Sumber Riawani Elyta
“Makanlah
dari yang bagus-bagus dan kerjakanlah yang baik-baik.” (QS. Al-Mu’minun : 51).
~*~
Membicarakan tentang halal dan haram makanan, saya langsung teringat dengan kisah ayah dari Imam Syafi’i—Idris bin
Abbas. Masih ingat, kan dengan kisah
tersebut? Mari coba kita gali kembali ingatan kita.
Diceritakan pada suatu masa Idris bin Abbas di tengah perjalannya, dia merasa haus dan lapar. Bertepatan dengan
rasa itu, Idris pun melihat aliran sungai. Dia pun segera meminumnya untuk
menghilangkan dahaga. Ketika dia minum, tiba-tiba pandangannya menangkap buah
delima yang mengalir ke arahnya. Tanpa ragu Idris pun mengambil delima
tersebut. Mungkin delima itu bisa dia gunakan untuk sekadar mengganjal perutnya
yang tengah lapar.
Namun setelah satu gigitan, Idris
langsung beristigfar. Astagfirullah hal Adzim? Apa yang telah aku lakukan?
Kenapa aku sampai memakain buah ini? Kenapa aku tidak berpikir kalau buah ini
memiliki pemilik yang sah? Berbagai kecamuk pertanyaan menggema di kepala
Idris.
Sebagaimana diketahui, Idris ini
dikenal sebagai seorang pemuda yang selalu menjaga makanannya. Dia tidak ingin
memakan makanan haram atau subhat yang tidak diketahui dari mana asalnya. Oleh
karena itu, dengan tekad kuat, Idris pun kemudian menyusuri sungai. Siapa tahu
dia bisa menemukan pohon delima di sekitar sana. Dan benar saja ketika melihat
ada sebuah rumah dengan perkebunan delima yang rimbun, Idris langsung menemui
pemilik buah delima. Dia menceritakan semua kejadian yang dia alami. Selain itu
Idris juga memohon agar buah yang sudah terlanjur dia telan itu dihalalkan. Dia
bahkan rela melakukan apa saja, asal sang pemilik delima mau menghalalkan.
~*~
Inspiratif sekali bukan? Bagaimana
perjuangan Idris bin Abbas dalam menjaga diri dari makanan halal. Oh ... iya selain Idris bin Abbas, ada juga
kisah dari tokoh lain yang tidak kalah
menginspirasi.
Siapa yang tidak mengenal
sahabat Abu Bakar as shiqid? Dia adalah
sahabat Rasul dan merupakan salah satu orang yang masuk agama Islam pertama
kali. Abu Bakar ini memang dikenal sangat menjaga diri dari makanan yang
syubhat dan haram. Namun pada suatu hari salah satu pembantunya memberikan
makanan kepada Abu Bakar. Dengan santai dan tanpa bertanya ini-itu Abu Bakar
memakannya. Padahal biasanya Abu Bakar selalu bertanya asal usul makanan yang
dihidangkan padanya.
Melihat hal itu, pembantu Abu Bakar
pun berkata, “Wahai Tuan mengapa engkau tidak bertanya terlebih dahulu tentang
makanan yang kuberikan padamu?”
Mendengar pertanyaan itu Abu Bakar
terdiam. Tadi dia memang sangat lapar, oleh karena itu dia langsung memakan
makanan itu. Dia pun meminta pembantunya
untuk bercerita. Dan betapa terkejutnya Abu Bakar ketika mengetahui asal usul
makanan yang baru dia makan. Cepat-cepat Abu Bakar memasukkan jari-jarinya untuk mengambil makanan agar bisa dimuntahkan.
~*~
Lepas dari kisah-kisah inspiratif,
masalah halal dan haram sebuah makanan memang perlu kita perhatikan dengan saksama.
Karena hal itu berkaitan erat dengan baik dan buruk perangai kita. Perlu kita
ketahui apa yang kita makan, selain berpengaruh pada kesehatan tubuh, juga
berpengaruh dengan akhlak dan kepribadian kita. Makanan juga memberi dampak
akan kesehatan, jiwa juga dalam masalah ibadah.
Jika kita sering memakan makanan
haram, lama kelamaan hati kita akan berkarat dan sulit dinaasihati. Sebaliknya
jika kita terbiasa memakan makanan halal, Allah akan melunakkan hati kita agar
mudah mendapat petunjuk.
Trus pengertian makanan halal itu
apa sih? Nah makanan halal itu berararti apa-apa yang telah dihalalkan oleh
Allah baik yang diterangkan melalui Al-Quran atau hadist.
Allah berfirman :
“Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.” (QS.
Al-Baqarah : 168).
Oh ... iya selain halal kita juga perlu perhatikan apakah makanan itu thayyib atau tidak. Eh ... thayyib itu
apa? Thayyib di sini berarti berarti makanan
itu suci, tidak najis juga tidak haram. Bisa juga dibilang thayyib itu enak, sehat, bergizi, tidak basi atau mengandung hal-hal yang
berbahaya. Hal ini sebagaimana yang
termaktub dalam firman Allah :
“Dan makanlah makanan yang halal
lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (QS. Al-Maidah : 88).
