Judul : Peony’s World
Penulis : Keziaa Evi Wiadji
Penerbit : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan : Pertama, September 2017
Tebal : 236 halaman
ISBN : 978-602-394-906-9
“Aku nggak percaya ada orang yang dilahirkan
menjadi sisi baik atau si jahat. Menjadi baik atau jahat adalah pilihan orang
itu sendiri.” (hal 189).
Hidup adalah pilihan. Ingin menjadi seperti apa adalah pilihan kita
sendiri. Oleh karena itu, kita tidak bisa menyalahkan takdir.
Mengambil genre fantasi, tentu saja
membuat novel karya Kezia Evi Wiadji ini berbeda dengan novel-novel sebelumnya, yang
lebih bertajuk genre romance realis. Namun jangan khawatir meski mengusung tema
yang berbeda, Kezia ini tetap lues dalam mengeksekusi ceritanya. Baik itu dari
segi pengemasan cerita, karakter para tokoh hingga alur dan plot yang penuh
dengan kejutan. Jadi bisa dibilang novel ini adalah terobosan baru bagi penulis,
juga hidangan baru untuk pembaca buku-buku Kezia. Masih tidak jauh-jauh tentang
cinta dan persahabatan, novel ini patut dibaca menjadi teman yang menyenangkan.
Novel ini sendiri berkisah tentang Peony yang sejak kecil
memiliki sebuah kekuatan istimewa—dia bisa berada di dua dunia—dunia nyata saat
ini, juga dunia lain ciptaan Peony sendiri.
Pada awalnya tentu saja Peony kaget dengan kemampuan itu. Apalagi
gara-gara kekuatan itu dia sering salah jalan dan sering bingung. Namun lambat
laun akhirnya Peony bisa mengendalikan kekuatannya tersebut. Kekuataan ini-lah
yang akhirnya sering dimanfaatkan Peony dan sahabatnya Lola untuk diam-diam
kabur ke dunia lain kalau sedang suntuk dan bosan.
Selain memiliki sahabat yang super
baik dan super resek juga, Peony juga memiliki seseorang yang membuat hatinya
selalu berbunga-bunga. Dialah Jovan, sosok yang sangat berharga bagi Peony.
Seseorang yang telah memberi warna-warni dalam hidupnya. Namun siapa sangka,
kebahagiaan itu tak selamanya berada dalam genggaman Peony. Di suatu hari yang
tidak terduga, Jovan dinyatakan meninggal karena sebuah kecelakan. Tentu saja
kenyataan itu membuat Peony sangat sedih dan terpukul. Dia kehilangan
senyumnya. Peony juga jadi malas ke dunia ciptaannya karena terus menyesali
kepergian Jovan.
Hingga di waktu yang tidak terduga,
ketika Peony tiba-tiba rindu menjelajahi dunia ciptaannya, dia pun membuka
jalan untuk memasukinya. Dan di sana, Peony hanya bisa terdiam dan ternganga. Dia tidak
pernah menyangka bisa melihat lagi seseorang yang telah dinyatakan meninggal.
Kenapa Jovan hadir di dunianya? Bukankah seharusnya orang yang meninggal itu pergi
ke akhirat? Itulah berjuta pertanyaan Peony.
Dan pertanyaan Peony semakin
betambah, ketika tiba-tiba Jovan berpesan agar tidak masuk ke dunia ciptaannya
di atas jam lima sore. Konon kata Jovan, akan ada bahaya besar yang mengancam
keselamatan Peony. Benarkah apa yang
dikatakan Jovan? Dan siapa sosok yang ingin mencelakai Peony?
Selain pertanyaan-pertanyaan itu
masih banyak pertanyan yang menggelitik yang pastinya akan membuat penasaran.
Karena dari pesan yang Jovan sampaikan, ternyata hal itu membawa Peony pada
sebuah kisah kelam di masa lalu yang tidak terduga melalui buku tua yang tidak
sengaja ditemukan.
Membaca novel ini, kita seperti
diajak berkelana dari dunia nyata menuju dunia imaji lain yang mendebarkan.
Karena di dunia Peony, akan ada banyak kejutan yang tidak pernah terduga. Ada kesedihan, kegembiraan juga ketegangan
yang membuat berbagai rasa saat membacanya.
Dengan gaya bahasa yang renyah dan
gurih akan membuat kita betah membaca kisah ini hingga selesai. Selain itu
novel ini memiliki keunggulan dalam permainan alur yang membuat kita akan terus
dan terus penasaran sampai akhir.
Membaca novel ini saya belajar
tentang bagaimana memaknai kehilangan. Bahwa hidup dan mati itu sudah ketentuan
Tuhan. Kita harus ikhlas dan mulai menata diri, agar tidak terjebak terlalu
lama dari kesedihan. Jadihal kuat dan tegar.
Ada
juga pesan bagi siapa saja untuk tidak memelihara sikap iri. Karena pada
akhirnya rasa iri dan dengki akan merusak diri sendiri. “Perbuatan adalah
cermin isi hati. Perasaan iri dan mementingkan diri sendiri, memyebabkan kekacauan
dan segala macam perbuatan jahat.”
No comments:
Post a Comment