Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Senin 23 Oktober 2017
Judul : Maut Lebih Kejam daripada Cinta
Penulis : Orhan Pamuk, dkk
Penyusun
: Anton Kurnia
Penerbit : Basabasi
Cetakan : Pertama, Agustus 2017
Tebal : 280 halaman
ISBN : 978-602-6651-04-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Karya sastra sendiri merupakan
sebuah ciptaan yang dibuat dengan tujuan estetika. Di mana biasanya karya-karya
yang diciptakan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat dengan tema beragam dan satun waktu yang
bergama pula. Dan Hadiah Nobel Sastra
adalah salah satu puncak tertinggi seorang sastrawan melalui karyanya di pentas
sastra dunia. Di mana penghargaan itu secara tidak langsung akan menunjukkan
tentang kepiawaian penulis juga akan mengangkat nama penulis itu sendiri.
Dalam hal ini, para peraih nobel
sastra adalah penulis-penulis luar yang memang sudah tidak diragukan lagi
kemampuan mereka dalam mengolak sebuah cerita. Seperti Orhan Pamuk, Camilo Jose Cela, Albert Camus, Toni Morrison dan banyak lagi. Hanya saja tidak semua penulis sastra masih
hidup dan terus mengenalkan karya-karyanya.
Oleh karena itu, buku ini hadir
untuk mengenalkan karya-karya sastra
menarik dari peraih nobel sastra. Buku ini sendiri terdiri dari 25 kisah yang
menarik dan menggelitik. Di mana tema
yang diangkat pun sangat luas. Dari cinta kasih keluarga hingga kritik sosial
budaya.
Misalnya saja sebuah cerpen berjudul
“Hantu Kekasih” karya Rudyard Kippling—penulis yang mendapat Nobel Sastra di
tahun 1970. Dalam kisah ini penulis menyinggung tema cinta yang menarik dan
menggemaskan. Ada Pansay yang kerap bergonta-ganti pasangan. Dia bahkan
tidak segan-segan memutuskan pasangannya jika sudah bosa berhubungan. Namun
suatu hari akhirnya dia memutuskan bertunangan dengan Kitty. Keputusannya itu
tentu saja membuang salah satu mantan pacar Pansay marah, mengingat Nyonya
Wessington masih sangat mencintai Pansay dan tidak mau diputus. Berkali-kali
dia mengiba untuk berbaikan. Namun berkali-kali pula Pansay menolak. Lalu di suatu hari yang tidak terduga
tiba-tiba, entah kenapa Pansay menjadi laki-laki aneh hanya karena melihat
angkong berwana kuning dan Nyonya Wessington (hal 15).
Selain itu ada pula “Tukang Sepatu”
karya John Glasworthy—pemenang nobel sastra tahun 1932. Cerpen ini penulis mengisahkan tentang tokoh
yang selalu memegang teguh ideoliginya ketika berbisnis. Dia tidak mau berbuat
curang dan selalu membuat sepatu dengan kualitas terbaik dan penuh
kehati-hatian (hal 61).
Selain itu tentu saja masih ada cerpen-cerpen yang tidak kalah menarik dan
menggelitik. Seperti Maut Lebih Kejam daripada Cinta karya Gabriel Garcia
Marquez, Gelang Emas karya Naguib Mahfouz, Idiot karya Camilo Jose Cela dan
banyak lagi. Sebuah kumpulan cerpen yang menarik. Di sini kita bisa belajar
untuk selalau jujur, mau bersedekah serta tidak sombong dan egos. Selain itu
kita bisa menambah pengetahuan tentang sejarah penghargaan nobel sastra.
Srobyong, 5 Oktober 2017
jadi pengen baca bukunya langsung
ReplyDeleteMonggo diburu bukunya, Mas.
DeleteWahh aku suka sih baca buku2 terutama buku tentang sastra..
ReplyDeleteKeren.
Baca buku ini juga Mbak. :)
DeleteAamiin, terima kasih. Insya Allah akan mampir ke postingan tersebut.
ReplyDelete