Contoh makanan halal dan baik adalah
sayur-mayur, buah-buahan, madu, nasi, dan banyak lagi.
Sedangkan makanan haram adalah makanan
yang dilarang Allah baik yang diterangkan dalam Al-Quran atau hadist. Yaitu makanan yang bisa merusak tubuh atau
akal. Seperti narkoba, daging anjing, khamar, babi dan banyak lagi.
Namun selain itu, penting kita
ketahui juga adalah proses dari memperoleh makanan halal itu sendiri. Karena
makanan yang halal jika dicari dengan cara yang haram, hal itu bisa membuat
kehalalan makanan itu luntur.
“Dan janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak halal).” (QS. Al-Baqarah : 188).
Nabi juga bersabda, “Mencari yang
halal itu, adalah fardu atas tiap-tiap muslim. Mencari ilmu, adalah fardu atas
tiap-tiap muslim.” (HR. Ibnu Mas’ud r.a).
Bisa kita simpulkan bahwa ilmu yang
dimaksud nabi adalah tentang pengetahuan perihal halal haram. Karena dengan memiliki ilmu kita akan
tersesat atau salah jalan. Berbeda jika kita tidak berilmu, kita akan mudah dibodohi
dan dibohongi.
Oleh karena itu betapa kita harus
memerhatikan makanan yang akan kita makan. Baik itu tentang kehalalan makanan
itu sendiri, juga asal muasal—dari pekerjaan apa makanan itu akhirnya
diperoleh. Seperti yang saya bilang sebelumnya, makanan halal bisa menjadi
haram jika dalam mencari rezeki kita
melakukannya dengan jalan yang haram.
Nabi Bersabda : “Barangsiapa
berusaha untuk keluarganya dari yang halal, maka ia seperti orang yang berjihad
fi sabilllah. Dan barangsiapa mencari dunia yang halal dalam menjaga diri dari
yang haram, niscaya adalah ia pada derajat
orang-orang syahid.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah).
Sumber Google
|
Biar lebih jelas, yuk kita mengenal
dampak memakan makanan yang halal dan haram.
Ø Manfaat Memakan Makanan Halal
1.
Orang
yang selalu memakan makanan yang halal akan mendapat nur (cahaya) dari Allah
Nabi bersabda :
“Barangsiapa memakan yang halal empat puluh hari, niscaya dianugerahi nur
dalam hatinya dan dialirkan mata air nikmat dari hatinya kepada lidahnya.” (Dari kitab Ihya Ulumuddin jilid 2).
Ini berarti
siapa saja yang selalu memakan makanan halal, Allah akan selalu menjaga hatinya
agar selalu bercahaya—yaitu mudah diingatkan dan selalu ingat kepada Allah.
2.
Akan
diterima doanya
“Baguskan
makanmu, niscaya diterima doamu.”
(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Hal ini
menunjukkan, kita diperintahkan Allah agar selalu menjaga makanan kita. Agar apa
yang masuk di dalam perut kita ini tidak dimasuki makanan yang syubhat atau
haram. Dengan begitu ketika kita berdoa,
doa kita akan diterima.
3.
Memberi
kesehatan jiwa
Jangan
meremehkan makanan halal. Karena dari makanan yang halal baik dan berkah
itulah, hati menjadi sehat. Sehat di
sini berarti selalu ingat kepada Allah dan tidak mudah terlena.
Ø Akibat Memakan Makanan Haram
1.
Merusak
kesehatan hati
Dalam sebuah
hadis dipaparkan, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam diri ini terdapat segumpal
dagingm jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh. Ketauilah bahwa dia adalah hati.” (HR. Mutaffaq ‘Alaih).
Hal ini
menjelaskan bahwa perkara makan halal atau haram memiliki kaitan erat dengan
kesehatan hati. Jika terlalu sering memakan makanan yang haram, hati menjadi
keras. Berbeda jika selalu memakan makanan yang halal, hati kita muda mendapat
cahaya ilahi.
2.
Doa tidak
dikabulkan
Nabi bersabda “Banyaklah
orang yang centang-perenang, berdebu, yang lari ke sana- ke mari dalam perjalanan jauh, makanannya haram, pakaiannya haram dan selalu memakaan yang haram, yang
mengangkat kedua tangannyaa. Lalu berdoa, Wahai Tuhanku! Wahai Tuhanku Maka
bagaimanakah diterima doaanya itu jika demikian?” (HR. Musliam dari Abu
Hurairah).
Padahal orang-orang
yang akan dikabulkan doanya adalah mereka yang selalu memperbanyak zikir dan
menjauhi segala hal yang diharamkan.
3.
Merusak
amal salih.
Ibnu Abbas
berkata, “Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang di dalam lambungnya
terdapat makanan haram.”
