Thursday, 29 November 2018

[Resensi] Spirit Penyandang Disabilitas Meraih Kesuksesan

Dimuat di Koran Jakarta, Kamis 1 November 2018


Judul               : Change Your Destiny
Penulis             : Rully Roesli
Penerbit           : Qanita
Cetakan           : Pertama, Agustus 2018
Tebal               : 200 halaman
ISBN               : 978-602-402-124-5
Peresensi         : Ratnani Latifah, Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Terlahir sebagai seorang  disabilitas, hal itu tidak menghalangi Rully Roesli untuk berjuang meraih cita-citanya menjadi dokter.  Dengan ketekunan, semangat juang tinggi dan tidak mudah putus asa, dia akhirnya berhasil menjadi dokter ginjal terkemuka di Indonesia. Bahkan dia berhasil mendirikan RS khusus Ginjal Ny. R.A Habibie.

Buku ini memberikan energi positif kepada siapa saja yang membacanya. Menginspirasi dan sangat memotivasi. Memaparkan tentang semangat merubah takdir yang kita miliki dengan  mengenal  dan meningkatkan potensi diri sendiri. “Kadang kehidupan dapat   menumbangkan kita. Kitalah yang memutuskan untuk tetap jatuh atau kembali bangkit.” (hal 61).

Pada usia lima tahun, Rully tiba-tiba terserang penyakit polio, yang menyebabkan kelumpuhan permanen pada kaki kirinya. Keadaan itu tentu saja mengubah jalan hidup Rully. Akan tetapi dia berani melawan takdir tersebut. Alih-alih merasa terpuruk, Rully memilih bangkit dan mengembangkan potensi yang dia miliki.  Dia menyakini bahwa seseorang yang telah dilahirkan dengan kondisi yang “kurang beruntung”, sebenarnya diberi kesempatan untuk mengubah nasibnya (hal 35).

Dia juga menyadari bahwa setiap manusia  itu memiliki kedudukan sama. Baik penyandang disabilitas atau tidak, masing-masing memiliki hak untuk berprestasi dan  meraih kesuksesan.  Kunci untuk meraih kesuksesan itu adalah  mau berusaha  dengan gigih, berdoa dengan sungguh-sungguh dan tawakal kepada Allah.

Selain Rully, dipaparkan juga tentang pengalaman-pengalaman menarik dari para penyandang disabilitas lain, yang telah berani untuk merubah takdir mereka. Keterbatasan yang dimiliki, tidak menghalangi mereka untuk berprestasi dan mengejar mimpi hingga meraih kesuksesan.

Adalah Jessica Cox. Dia terlahir tanpa lengan. Keadaan itu sempat membuat dia marah sedih, karena kekurangan fisiknya itu telah membuat dia kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas. Akan tetapi pada usia empat tahun. Jessica berhasil mengatasi kekurangannya dan mulai percaya diri.  Lalu pada usia 10 tahun dia ikut pelatihan taekwondo di sekolahnya, dan berhasil meraih sabuk hitamnya pada usia 14 tahun.

Prestasi lain yang diperolahnya adalah berhasil menyabet gelar juara pertandingan Arizona State Champion dalam peserta umum, bukan khusus penyandang difabel. Tidak hanya menggeluti taekwondo, dia juga aktif dalam olahraga renang, selam dan selancar. Yang lebih menakjubkan adalah dia berhasil mengantongi lisensi pilot. Dia memperoleh pernghargaan “Guinness World Record : The Only Pilot to Fly with Their Feet—satu-satunya pilot yang terbang menggunakan kakinya—dan US Inspiration Awards for Woman 2012”. Dia telah menjadi pembicara motivasi dan berbagi pengalaman hidupnya di 20 negara yang berbeda. Tahun 2015 dia telah menerbitkan buku autobiografi dengan judul Disarm Your Limits (Lucuti Keterbatasan Anda). (hal 116-117).

Dari negeri sendiri, ada Untung, yang merupakan seorang guru yang lahir di Madura.  Sebagaimana Jessica Cox, dia juga terlahir tanpa tangan. Namun keadaan itu tidak membuatnya sedih berkepanjangan. Menurutnya masih banyak hal yang patut disyukuri. Tidak ada tangan, masih ada kaki.  Meski dia kerap diganggu dan harus berjuang lebih keras saat menempuh pendidikan di sekolah umum, Untung tetap menjalani dengan  kuat dan tegar.

Dan meski menjadi penyandang cacat permanen, hal itu tidak menghalanginya untuk menjadi seorang guru. Karena baginya guru adalah panggilan jiwanya.  Dia memiliki etos kerja yang sangat baik, sehingga  meskipun  statusnya sebagai guru honorer, oleh teman-temannya dia diangkat sebagai Wakil Kepala Sekolah. Selain menjadi guru, untuk menafkahi keluarganya dia juga beternak ayam di kampung (hal 118).

Selain dua tersebut masih ada kisah-kisah lain penyandang disabilitas yang telah berhasil meraih kesuksesan. Seperti  Helen Keller, Albert Einstein, Ludwig Van Beethoven, Louis Braille, Stephen William Hawking dan banyak lagi.  Merekalah orang-orang yang telah menjadikan kecatatan tubuhnya sebagai epinafi atau titik balik kehidupan.  Sebuah titik balik yang mengarahkan mereka pada jalan yang lebih baik.  

Melalui buku ini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa dalam menghadapi berbagai masalah, kita harus percaya dengan kemampuan diri sendiri, gigih dalam berjuang dan tidak mudah putus ada dengan keadaan yang menimpa kita.  Keunggulan lain dari buku ini adalah penulis menggabungkan dasar ilmiah dengan kajian agama yang selaras dan mudah dicerna.

Srobyong, 19 Oktober 2018

No comments:

Post a Comment