Thursday, 12 October 2017

[Review Buku] Memasuki Dunia Peony yang Menyenangkan dan Menegangkan



Judul               : Peony’s World
Penulis             : Keziaa Evi Wiadji
Penerbit           : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan           : Pertama, September 2017
Tebal               : 236 halaman
ISBN               : 978-602-394-906-9

 “Aku nggak percaya ada orang yang dilahirkan menjadi sisi baik atau si jahat. Menjadi baik atau jahat adalah pilihan orang itu sendiri.”  (hal 189).

Hidup adalah pilihan.  Ingin menjadi seperti apa adalah pilihan kita sendiri. Oleh karena itu, kita tidak bisa menyalahkan takdir.

Mengambil genre fantasi, tentu saja membuat novel karya Kezia Evi Wiadji ini  berbeda dengan novel-novel sebelumnya, yang lebih bertajuk genre romance realis. Namun jangan khawatir meski mengusung tema yang berbeda, Kezia ini tetap lues dalam mengeksekusi ceritanya. Baik itu dari segi pengemasan cerita, karakter para tokoh hingga alur dan plot yang penuh dengan kejutan. Jadi bisa dibilang novel ini adalah terobosan baru bagi penulis, juga hidangan baru untuk pembaca buku-buku Kezia. Masih tidak jauh-jauh tentang cinta dan persahabatan, novel ini patut dibaca menjadi teman yang menyenangkan.

Novel ini sendiri  berkisah tentang Peony yang sejak kecil memiliki sebuah kekuatan istimewa—dia bisa berada di dua dunia—dunia nyata saat ini, juga dunia lain ciptaan Peony sendiri.  Pada awalnya tentu saja Peony kaget dengan kemampuan itu. Apalagi gara-gara kekuatan itu dia sering salah jalan dan sering bingung. Namun lambat laun akhirnya Peony bisa mengendalikan kekuatannya tersebut. Kekuataan ini-lah yang akhirnya sering dimanfaatkan Peony dan sahabatnya Lola untuk diam-diam kabur ke dunia lain kalau sedang suntuk dan bosan.

Selain memiliki sahabat yang super baik dan super resek juga, Peony juga memiliki seseorang yang membuat hatinya selalu berbunga-bunga. Dialah Jovan, sosok yang sangat berharga bagi Peony. Seseorang yang telah memberi warna-warni dalam hidupnya. Namun siapa sangka, kebahagiaan itu tak selamanya berada dalam genggaman Peony. Di suatu hari yang tidak terduga, Jovan dinyatakan meninggal karena sebuah kecelakan. Tentu saja kenyataan itu membuat Peony sangat sedih dan terpukul. Dia kehilangan senyumnya. Peony juga jadi malas ke dunia ciptaannya karena terus menyesali kepergian Jovan.

Hingga di waktu yang tidak terduga, ketika Peony tiba-tiba rindu menjelajahi dunia ciptaannya, dia pun membuka jalan untuk memasukinya. Dan di sana, Peony  hanya bisa terdiam dan ternganga. Dia tidak pernah menyangka bisa melihat lagi seseorang yang telah dinyatakan meninggal. Kenapa Jovan hadir di dunianya? Bukankah seharusnya orang yang meninggal itu pergi ke akhirat? Itulah berjuta pertanyaan Peony.

Dan pertanyaan Peony semakin betambah, ketika tiba-tiba Jovan berpesan agar tidak masuk ke dunia ciptaannya di atas jam lima sore. Konon kata Jovan, akan ada bahaya besar yang mengancam keselamatan Peony.  Benarkah apa yang dikatakan Jovan? Dan siapa sosok yang ingin mencelakai Peony?

Selain pertanyaan-pertanyaan itu masih banyak pertanyan yang menggelitik yang pastinya akan membuat penasaran. Karena dari pesan yang Jovan sampaikan, ternyata hal itu membawa Peony pada sebuah kisah kelam di masa lalu yang tidak terduga melalui buku tua yang tidak sengaja ditemukan.

Membaca novel ini, kita seperti diajak berkelana dari dunia nyata menuju dunia imaji lain yang mendebarkan. Karena di dunia Peony, akan ada banyak kejutan yang tidak pernah terduga.   Ada kesedihan, kegembiraan juga ketegangan yang membuat berbagai rasa saat membacanya.

Dengan gaya bahasa yang renyah dan gurih akan membuat kita betah membaca kisah ini hingga selesai. Selain itu novel ini memiliki keunggulan dalam permainan alur yang membuat kita akan terus dan terus penasaran sampai akhir.

Membaca novel ini saya belajar tentang bagaimana memaknai kehilangan. Bahwa hidup dan mati itu sudah ketentuan Tuhan. Kita harus ikhlas dan mulai menata diri, agar tidak terjebak terlalu lama dari kesedihan. Jadihal kuat dan tegar.


Ada juga pesan bagi siapa saja untuk tidak memelihara sikap iri. Karena pada akhirnya rasa iri dan dengki akan merusak diri sendiri. “Perbuatan adalah cermin isi hati. Perasaan iri dan mementingkan diri sendiri, memyebabkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”


No comments:

Post a Comment