Friday 30 November 2018

[Resensi] Ujian dalam Menemukan Cinta Sejati

Dimuat di Radar Sampit, Minggu 11 November 2018


Judul               : Love for Sale
Penulis             : Endik Koeswoyo
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, Maret 2018
Tebal               : 266 halaman
ISBN               : 978-602-385-454-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara


 “Bahagia itu bukan sekadar murah dan mewah, tapi bagaimana satu sama lain saling mengusir resah.”  (hal 254).


Masa lalu memang tidak mudah untuk dilupakan. Apalagi jika dalam urusan cinta. Namun begitu, kita tidak mungkin  selamanya hidup dalam lingkaran masa lalu.  Kita perlu move on untuk  melanjutkan hidup.  Hidup itu terus berjalan. Masa lalu boleh kita ingat dan tengok. Karena masa lalu bisa kita jadikan pembelajaran. Namun jangan sampai karena masa lalu, kita menyakiti diri sendiri.

Novel ini bercerita tentang Richard yang belum bisa move on dari kisah di masa lalunya—tepatnya dari cinta pertamanya.  Meski dia telah disakiti, nyatanya Richard masih memendam cinta kepada Maya, mantan kekasinya.  Hal itulah yang membuat Richard yang sudah hampir memasuki kepala empat tetap memilih menjadi jomlo. 

Dia tidak peduli dengan omongan orang dan merasa nyaman dengan segala aktivitasnya. Dari mengelola akun @konsultasicinta di twitter serta mengawasi kinerja pekerja di kantor percetakannya. Selain itu dia juga sesekali mengahabiskan nobar bersama teman-temannya sesama pecinta sepak bola.  Akan tetapi lambat laun, Richard mengalami kegelisahan juga. Apalagi setelah dia mendengar sindiran-sindiran halus dari teman-temannya soal ke-jomlo-annya.  Sebagai penasihat cinta kenapa Richard  tidak pernah terlihat membawa pasangannya?  (hal 46)

 Di sinilah ego Richard mulai panas. Puncaknya ketika Richard melakukan taruhan dengan teman-temannya. Dia tidak mau dianggap sebagai seseorang yang hanya pandai berbicara tanpa adanya bukti. Namun di sinilah kebingungan Richard kembali menyergap. Bagaimana dia bisa membawa pacar kalau pada kenyataannya dia tidak memiliki pacar?

Richard pun mulai mencari kontak-kontak nama wanita kenelakannya. Namun ternyata hampir semua yang dia hubungi sudah menikah bahkan punya momongan. Lalu terakhir dia bertemu temannya, Keke yang terang-terangan ingin segera dinikahi.Tentu saja Richard memilih pergi karena Keke hanya memilihnya bukan karena cinta. Namun karena dikejar usia.

Dalam kebingungannya itu, tanda sengaja Richard melihat sesuatu yang menarik.  Dia pun memutuskan membuka situs LoveInc yang ternyata menyediakan persewaan pasangan. Pilihan inilah yang akhirnya mempertemukan Richard dan Arini. Tapi siapa sangka pertemuan yang bermula dari transaksi jual jasa ini berakhir dengan kedekatan yang tidak terencana.  Richard pun merasa bingung  bagaimana harus menyikapi perasaannya. Apakah dia perlu jujur dengan Arini atau menyimpan perasaannya.  Di sisi lain Richard pun takut bagaimana jika Arini malah memilih pergi setelah tahu perasaan Richard?

“Kisah cinta bukan sejarah, tapi sebuah kepingan kisah nyata yang terjadi antara manusia. Kali ini kamu punya kesempatan untuk melupakan masa lalu kamu itu, kenapa kamu tidak mengambil kesempatan yang ada.” ( hal 201).

Novel yang merupakan adaptasi dari film dengan judul yang sama “Love for Sale” ini cukup menarik untuk dibaca. Dengan gaya bahasa sederhana dan kocak, novel ini cukup menghibur. kita akan dibuat tersenyum dan gregetan dengan sikap Richard yang maju mundur dalam urusan cinta. Keunikan lain dari novel ini adalah penulis tidak mencipatakan karakter tokoh utama cowok yang sempurna, dengan segala ketampanan, kepintaran dan kemapanan. Sebaliknya di sini penulis menghadirkan sosok yang  pria sudah dewasa yang belum juga menemukan cinta, dengan beberapa kekurangan baik masalah sifik atau sikap.

Namun inilah yang lebih terasa manusiawi. Hanya saja dalam novel ini masih ada beberapa kesalahan tulis dalam menyebut nama, serta bagian yang belum diekseskusi secara maksimal. Membaca kisah ini selain kita dihibur dengan ceritanya yang seru, kita juga bisa membaca gombalan-gombana cinta yang lucu dan menarik. Tidak ketinggalan penulis juga menyisisipinya pesan-pesan hidup yang bisa dijadikan renungan.

Misalnya soal tepat waktu, “Bahwa manusia berada dalam keadaan ‘merugi’ karena mereka lalai pada waktu. Pelajaran pertama dari shalat lima waktu adalah tepat waktu.” (hal 90).

Ada pula tentang pentingnya sedekah, “Sedekah itu tonggak perjuangan hidup. Sedekah enggak usah pilih-pilih, siapa saja yang ada di dekat kita, itulah orang yang tepat untuk kita sedekahi.” (hal 94).

Srobyong, 15 Juli 2018

No comments:

Post a Comment