Judul : No Place Like Home
Penulis : Alma Aridatha
Penerbit : Ikon
Cetakan : Pertama, April 2017
Tebal : 289 halaman
ISBN : 978-602-74653-7-4
~*~
Ganda tahu, kehidupan yang disebut sempurna tak sepenuhnya ada. Dia
baru tahu siapa ayah kandungnya di usia sepuluh tahun. Sosok itu datang,
mencoba mendekat, membuat ayah tiri yang juga disayanginya sedari kecil menjauh
tanpa alasan yang pasti.
Ada banyak anak lain yang harus tumbuh tanpa orangtua di luar sana,
tapi Ganda memiliki dua pasang orang tua sekaligus. Di saat anak-anak lain bisa
berdamai sekaligus menikmati ‘keberuntungan’ yang ada dalam hidup mereka, Ganda
justru merasa kosong di antara semua yang seharusnya pantas disebut
‘keberuntungan.’
Keinginan Ganda sederhana. Dia mencoba mengisi hal-hal yang hampa
itu dengan mencari tempat berteduh—yang memang tersedia untuknya. Yang kelak
bisa dia sebut rumah. Meskipun, dia sendiri tidak sepenuhnya yakin.
~*~
Meminta maaf
itu gampang. Memberi maaf itu sedikit lebih sulit, tapi masih bisa dilakukan.
Namun, melupakan semua kejadian itu yang mustahil (hal 115).
Memiliki
keluarga sempurna dan harmonis adalah harapan setiap orang. Namun ketika takdir
berkata lain, bisakah kita protes atau menuntut kepada Tuhan? Novel ini
mengisahkan kisah keluarga yang menarik dan memikat.
Karena sebuah
alasan yang pribadi, Ganda akhirnya memilih tinggal bersama ayahnya—Gio yang baru dia kenal ketika berusia sepuluh
tahun. Keputusan ini tentu saja membuat
ibunya—Tara kaget. Kenapa Ganda yang awalnya enggan mengenal ayahnya, tiba-tiba
tertarik untuk tinggal bersama?
“Kenapa kamu
tiba-tiba mau tinggal sama Papa Gio?”
“Cuma mau lebih
dekat.” (hal 8).
Meski tidak yakin dengan jawaban Ganda, Tara lebih
memilih mengalah dan tidak memaksa. Dan meski sebenarnya tidak rela, pada
akhirnya Tara memberikan izin pada Ganda untuk tinggal di Jakarta. Di mana itu
adalah pilihan yang cukup berat bagi seorang ibu untuk melepas anak yang sudah
empat belas tahun dia rawat dengan penuh perjuangan.
Pada titik
inilah kehidupan baru menanti Ganda. Dia sangat tahu konsekuensi apa yang akan
dia dapat ketika meninggalkan ibunya. Namun di sisi lain, Ganda juga ingin
merasakan tinggal bersama ayah kandungnya. Juga mencari suasana baru—menemukan
rumah yang sesungguhnya—rumah yang memberi ketenangan juga sumber kebahagiaan.
Hanya saja
ketika di rumah ayahnya, Ganda kembali
harus menelan kekecewaan. Ternyata Gio sama saja dengan ibunya. Selalu
mengedepankan segala fasilitas yang berlebih kepadanya, tanpa mengetahui apa
yang sejatinya sangat ingin Ganda dapatkan.
Ganda tidak
menginginkan sepeda gunung mahal atau motor sport terbaru atau rekening yang
penuh dengan nominal angka. Dia hanyaa ingin lebih diperhatikan. Apakah
keinginannya terlalu berlebihan? (hal 15).
Dan kesedihan
Ganda semakin memuncak ketika mendengar ucapan orangtua Mama Jess—istri Gio
(hal 113). Ganda terluka. Dia tidak tahu kenapa kesalahan masa lalu orangtuanya
harus dilemparkan padanya. Kenapa semua orang membenci dirinya? Apakah dia
dilahirkan untuk dibenci?
Di sisi lain
Ganda cukup menikmati masa putih abu-abunya karena seseorang. Perkenalannya dengan Nadya—teman satu
kelasnya yang super cerewet namun cukup manis itu, membuat kehidupannya di
sekolah sedikit berwarna. Ganda yang menutup diri dan tidak banyak bicara,
namun pada akhirnya bersahabat dengan Nadya—karena sebuah insiden yang lucu.
