilik para petani dengan perusahaan tambang? Berhasilkan usaha Meswari untuk membantu warga pesisiri? Dan bagaimana pula kisah Meswari dan Guruh yang juga mengalami masalah akibat beda pendapat dalam menyelesaikan masalah tambang dan petani?
Dipaparkan dengan bahasa yang sederhana, novel ini mengajarkan kepada kita untuk melestarikan kekayaan sumber daya alam  dengan cara yang  bijak. Selain itu kita juga diingatkan untuk selalu menjaga lingkungan dan kelestarian alam di sekitar kita.  

Secara keseluruhan novel ini cukup menarik. Karena penulis berani menampilkan sesuatu yang berbeda. Jika kebanyakan novel fiksi sering memilih pekerjan CEO atau pekerjaaan mentereng lainnya, maka tidak dengan novel ini. Dia mengenalkan etnografer yang jarang diulas dan dibahas. Hanya saja pada beberapa bagian dari novel ini terasa lambat dan membosankan.  Di mana cara penyampaian cerita masih kurang luwes. Namun lepas dari kekuranganya, hal itu tidak mengurangi apa yang ingin disampaikan penulis. Dan beruntung pada akhir-akhir bab, cerita sudah mulai menemukan bagian yang menarik dan membuat penasaran.



Srobyong, 9 September 2017 

No comments:

Post a Comment