Thursday, 29 November 2018

[Resensi] Mengasuh Anak Tanpa Kekerasan


Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 11 November 2018


Judul               : Happy Parenting Without Spanking or Yelling
Penulis             : Novita Tandry
Penerbit           : Bhuana Ilmu Populer
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : 236 halaman
ISBN               : 978-602-394-632-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Sadar atau tidak, sebagai orang tua, kita kadang merasa berkuasa dengan mengendalikan anak. Apa yang dilakukan anak harus sesuai dengan keinginan kita. Dan ketika anak melakukan kesalahan, kita tidak segan untuk berteriak marah atau lebih fatal menggunakan kekerasan. Padahal pola asuh tersebut merupakan cara yang salah.

Membesarkan anak merupakan tantangan dan tanggung jawab yang sangat besar. Dalam masa perkembangan anak, mungkin akan ditemukan ketidakpatuhan, kemarahan, bahkan  pada suatu waktu terjadi pemaksaan keinginan. Buku ini ditulis untuk membantu kita menyelesaikan masalah tersebut dengan pendekatan paling efektif dan tanpa melakukan kekerasan (xix).

Di antaranya kita bisa memulainya dengan memahami disiplin. Sangat disayangkan, saat ini kata disipilin sering dikonotasikan  sebagai sesuatu yang negatif dan otoriter. Padahal jika kita menelaah lebih lanjut, disiplin memiliki arti mengajar, yang tentunya bersifat positif dan konsturktif. Sebagai orangtua kita harus berani mengatakan “ya” atau “tidak” kepada anak. Dengan begitu anak akan mengatahui batasan-batasan perilaku yang boleh dilakukan atau tidak. Namun dengan catatan dalam menerapkan kedisiplinan orangtua harus melakukannya dengan kasih sayang dan harus  memahami sikap masing-masing anak. Mengingat setiap anak itu unik dan beda.

Orangtua juga harus paham, anak-anak tidak dilahirkan dengan kemampuan pengendalian diri dan kemampuan ini tidak akan berkembang kecuali kita memberikan disiplin yang tegas dan penuh kasih sayang sejak dini (hal 22).

Kemudian kita juga harus memahami tentang tantrums dan kemarahan.  Mungkin banyak dari kita merasa senang jika anak kita jarang marah, jarang rewel dan tidak pernah memperlihatkan tantrum atau ledakan emosi.  Padahal fase ini sangat normal terjadi pada anak. Dan bahkan fase ini memiliki banyak manfaat bagi anak itu sendiri. Oleh sebab itu, kita harus waspada jika anak tidak menunjukkan ledakan emosi dan kemarahan. Di sisi lain kita juga harus mengetahui tentang berbagai faktor dan penyebab kemarahan  anak.  Di mana dengan mengetahui pemahaman tentang faktor kemarahan anak, hal itu akan   sangat membantu  orangtua  dalam memberikan penanganan yang tepat bagi anak.

Selanjutkan kita juga harus siap untuk menangani perilaku buruk anak. Sebagaimana kita ketahui setiap anak itu memiliki pribadi yang berbeda-beda. Anak memiliki cara unik dalam berperilaku atau membuat masalah. Untuk itulah dibutuhkan disiplin yang berbeda untuk menanginya. Di antaranya kita harus memahami dulu kepribadian anak. Misalnya dalam menghadapi anak yang sensitif. Kita tidak perlu meninggikan suara. Jika kita terlalu ketat, maka anak akan menjadi sangat marah.  Sedangkan bagi anak yang tidak sensitif, maka  diperlukan displin yang tegas dan jelas. Karena kekurangjelasan dan tidak adanya keputusan dari orangtua justri dianggap  bahwa ia bebas perperilaku (hal 72).

Selain beberapa hal yang sudah dijelaskan di atas, tentu saja masih banyak tips dan trik menarik tentang bagaimana cara mengasuh anak tanpa kekerasan.  Buku ini sangat pas dibaca bagi semua lapisan masyarakat. Dengan paparan bahasa yang lugas dan tidak bertele-tele, buku ini akan sangat membantu kita dalam upaya mengenal cara asuk yang baik.

Melalui buku ini secara keseluruhan, kita sebagai orangtua diingatkan untuk menjadi pribadi yang  sabar dan tak gegabah. Di sini tidak hanya anak yang diharuskan belajar namun orangtua juga wajib belajar, agar bisa memahami kebutuhan anak. orangtua juga wajib memahami dengan baik setiap karakter anak, karena itu akan sangat membantu dalam memilih metode cara asuh yang pas.  Beberapa kekurangan yang ada dalam buku, tidak menutupi nilai-nilai kemanfaatan yang disampaikan penulis.

Srobyong, 21 September 2018

2 comments:

  1. Aku sudah mempraktekkannya sejak punya anak, tidak pernah marah atau teriak atau menghardik anak

    ReplyDelete