Tuesday, 20 November 2018

[Resensi] Islam dan Kearifan dari Barat

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 14 Oktober 2018


Judul               : Sebentang Kearifan dari Barat
Penulis             : Oki Setiana Dewi
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : xxvi + 256 halaman
ISBN               : 978-602-418-173-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Jika ada teman kalian melakukan kejelakan atau keburukan, maka jangan benci orangnya, tapi bencilah perbuatannya. Sama halnya jika ada orang Islam atau agama apa pun itu melakukan kesalahan, maka jangan salahkan Islamnya atau agamanya. Karena pada dasarnya semua agama mengajarkan untuk berbuat baik, untuk menciptakan kedamaian, untuk menebarkan cinta kasih kepada sesamanya.” (hal 44).

Islam adalah agama yang mencintai kedamaian. Namun karena adanya oknum tertentu, Islam dianggap sebagai agama yang penuh dengan kekerasan. Terorisme selalu dikaitkan dengan Islam. Padahal tidak semua tindak kejahatan itu ulah orang Islam.  Kesalahpahaman inilah yang kemudian membuat banyak orang mengalami Islamphobia. Khususnya di beberapa negara minoritas Islam.

Berkesempatan mengunjungi beberapa negara di benua Eropa—Australia, Jerman dan Spanyol, Oki memanfaatkan kesempatan itu untuk mengenal lebih dalam tentang Islam di negara Barat. Melalui dialog lintas negara inilah, Oki berharap bisa memperkuat ukhuwah, dan hubungan persahabatan  antara Islam dan dunia Barat.  Buku ini memaparkan bagaimana perjalanan Oki yang tidak hanya berupa traveling, namun juga perjalanan spiritual untuk  mengenal Islam lebih dekat.

Dari perjalannya itu dia bisa melihat potret Islam di negara minoritas. Bagaimana mereka mempertahkankan Iman  dan Islam, serta tanggapan pemerintah atau warga terhadap pemeluk Islam. Misalnya saja ketika dia mengunjungi Australia. Di sana dia memahami bahwa sikap toleransi sangat dijunjung tinggi oleh warga Australia. Mereka saling menghormati kepercayaan masing-masing, tanpa bersikap rasis atau menghakimi.  Bahkan ketika isu terorisme yang terus memojokkan Islam, kaum non-muslim di Australia tidak serta mempercayaianya. Mereka tetap mengormati pemeluk Islam di sana. Karena apa yang dinilai dari seseorang itu bukan  agamanya, namun perilakunya.

“Australia ini adalah negara sekuler. Agama dipisah-pisahkan dari kehidupan. Tapi, bukan berarti nilai-nilai kebaikan diabaikan. Pembelajaran mengenai akhlak diajarkan di setiap sekolah.” (hal 45).

Di Australia Oki juga diberi kesempatan melakukan dialog lintas agama yang sangat membantunya dalam memahami pola pikir masyarakat Australia yang belum bertauhid. Dengan gampalng Oki mencoba menjelaskan tentang keagamaan.

Banyaknya suku, bangsa, aliran, kepercayaan dan agama menimbulkan banyaknya konsepsi akan ketuhanan dari masing-masing komunitas. Untuk melakukan pendekatan pengetahuan mengenai Tuhan yang hakiki, kita perlu mengenal karakteristik dari Tuhan yang bisa diakuis secara objektif, sebagai kebenaran universal. Hal ini kemudian diistilahkan dengan agama yang di dalamnya ada aturan yang mengajarkan manusia bagaimana aturan beribadah, berinteraksi satu sama lain dan lain sebagainya. Benar bahwa untuk memiliki akhlak yang baik tidak hanya diajarkan dalam agama, tapi apakah kehampaan, kekosongan, dan kealpaan jiwa manusia itu dapat disejukkan agama? Agama yang diyakini oleh masing-masing penganutnya dapat memberikan kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian dalam hidup. (hal 47).

Begitu pula ketika berada di Jerman, yang ternyata begitu terbuka kepada imigran baik yang seorang muslim atau non-muslim. Oki mengalami banyak kejadian yang menginspirasi, yang membuatnya memahami, kearifan Islam bisa datang dari mana pun atau di belahan bumi di mana saja.  Dan sebagai seorang muslim atau muslimah, sangat baik jika kita melakukan perjalanan ke berbagai belahan bumi untuk mencari ilmu. Dengan catatan kita harus memiliki iman yang kokoh, agar tidak mudah terjerat oleh arus global.

 Profesor Abdullah Saeed pernah berkata, “Pastikan kokoh dulu akidahnya, kembalikan segala sesuatu kepada Al-Quran dan hadis, sehingga berbagai macam llmu yang masuk, serta lingkungan yang ada di sekitar, membantumu semakin saleh, bukan justru menjerumuskanmu.” (hal 123).

Selain hal itu, kisah-kisah menarik perjalanan dari Australia, Jerman hingga Spanyol juga membuka peluang belajar sejarah Islam lebih berdasarkan catatan sejarah di masa lalu. Buku yang sangat menarik dan patut dikaji. Melalui buku ini kita juga diingatkan tentang pentingnya menuntut ilmu.

Srobyong, 5 Juni 2018 

No comments:

Post a Comment