Judul : Etnogika
Penulis : Imperial Jathee
Penerbit : Kakilangit Kencana
Cetakan : Pertama, Mei 2017
Tebal : 228 halaman
ISBN :
978-602-8556-75-0
Etnogika, bisa dibilang sebagai
novel yang unik dan cukup memikat. Novel
ini menceritakan tentang konflik antara petani dan perusahaan tambang. Adalah Meswari seorang etnografer. Sebuah profesi
yang mengharuskan dia melakukan observasi tentang adat, budaya juga masalah
sosial dalam sebuah masyarakat tertentu. Etnografi memiliki manfaat untuk
membantu menyelesaikan masalah sosial
budaya.
Suatu hari dia mendapat sebuah email
dari Supriyanto—ketua PPLP (Paguyuban Petani Lahan Pesisir). Di mana isi e-mail
itu adalah meminta bantuan kepada Meswari untuk melakukan penelitian ilmiah, yang akan digunakan untuk
menyakinkan sebuah perusahaan tambang,
bahwa warga pesisir tidak bisa lepas dari lahan yang ada di pesisir,
karena tempat itu merupakan lahan mata pencaharian satu-satunya penduduk (hal 122). Tanpa berpikir panjang, Meswari pun menerima
tawaran itu.
Guruh adalah salah satu staf ahli
geologi yang ditugaskan untuk menjelaskan kepada organisasi pecinta lingkungan
dan penduduk yang tinggal di sekitar
pesisir pantai, tentang
keprofesionalisan perusahannya dalam mengolah suatu lahan tambanga tanpa
merusak alam sekitar.
Namun penjelasan Guruh belum
dipercaya sepenuhnya oleh para penduduk. Mereka masih berpikir, bahwa
pertambangan pasir besi bisa sangat eksploitatif dan merusak, jika tidak
dilakukan dengan bijaksana. Di mana akibatnya, praktik pertambangan sering kali melahirkan berbagai
dampak negatif, baik terhadap lingkungan, kehidupan sosial, ekonomi, budaya
masyarakat adat, maupun budaya masyarakat lokal (hal 95).
Di sisi lain, hasil pengamatan yang
dilakukan Meswari menunjukkan bahwa warga merasa cemas dan gelisah dengan pendirian tambang, karena hal itu bisa
membuat mereka kehilangan ladang penghidupan mereka yang sudah ada sejak
dulu. Yang mereka butuhkan sesungguhnya
adalah tetap asri dan lestarinya ladang penghidupan mereka (hal 127). Oleh karena itu jika perusahaan tambang bisa
mewujudkan keinginan warga pesisir, maka perusahana tambang itu bisa mendapat
izin dari warga masyarakakat.
Dan tidak ketinggalan sudah
semestinya perusahaan tambang itu bersedia menggati rugi dengan harga pantas
lahan pertanian warga yang termasuk daerah eksplorasi. Mengingat warga pesisir
memang hidup melalui pertanian.
Namun siapa sangka, ketika izin pertambangan
telah diberikan, perusahaan tambang itu melanggar kesepakatan yang telah
disetujui. Mereka memasuki daerah pesisir dan meratakan apa saja tanpa
persetujuan warga. Semak dan ilalang mulai dibakar paksa. Hasil-hasil pertanian
cabe dan melon pun hancur lebur akibat
perbuatan itu (hal 183).
Kejadian itu tentu saja membuat
warga marah. Begitupula dengan Meswari. Tidak seharusnya perusahaan itu
melakukan perbuatan tercela seperti itu.
Memang benar kekayaaan alam yang melimpah tidak boleh disia-siakan,
disimpan atau dimubazirkan. Namun begitu, pemanfaatan sumber daya alam harus
bisa membuat semua pihak di sekitarnya menjadi baik atau lebih baik, bahkan
diuntungkan dan disejahterakan. Sumber
daya alam harus diolah secara bijak dan kelestarian alam tetap harus dijaga bukan dirusak.
Mengaca pada kejadian yang pernah
terjadi di salah satu desa di Provinsi Bengkulu yang terancam punah akibat
pengerukan pasir besi besar-besaran oleh sebuah PT sejak tahun 2005 silam. Di
mana akibat proses penambangan, kawasan
pantai yang dulunya rimbun dengan hijau hutan bakau, seluar 10 hektar—juga
merupakan kawasan Cagar Alam kini nyaris habis (hal 188-189).
Kira-kira bagaimana akhir dari
konfilik para petani dengan perusahaan tambang? Berhasilkan usaha Meswari untuk
membantu warga pesisiri? Dan bagaimana pula kisah Meswari dan Guruh yang juga
mengalami masalah akibat beda pendapat dalam menyelesaikan masalah tambang dan
petani?
Dipaparkan dengan bahasa yang
sederhana, novel ini mengajarkan kepada kita untuk melestarikan kekayaan sumber
daya alam dengan cara yang bijak. Selain itu kita juga diingatkan untuk
selalu menjaga lingkungan dan kelestarian alam di sekitar kita.
Secara keseluruhan novel ini cukup
menarik. Karena penulis berani menampilkan sesuatu yang berbeda. Jika kebanyakan
novel fiksi sering memilih pekerjan CEO atau pekerjaaan mentereng lainnya, maka
tidak dengan novel ini. Dia mengenalkan etnografer yang jarang diulas dan
dibahas. Hanya saja pada beberapa bagian dari novel ini terasa lambat dan
membosankan. Di mana cara penyampaian
cerita masih kurang luwes. Namun lepas dari kekuranganya, hal itu tidak
mengurangi apa yang ingin disampaikan penulis. Dan beruntung pada akhir-akhir
bab, cerita sudah mulai menemukan bagian yang menarik dan membuat penasaran.
Srobyong, 9 September 2017
No comments:
Post a Comment