Dimuat di Lampung Post, Minggu 14 Oktober 2018
Ratnani Latifah
Liburan
sekolah, Rani diajak ibunya berkunjung ke rumah sepupunya, Intan. Rumah Intan
terletak di kota Jepara, Jawa Tengah. Intan menyambut kedatangan Rani dengan
gembira. Intan bahkan mengajak Rani menikmati liburan bersama.
“Bener
nih, aku diajak jalan-jalan?” tanya Rani.
“Tentu
saja! Kamu tidak boleh melewatkan tempat wisata ini, kalau sudah ke Jepara.” Jelas Intan.
“Iyakah?
Aku jadi penasaran.” Rani terlihat
sangat bersemangat.
~*~
Keesokan
harinya, Intan dan Rani sudah siap untuk berangkat. Rani menurut saja dengan
rencana Intan. Mereka berangkat dengan diantar Nina, kakak Intan. Selama
perjalannya mereka saling bercerita dengan riang. Tapi sesampainya di tempat
tujuan Rani yang asalnya sangat bersemangat tiba-tiba terlihat sedikit kecewa.
Dia menatap tempat yang ada di depannya. “Museum Kartini?” lirih Rani.
“Kenapa,
Ran? Kamu tidak suka?” tanya Intan yang menyadari perubahan wajah Rani.
Rani
mengangguk. “Maaf ..., aku tidak terlalu suka berlibur ke museum, In. Aku
sering dengar, kalau mengunjungi museum itu sangat membosankan. Nggak ada yang
menarik.
“Tidak
bisakah kita ke tempat wisata lain? Mungkin ke Pantai Kartini atau Benteng
Portugis? Atau ke tempat wisata lain di Jepara?” Pinta Rani penuh harap.
Intan
sering menceritakan wisata-wisara menarik di Jepara pada Rani. Kalau pergi ke
salah satu wisata itu, pasti dia tidak akan menolak. Tapi harapannya hilang
ketika Intan dan Nila menggelengkan kepala. Mereka sudah terlanjur di sini dan
membeli tiket masuk.
“Yuk,
coba dulu saja, Ran. Liburan di museum tidak sejelek yang kamu pikirkan, kok.”
Bujuk Intan.
“Aku
yakin kamu akan berubah pikiran setelah kunjungan ini. Kamu pasti akan
ketagihan buat mengunjungi museum lain di Indonesia. Kamu tahu, kan banyak
banget museum di negeri ini? Aku saja penasaran ingin mengunjungi semua.” Intan
menambahi dengan penuh semangat.
“Iya,
Ran. Presiden Sukarno pernah berkata, ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang
tidak melupakan sejarahnya’. Nah, salah
satu cara mengenal sejarah Indonesia itu dengan mengunjungi museum.” Nina ikut
membujuk.
Akhirnya
Rani mengikuti langkah kedua sepupunya. Dia tidak punya pilihan. Menunggu di
luar di takut, apalagi harus pulang sendiri. Kalau memaksa pulang, dia juga
tidak enak dengan kedua sepupunya.
“Kita ke ruang satu dulu, ya. Kamu harus
melihat foto-foto Raden Ajeng Kartini semasa hidup, Ran.” Celoteh Intan.
“Lihat itu Ran!” tunjuk Intan. Dia menunjukkan
buku-buku koleksi Ibu Kartini.
“Kalau yang ini
ada canting, alat yang digunakan
Ibu Kartini untuk membatik.”
“Memangnya Ibu
Kartini bisa membantik?” Rani yang tadi hanya diam mengikuti Intan, akhirnya
bersuara.
“Iya dong. Ibu
Kartini sudah mulai membatik sejak usia 12 tahun, lho. Kemudian Ibu Kartini
juga mengenalkan budaya batik sampai ke luar negeri. Hebat kan?”
Rani mengangguk
dengan antusias. “Wah aku baru tahu, In.”
Ucap Rani penuh kekaguman.
“Aku jadi malu
sama kamu. Pengetahuan sejarahku sangat jelek.”
“Makanya kita harus
lebih sering mengunjungi museum, Ran. Di museum banyak sejarah-sejarah yang
bisa kita ambil pelajaran.” Intan
tersenyum.
“Misalnya
Museum Negeri Lampung Ruwai Jurai. Di sana kita bisa mengenal lebih jauh
tentang adat budaya lampung dan sejarah Indonesia. Karena di sana ada koleksi
benda-benda di zaman pra sejarah, zaman Hindu-Budha, masuknya Islam ke
Indonesia, zaman penjajahan dan banyak lagi.
“Trus ada pula
Museum Diponegoro di Yogyakarta. Di sana ada banyak peninggalan Pangeran
Diponegoro. Kemudian ada pula Museum Batik Danar Hadi, Solo, yang akan
mengenalkan kepada kita tentang sejarah batik. Selain itu tentu saja masih
banyak lagi.” Intan mengakhiri penjelasannya.
“Wah ... kamu
paham banget, In.” Rani sangat takjub.
“Habis aku
penasaran banget, Ran. Jadi aku meminta ibu untuk membelikan buku-buku yang ada
pembahasannya tentang museum di Indonedia. Kadang aku searching di
internet untuk menambah pengetahuan.”
“Eh ...
jangan-jangan kamu mulai tertarik juga, ya soal museum dan sejarah?” Intan
meledek Rani. Dia sengaja menyenggol lengan Rani.
“Iya, nih.”
Rani tersenyum agak malu. “Ternyata, liburan ke museum tidak membosankan
seperti yang aku pikirkan.” Ucapnya jujur.
“Apa aku
bilang? Kalau begitu kamu siap mengunjungi setiap ruang di museum Kartini,
kan?”
Rani mengangguk
mantap. Dengan sabar, Intan pun mengajak Rani agar melihat hal-hal menarik
lainnya di Museum Kartini. Seperti benda-benda peninggalan Ibu Kartini semasa
hidup, benda-benda bersejarah yang
ditemukan di Jepara, kerajinan tangan Jepara dan banyak lagi.
“Terima kasih,
ya, In. Liburan kali ini benar-benar seru. Lain kali kita harus mengunjungi berbagai
museum di Indonesia bersama-sama.” Ucap
Rani yang langsung disetujui Intan.
Srobyong, 4
Februari 2018
No comments:
Post a Comment