Dimuat di Analisa Medan , Rabu 7 November 2018
Judul :
Sang Penggesek Biola
Penulis :
Yudhi Herwibowo
Penerbit :
Imania
Cetakan :
Pertama, Juni 2018
Tebal :
vi + 402 halaman
ISBN :
978-602-7926-41-7
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
W.R. Supratman merupakan salah satu pahlawan
nasional. Dia dikenal sebagai pencipta
lagu Indonesia Raya, yang merupakan lagu kebangsaan Indonesia. Hanya saja, jasa kepahlawanan W.R Supratman
ini tidak terlalu dikenal masyarakat. Dia hanya dikenal sebagai pencipta lagu
saja. Padahal ada proses panjang dan berliku
dalam penciptaan lagu Indonesia Raya.
Bahkan dia harus mengorbankan kebebasannya, serta harus siap berhadapan
dengan agen-agen PID (Dinas Intelejensi Kepolisian Hindia Belanda).
Buku ini dengan tampilan berupa novel biografi W.R
Supratman, akan mengupas lebih detail tentang perjalan hidup serta seluk beluk
dan proses yang harus dilalui Supratman dalam menciptakan lagu Indonesia Raya.
W.R Supratman lahir di Puworejo. Akan tetapi dia tumbuh besar di Makasar. Karena sejak ibunya meninggal dunia, dia
dirawat oleh Rukiyem, kakaknya. Di sanalah dia belajar bahasa Belanda dan
musik.
Namun ketika menginjak usia dewasa, Supratman
memutuskan untuk pindah ke Jawa. Semua bermula dari pertemuannya dengan Mr.
Schulten dan berbagai surat kabar seperti, Kaum Muda, Sin Po, Perniagaan
dan lain sebagainya, yang telah menjadi bacaan sehari-hari Supratman. Dari sana dia mengetahui tentang keadaan pergerakan di tanah Hindia –Belada, terutama
di pulau Jawa. Dia juga mulai mengenal nama-nama tokoh-tokoh pergerakan
seperti, Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis dan Dr. Cipto
Mangunkusomo (hal 25-26). Sejak saat
itu, hati nuraninya merasa terusik dan terpanggil untuk ikut serta dalam
perjuangan Indonesia.
Di Jawa—tepatnya di Bandung, Supratman memulai karirnya sebagai wartawan
di surat kabar Kaum Muda. Lalu pindah ke Batavia dan ikut bekerja di
Biro Pers Alpena. Dan terakhir dia memutuskan untuk bekerja di surat kabar Sin
Po. Supratman sangat menikmati pekerjaanya. Karena profesi itu membuatnya
bisa memberitakan dan menyebarkan
berita-berita tentang gerakan-gerakan pemuda ke seluruh penjuru negeri (hal
140).
Namun berlalunya waktu, Supratman ingin bisa
menyumbang sesuatu yang lebih. Sebagai warga Indonesia, dia juga ingin ikut
berjuang meski bukan dalam ranah politik.
Saat itulah dia tiba-tiba memiliki ide untuk membuat sebuah lagu yang
sesuai dengan suasana pergerakan. Dia berharap lagu itu bisa menghibur dan
memotivasi semangat pergerakan. Dan di antara lagu yang diciptakan Supratman
adalah “Indonesia Raya”.
Lagu itu pertama kali dikumandangan pada bulan Oktober 1928, saat berlangsungnya
Kongres Pemuda II. Sambutan untuk lagu
ini sangat luar biasa. Bahkan sejak saat itu, lagu “Indonesia Raya” selalu
dikumandangkan apabila ada kongres-kongres politik. Di mana saat
mengumandangkan lagi itu, para peserta harus berdiri tegak dan bersikap hormat. Sedang lirik lagu Indonesia raya pertama kali
disebarkan oleh surat kabar Sin Po, pada edisi Sabtu, 10 November 1928
(hal 285).
Sejak lagu “Indonesia Raya” dikenal oleh
masyarakat, sejak saat itu pula
kehidupan Supratman berubah. Dia selalu merasa diikuti dan diintai oleh
agen-agen PID Keadaan itu sungguh membuat Supratman tidak nyaman dan harus
bersembunyi. Akan tetapi ternyata Agen
PID itu berhasil menemukan Supratman dan memukulinya hingga babak belur. Tidak
hanya itu, Supratman juga harus mencicipi masuk dalam bui, karena menciptakan
lagu Indonesia Raya serta karena buku karyanya yang dianggap sebagai makar.
Akan tetapi meski harus menghadapi berbagai
tantangan dan kekejaman Belanda, Supratman tetap teguh dan tidak goyah. Meski sempat diancam dan difitnah telah
melakukan plagiasi, bahkan jatuh sakit, dia tetap menciptakan berbagai lagu,
yang dirasanya bisa memotivasi pemuda
Indonesia untuk terus melakukan pergerakan, guna merebut kemedekaan.
Melalui seni, Supratman mengekspresikan rasa cinta tanah airnya dan
menunjukkan sikap nasionalisme yang tinggi. Dia mengobarkan semangat juang para
pemudah Indonesia, lewat lirik lagu yang dia ciptakan. Sebaimana yang dikatakan Ir. Sukarno, “Kau
berjuang dengan biolamu, dengan lagu yang kaugubah, yang alunan nadanya merasuk
ke telinga semua orang dan menggelorakan
sanubari.” (hal 282).
Sayangnya, dia tidak sempat mencecap kemerdekaan,
karena dia meninggal pada tanggal 17
Agustus 1038, karena sakit. Buku ini sangat patut dibaca oleh masyarakat luas,
sebagai tambahan wawasan.
Srobyong, 29 September 2018
Kak izin pake ya buat tugas bahasa
ReplyDeleteKalau untuk tugas lebih baik dikerjakan sendiri. Jangan asal copas, nanti jadi kebiasaan.
Delete