Wah ...
mengerikan bukan? Bagaimana kalau shalat kita tidak diterima? Padahal shalat
adalah amal pertama yang dihisab pada hari akhir, dan shalat adalah tiang
agama. Oleh karena itu mari kita perlu hati-hati dalam memilih makanan.
4.
Merasa
hina dan rendah diri
Nabi bersabda :
“Dan dosa adalah sesuatu yang membuat goncang hatimu dan engkau tidak suka
orang-orang mengetahuinya.” (HR. Muslim).
Tanpa kita
sadari ketika kita melakukan hal-hal yang kurang baik, maka hati kita akan
merasa malu. Begitu pula saat kita makan dengan cara tidak halal atau makan
makanan yang haram. maka dengan sendirinya hati kita menjadi tidak tenang,
merasa hina dan rendah diri.
5.
Menyebabkan
keturunan rusak.
Disadari atau
tidak, jika seseorang yang sering memakan makanan yang haram, dampaknya
ternyata tidak hanya pada dirinya sendiri. Dampak jangka lama adalah ketika
mereka sudah berkeluarga dan kemudian memiliki keturunan. Di mana seseorang
yang terlahir dari ayah atau ibu yang suka makan makanan haram akan membuat
anak-anak mereka lebih cenderung menjadi anak yang susah diatur—rusak agama
juga akhlak yang dimiliki.
6.
Merusak
tali silaturrahim
Nabi bersabda :
“Barangsiapa memperoleh harta dari perbuatan yang dosa, lalu dipergunakan uang
itu untuk menyambung silatururrahim atau bersedekah dengan uang itu atau
membelanjakannya pada jalan Allah, nisacaya dikumpulkan oleh Allah semuanya,
kemudian dilemparkannya ke neraka.”
Mengerikan bukan?
Ternyata dampak memakan makanan halal itu sangat besar. Padahal hukum memutus
silaturrahim juga sangat menakutkan.
7.
Menimbulkan
banyak penyakit pada tubuh
Nabi bersabda :
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mangharamkan jual beli, khamar, bangkai
babi dan berhala.” (HR. Muslim).
Perlu kita
ketahui adanya larangan memakan makanan yang telah dipaparkan dalam hadis
tersebut itu sejatinya sangat bermanfaat bagi manusia. Saya pernah membaca dalam buku beberapa
penyakit banyak terjadi karena terlalu sering mengkonsumi minuman keras. Seperti gagal jantung, hipertensi, pembesaran
kelenjar prostat. Akibat terlalu sering
meminum khamar juga membuat darah
menjadi kental.
Dan bagi yang
suka makan babi, ternyata dalam tubuh babi ini terdapat banyak bibit penyakit
yang bisa menyerang tubuh kita. Dalam sebuah
penelitian menunjukkan kalau babi adalah salah satu gudang bakteri
terbesar. Di mana dalam babi ada cacing
pita yang jika menempel pada usus,
cacing pita itu akan ikut mengalir
bersama darah. Dan jika sampai ke
otak, bisa menyebabkan ayan atau lepsi, gangguan saraf, hingga kematian. Selain
itu babi juga menyebabkan penyakit toxo plasmosis—yang menyebabkan keguguran,
kanker, jatung, encok, hingga penyakit
kulit dan alergi yang disebabkan babi.
Jadi, betapa pentingnya untuk memahami
dan mematuhi masalah halal dan haram makanan, juga makanan yang tyyaib.
Dengan memahami dan mematuhi tentang batasan halal dan haram serta makanan yang
baik, kita bisa memilah-milah makanan yang bisa kita makan.
Sebagai seorang muslim kita memang
tidak boleh meremehkan masalah makanan. Saya pernah dengar—entah dari
mana—kalau orang yang suka memakan makanan haram, maka dalam perut mereka nanti
akan terbakar. Ich ... ngeri ya! Yuk,
mulai memperbaiki diri. Salah satunya dengan membaca buku terbaru Mbak Riawani Elyta dan Risa Mutia "Waspada Jejak Haram yang Mengintai" terbitan Qibla, Bhuana Ilmu Populer.
Srobyong, 5 Oktober 2017
Sumber Riawani Elyta |
Referensi :
Erlita Pratiwi dan dr. Yekti
Mumpuni, Tetap Sehat saat Lansia, Rapha
Publihisng, Jogjakarta: 2017.
Indah
Hanaco, 35
Fakta Sains yang Diajarkan Nabi Muhammad saw, Gramedia, Jakarta : 2017.
Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Jilid
2, Cv. Faizan
Mahira Taqiyah, Pengaruh Halal
dan Haram, http://a10mahira.blogspot.co.id/2016/08/pengaruh-makanan-halal-dan-haram-bagi.html
diakses 4/10/17
Voa Islam, 5 Dampak Buruk Makanan
Haram , http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/09/03/26633/5-dampak-buruk-makanan-haram/#sthash.ytIw3f9F.dpbs.
diaksses 5/10/17
Al-Quran
No comments:
Post a Comment