Thursday 5 October 2017

[Artikel] Makanan Halal Sehatkan Jiwa

Sumber Riawani Elyta


“Makanlah dari yang bagus-bagus dan kerjakanlah yang baik-baik.” (QS. Al-Mu’minun : 51).

~*~

Membicarakan tentang halal dan haram makanan, saya langsung teringat dengan kisah ayah dari Imam Syafi’i—Idris bin Abbas.   Masih ingat, kan dengan kisah tersebut? Mari coba kita gali kembali ingatan kita. 

Diceritakan pada suatu masa Idris bin Abbas di tengah perjalannya, dia merasa haus dan lapar. Bertepatan dengan rasa itu, Idris pun melihat aliran sungai. Dia pun segera meminumnya untuk menghilangkan dahaga. Ketika dia minum, tiba-tiba pandangannya menangkap buah delima yang mengalir ke arahnya. Tanpa ragu Idris pun mengambil delima tersebut. Mungkin delima itu bisa dia gunakan untuk sekadar mengganjal perutnya yang tengah lapar.

Namun setelah satu gigitan, Idris langsung beristigfar. Astagfirullah hal Adzim? Apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku sampai memakain buah ini? Kenapa aku tidak berpikir kalau buah ini memiliki pemilik yang sah? Berbagai kecamuk pertanyaan menggema di kepala Idris.

Sebagaimana diketahui, Idris ini dikenal sebagai seorang pemuda yang selalu menjaga makanannya. Dia tidak ingin memakan makanan haram atau subhat yang tidak diketahui dari mana asalnya. Oleh karena itu, dengan tekad kuat, Idris pun kemudian menyusuri sungai. Siapa tahu dia bisa menemukan pohon delima di sekitar sana. Dan benar saja ketika melihat ada sebuah rumah dengan perkebunan delima yang rimbun, Idris langsung menemui pemilik buah delima. Dia menceritakan semua kejadian yang dia alami. Selain itu Idris juga memohon agar buah yang sudah terlanjur dia telan itu dihalalkan. Dia bahkan rela melakukan apa saja, asal sang pemilik delima mau menghalalkan.

~*~

Inspiratif sekali bukan? Bagaimana perjuangan Idris bin Abbas dalam menjaga diri dari makanan halal.  Oh ... iya selain Idris bin Abbas, ada juga kisah dari tokoh  lain yang tidak kalah menginspirasi.  

Siapa yang tidak mengenal sahabat  Abu Bakar as shiqid? Dia adalah sahabat Rasul dan merupakan salah satu orang yang masuk agama Islam pertama kali. Abu Bakar ini memang dikenal sangat menjaga diri dari makanan yang syubhat dan haram. Namun pada suatu hari salah satu pembantunya memberikan makanan kepada Abu Bakar. Dengan santai dan tanpa bertanya ini-itu Abu Bakar memakannya. Padahal biasanya Abu Bakar selalu bertanya asal usul makanan yang dihidangkan padanya.

Melihat hal itu, pembantu Abu Bakar pun berkata, “Wahai Tuan mengapa engkau tidak bertanya terlebih dahulu tentang makanan yang kuberikan padamu?”

Mendengar pertanyaan itu Abu Bakar terdiam. Tadi dia memang sangat lapar, oleh karena itu dia langsung memakan makanan itu.  Dia pun meminta pembantunya untuk bercerita. Dan betapa terkejutnya Abu Bakar ketika mengetahui asal usul makanan yang baru dia makan. Cepat-cepat Abu Bakar  memasukkan jari-jarinya untuk mengambil  makanan agar bisa dimuntahkan.

~*~

Lepas dari kisah-kisah inspiratif, masalah halal dan haram sebuah makanan memang perlu kita perhatikan dengan saksama. Karena hal itu berkaitan erat dengan baik dan buruk perangai kita. Perlu kita ketahui apa yang kita makan, selain berpengaruh pada kesehatan tubuh, juga berpengaruh dengan akhlak dan kepribadian kita. Makanan juga memberi dampak akan kesehatan, jiwa juga dalam masalah ibadah.   Jika kita sering memakan makanan haram, lama kelamaan hati kita akan berkarat dan sulit dinaasihati. Sebaliknya jika kita terbiasa memakan makanan halal, Allah akan melunakkan hati kita agar mudah mendapat petunjuk. 

Trus pengertian makanan halal itu apa sih? Nah makanan halal itu berararti apa-apa yang telah dihalalkan oleh Allah baik yang diterangkan melalui Al-Quran atau hadist.

Allah berfirman :

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 168).

Oh ... iya selain halal  kita juga perlu  perhatikan apakah  makanan itu  thayyib atau tidak. Eh ... thayyib itu apa?  Thayyib di sini berarti berarti makanan itu suci, tidak najis juga tidak haram. Bisa juga dibilang thayyib itu  enak, sehat, bergizi,  tidak basi atau mengandung hal-hal yang berbahaya.  Hal ini sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah :

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”  (QS. Al-Maidah : 88).

