Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 14 Oktober 2018
Judul : Sebentang Kearifan dari Barat
Penulis : Oki Setiana Dewi
Penerbit : Mizania
Cetakan : Pertama, April 2018
Tebal : xxvi + 256 halaman
ISBN : 978-602-418-173-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Jika ada teman kalian melakukan kejelakan atau
keburukan, maka jangan benci orangnya, tapi bencilah perbuatannya. Sama halnya
jika ada orang Islam atau agama apa pun itu melakukan kesalahan, maka jangan
salahkan Islamnya atau agamanya. Karena pada dasarnya semua agama mengajarkan
untuk berbuat baik, untuk menciptakan kedamaian, untuk menebarkan cinta kasih
kepada sesamanya.” (hal 44).
Islam adalah agama yang mencintai kedamaian. Namun
karena adanya oknum tertentu, Islam dianggap sebagai agama yang penuh dengan
kekerasan. Terorisme selalu dikaitkan dengan Islam. Padahal tidak semua tindak
kejahatan itu ulah orang Islam.
Kesalahpahaman inilah yang kemudian membuat banyak orang mengalami
Islamphobia. Khususnya di beberapa negara minoritas Islam.
Berkesempatan mengunjungi beberapa negara di benua
Eropa—Australia, Jerman dan Spanyol, Oki memanfaatkan kesempatan itu untuk
mengenal lebih dalam tentang Islam di negara Barat. Melalui dialog lintas
negara inilah, Oki berharap bisa memperkuat ukhuwah, dan hubungan
persahabatan antara Islam dan dunia
Barat. Buku ini memaparkan bagaimana
perjalanan Oki yang tidak hanya berupa traveling, namun juga perjalanan
spiritual untuk mengenal Islam lebih
dekat.
Dari perjalannya itu dia bisa melihat potret Islam
di negara minoritas. Bagaimana mereka mempertahkankan Iman dan Islam, serta tanggapan pemerintah atau
warga terhadap pemeluk Islam. Misalnya saja ketika dia mengunjungi Australia.
Di sana dia memahami bahwa sikap toleransi sangat dijunjung tinggi oleh warga
Australia. Mereka saling menghormati kepercayaan masing-masing, tanpa bersikap
rasis atau menghakimi. Bahkan ketika isu
terorisme yang terus memojokkan Islam, kaum non-muslim di Australia tidak serta
mempercayaianya. Mereka tetap mengormati pemeluk Islam di sana. Karena apa yang
dinilai dari seseorang itu bukan
agamanya, namun perilakunya.
“Australia ini adalah negara sekuler. Agama
dipisah-pisahkan dari kehidupan. Tapi, bukan berarti nilai-nilai kebaikan
diabaikan. Pembelajaran mengenai akhlak diajarkan di setiap sekolah.”
(hal 45).
Di Australia Oki juga diberi kesempatan melakukan
dialog lintas agama yang sangat membantunya dalam memahami pola pikir
masyarakat Australia yang belum bertauhid. Dengan gampalng Oki mencoba
menjelaskan tentang keagamaan.
Banyaknya suku, bangsa, aliran, kepercayaan dan
agama menimbulkan banyaknya konsepsi akan ketuhanan dari masing-masing
komunitas. Untuk melakukan pendekatan pengetahuan mengenai Tuhan yang hakiki,
kita perlu mengenal karakteristik dari Tuhan yang bisa diakuis secara objektif,
sebagai kebenaran universal. Hal ini kemudian diistilahkan dengan agama yang di
dalamnya ada aturan yang mengajarkan manusia bagaimana aturan beribadah,
berinteraksi satu sama lain dan lain sebagainya. Benar bahwa untuk memiliki
akhlak yang baik tidak hanya diajarkan dalam agama, tapi apakah kehampaan,
kekosongan, dan kealpaan jiwa manusia itu dapat disejukkan agama? Agama yang
diyakini oleh masing-masing penganutnya dapat memberikan kebahagiaan,
ketenangan, dan kedamaian dalam hidup. (hal 47).
Begitu pula ketika berada di Jerman, yang ternyata
begitu terbuka kepada imigran baik yang seorang muslim atau non-muslim. Oki
mengalami banyak kejadian yang menginspirasi, yang membuatnya memahami,
kearifan Islam bisa datang dari mana pun atau di belahan bumi di mana
saja. Dan sebagai seorang muslim atau
muslimah, sangat baik jika kita melakukan perjalanan ke berbagai belahan bumi
untuk mencari ilmu. Dengan catatan kita harus memiliki iman yang kokoh, agar
tidak mudah terjerat oleh arus global.
Profesor
Abdullah Saeed pernah berkata, “Pastikan kokoh dulu akidahnya, kembalikan
segala sesuatu kepada Al-Quran dan hadis, sehingga berbagai macam llmu yang
masuk, serta lingkungan yang ada di sekitar, membantumu semakin saleh, bukan
justru menjerumuskanmu.” (hal 123).
Selain hal itu, kisah-kisah menarik perjalanan dari
Australia, Jerman hingga Spanyol juga membuka peluang belajar sejarah Islam
lebih berdasarkan catatan sejarah di masa lalu. Buku yang sangat menarik dan
patut dikaji. Melalui buku ini kita juga diingatkan tentang pentingnya menuntut
ilmu.
Srobyong, 5 Juni 2018
No comments:
Post a Comment