Contoh makanan halal dan baik adalah sayur-mayur, buah-buahan, madu, nasi, dan banyak lagi.

Sedangkan makanan haram adalah makanan yang dilarang Allah baik yang diterangkan dalam Al-Quran atau hadist.  Yaitu makanan yang bisa merusak tubuh atau akal. Seperti narkoba, daging anjing, khamar, babi dan banyak lagi.

Namun selain itu, penting kita ketahui juga adalah proses dari memperoleh makanan halal itu sendiri. Karena makanan yang halal jika dicari dengan cara yang haram, hal itu bisa membuat kehalalan makanan itu luntur. 

“Dan janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak halal).” (QS. Al-Baqarah : 188).

Nabi juga bersabda, “Mencari yang halal itu, adalah fardu atas tiap-tiap muslim. Mencari ilmu, adalah fardu atas tiap-tiap muslim.” (HR. Ibnu Mas’ud r.a).

Bisa kita simpulkan bahwa ilmu yang dimaksud nabi adalah tentang pengetahuan perihal halal haram.  Karena dengan memiliki ilmu kita akan tersesat atau salah jalan. Berbeda jika kita tidak berilmu, kita akan mudah dibodohi dan dibohongi.

Oleh karena itu betapa kita harus memerhatikan makanan yang akan kita makan. Baik itu tentang kehalalan makanan itu sendiri, juga asal muasal—dari pekerjaan apa makanan itu akhirnya diperoleh. Seperti yang saya bilang sebelumnya, makanan halal bisa menjadi haram jika dalam mencari rezeki  kita melakukannya dengan jalan yang haram.

Nabi Bersabda : “Barangsiapa berusaha untuk keluarganya dari yang halal, maka ia seperti orang yang berjihad fi sabilllah. Dan barangsiapa mencari dunia yang halal dalam menjaga diri dari yang haram, niscaya  adalah ia pada derajat orang-orang syahid.” (HR. Thabrani dari Abu Hurairah).

Sumber Google 


Biar lebih jelas, yuk kita mengenal dampak memakan makanan yang halal dan haram.

Ø  Manfaat Memakan Makanan Halal

1.      Orang yang selalu memakan makanan yang halal akan mendapat nur (cahaya) dari Allah

Nabi bersabda : “Barangsiapa memakan yang halal empat puluh hari, niscaya dianugerahi nur dalam hatinya dan dialirkan mata air nikmat dari hatinya kepada lidahnya.”  (Dari kitab Ihya Ulumuddin jilid 2).     
   
Ini berarti siapa saja yang selalu memakan makanan halal, Allah akan selalu menjaga hatinya agar selalu bercahaya—yaitu mudah diingatkan dan selalu ingat kepada Allah.

2.      Akan diterima doanya

“Baguskan makanmu, niscaya diterima doamu.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).

Hal ini menunjukkan, kita diperintahkan Allah agar selalu menjaga makanan kita. Agar apa yang masuk di dalam perut kita ini tidak dimasuki makanan yang syubhat atau haram.  Dengan begitu ketika kita berdoa, doa kita akan diterima.

3.      Memberi kesehatan jiwa

Jangan meremehkan makanan halal. Karena dari makanan yang halal baik dan berkah itulah, hati menjadi  sehat. Sehat di sini berarti selalu ingat kepada Allah dan tidak mudah terlena.

Ø  Akibat Memakan Makanan Haram

1.      Merusak kesehatan hati

Dalam sebuah hadis dipaparkan, “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam diri ini terdapat segumpal dagingm jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketauilah bahwa dia adalah hati.” (HR. Mutaffaq ‘Alaih).

Hal ini menjelaskan bahwa perkara makan halal atau haram memiliki kaitan erat dengan kesehatan hati. Jika terlalu sering memakan makanan yang haram, hati menjadi keras. Berbeda jika selalu memakan makanan yang halal, hati kita muda mendapat cahaya ilahi.

2.      Doa tidak dikabulkan

Nabi bersabda “Banyaklah orang yang centang-perenang, berdebu, yang lari ke sana- ke mari dalam perjalanan jauh, makanannya haram, pakaiannya haram dan selalu memakaan yang haram, yang mengangkat kedua tangannyaa. Lalu berdoa, Wahai Tuhanku! Wahai Tuhanku Maka bagaimanakah diterima doaanya itu jika demikian?” (HR. Musliam dari Abu Hurairah).

Padahal orang-orang yang akan dikabulkan doanya adalah mereka yang selalu memperbanyak zikir dan menjauhi segala hal yang diharamkan.

3.      Merusak amal salih.

Ibnu Abbas berkata, “Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang di dalam lambungnya terdapat makanan haram.”

Wah ... mengerikan bukan? Bagaimana kalau shalat kita tidak diterima? Padahal shalat adalah amal pertama yang dihisab pada hari akhir, dan shalat adalah tiang agama. Oleh karena itu mari kita perlu hati-hati dalam memilih makanan.

4.      Merasa hina dan rendah diri

Nabi bersabda : “Dan dosa adalah sesuatu yang membuat goncang hatimu dan engkau tidak suka orang-orang  mengetahuinya.”  (HR. Muslim).

Tanpa kita sadari ketika kita melakukan hal-hal yang kurang baik, maka hati kita akan merasa malu. Begitu pula saat kita makan dengan cara tidak halal atau makan makanan yang haram. maka dengan sendirinya hati kita menjadi tidak tenang, merasa hina dan rendah diri.

5.      Menyebabkan keturunan rusak.

Disadari atau tidak, jika seseorang yang sering memakan makanan yang haram, dampaknya ternyata tidak hanya pada dirinya sendiri. Dampak jangka lama adalah ketika mereka sudah berkeluarga dan kemudian memiliki keturunan. Di mana seseorang yang terlahir dari ayah atau ibu yang suka makan makanan haram akan membuat anak-anak mereka lebih cenderung menjadi anak yang susah diatur—rusak agama juga akhlak yang dimiliki.

6.      Merusak tali silaturrahim

Nabi bersabda : “Barangsiapa memperoleh harta dari perbuatan yang dosa, lalu dipergunakan uang itu untuk menyambung silatururrahim atau bersedekah dengan uang itu atau membelanjakannya pada jalan Allah, nisacaya dikumpulkan oleh Allah semuanya, kemudian dilemparkannya ke neraka.”

Mengerikan bukan? Ternyata dampak memakan makanan halal itu sangat besar. Padahal hukum memutus silaturrahim juga sangat menakutkan.

7.      Menimbulkan banyak penyakit pada tubuh

Nabi bersabda : “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mangharamkan jual beli, khamar, bangkai babi dan berhala.” (HR. Muslim).

Perlu kita ketahui adanya larangan memakan makanan yang telah dipaparkan dalam hadis tersebut itu sejatinya sangat bermanfaat bagi manusia.  Saya pernah membaca dalam buku beberapa penyakit banyak terjadi karena terlalu sering mengkonsumi minuman keras.  Seperti gagal jantung, hipertensi, pembesaran kelenjar prostat.  Akibat terlalu sering meminum khamar juga membuat darah  menjadi kental.

Dan bagi yang suka makan babi, ternyata dalam tubuh babi ini terdapat banyak bibit penyakit yang bisa menyerang tubuh kita.  Dalam sebuah penelitian menunjukkan kalau babi adalah salah satu gudang bakteri terbesar.  Di mana dalam babi ada cacing pita yang jika menempel pada usus,  cacing pita itu akan ikut  mengalir  bersama darah.  Dan jika sampai ke otak, bisa menyebabkan ayan atau lepsi, gangguan saraf, hingga kematian. Selain itu babi juga menyebabkan penyakit toxo plasmosis—yang menyebabkan keguguran, kanker, jatung, encok,  hingga penyakit kulit dan alergi yang disebabkan babi.

Jadi, betapa pentingnya untuk  memahami  dan mematuhi masalah halal dan haram makanan, juga makanan yang tyyaib. Dengan memahami dan mematuhi tentang batasan halal dan haram serta makanan yang baik, kita bisa memilah-milah makanan yang bisa kita makan.  

Sebagai seorang muslim kita memang tidak boleh meremehkan masalah makanan. Saya pernah dengar—entah dari mana—kalau orang yang suka memakan makanan haram, maka dalam perut mereka nanti akan terbakar.  Ich ... ngeri ya! Yuk, mulai memperbaiki diri. Salah satunya dengan membaca buku terbaru Mbak Riawani Elyta dan Risa Mutia "Waspada Jejak Haram yang Mengintai" terbitan Qibla, Bhuana Ilmu Populer. 

Srobyong, 5 Oktober 2017 

Sumber Riawani Elyta


Referensi :

Erlita Pratiwi dan dr. Yekti Mumpuni, Tetap Sehat saat Lansia, Rapha Publihisng, Jogjakarta: 2017.

Indah Hanaco, 35 Fakta Sains yang Diajarkan Nabi Muhammad saw, Gramedia, Jakarta : 2017.

Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Jilid 2, Cv. Faizan

Mahira Taqiyah, Pengaruh Halal dan Haram, http://a10mahira.blogspot.co.id/2016/08/pengaruh-makanan-halal-dan-haram-bagi.html diakses 4/10/17



Al-Quran 

No comments:

Post a Comment