Namun siapa
sangka ketentraman yang baru secuil didapatkan, berubah seketika karena dia
harus berhadapan dengan trouble maker di sekolah—Tommy. Di mana Ganda
ditemukan hampir tewas, karena dipukuli Tommy dan genk-nya.
Membaca novel
ini kita seperti dihadapkan pada potret kehidupan yang kerap terjadi di
kehidupan nyata. Bagaimana nasib anak yang lahir karena sebuah kecelakaan. Iya
kalau ayah dan ibunya kemudian menikah. Namun bagaimana jika baik ayah dan
ibunya kemudian sudah memiliki keluarga masing-masing? Inilah yang dirasakan
Ganda. Ketika dia harus menerima, bahwa dia memiliki dua ayah juga dua ibu.
Ini adalah kali
pertama membaca karya Alma Aridatha. Dan saya sangat menikmati setiap lembar
kisah yang dipaparkan. Memikat dan menarik. Saya suka gaya bahasanya yang lugas
dan tetap renyah. membaca novel ini ada sisi romance, lucu dan
mengharukan. Bahkan jujur ketika membaca novel ini sampai berkaca-kaca, ketika
membayangkan menjadi sosok Ganda.
Penulis sangat
piawai dalam mengemas kisahnya, hingga membuat saya larut ketika
membacanya. Apalagi dalam permainan alur
maju mundur yang membuat saya ikut bertanya-tanya ... ada masalah apa antara
Ganda dan Dimas hingga membuat dua orang yang saling peduli akhirnya bentrok
dan saling melukai? Tidak ketinggalan
adalah bagaimana menggambarkan tentang persahabatan Ganda dan Nadya yang lucu
dan menggemaskan. Keunggulan lain dari novel ini adalah layout yang manis dan
menambah semangat buat membaca.
Hanya saja
dalam novel ini masih ditemukan beberapa kesalahan ketik dan tulisan kurang
jelas karena layout yang saling tumpang tindih. Lepas dari kekurangannya novel
ini recomended buat dibaca.
Dari novel ini
kita bisa belajar untuk menjadi pribadi yang selalu menjaga diri agar tidak
sampai lepas kontrol dalam menjalin hubungan. Kita juga bisa belajar bagaimana
cara yang baik dalam memperlakukan dan mendidik
anak. Bahwa materi bukanlah cara terbaik untuk memberi perhatian anak,
tapi perhatian dan bimbingan itulah yang diinginkan anak.
Tidak
ketinggalan kita juga diingatkan untuk selalu jujur dan tidak memelihara
dendam. “Dendam-dendam terus nggak akan kelar. Kayak lingkaran setan nanti.”
(hal 275).
~*~
Giveaway Time
Alhamdulillah saya diberi kesempatan sebagai pembuka dari rangkaian
Blog Tour “No Place Like Home” Kak Alma Aridatha. Kali ini Kak Alma dan
Penerbit Icon akan membagikan satu novel No Place Like Home + tumbler bagi satu
pemenang yang beruntung. Untuk syaratkan gampang banget.
1.
Memiliki
alamat pengiriman di Indonesia.
2.
Follow
media sosial kami :
-
Follow
blog ini
-
Twitter
: @Ratnani_El_Kazuhana, @kinky_geek dan
@penerbit_ikon
3.
Share
info Giveaway ini di salah satu media sosial yang kalian miliki :
-
Jika
lewat twitter, mention @Ratnani_El_Kazuhana, @kinky_geek dan @penerbit_ikon dengan hastag #NoPlaceLikeHome.
-
Jika
lewat Instagram, repost/regran postingan info Giveaway yang saya posting dengan mention @kazuhana_el_ratna @almaridatha dan @penerbitikon dengan hastag
#NoPlaceLikeHome.
4.
Jawab
pertanyaan berikut ini :
Kita tahu rumah adalah surga buat kita sendiri (dalam artian karena
di sana tempat kita tumbuh kembang dan menyimpan banyak memori—baik suka atau
duka) Dan seberapa jauh kita pergi, pastinya kita akan selalu merindukan suasan
rumah kita.
Nah, apa yang selalu membuat
kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu?
Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya. J
Jangan lupa tulis nama asli, akun
Twitter/ IG, domisili, link share dan jawaban kamu.
5.
Giveaway
berlangsung sejak hari ini 17-21 Mei 2017.
6.
Pengumuman
insya Allah dilakukan 3 hari setelah giveaway selesai.
Semoga beruntung.
Penampakan hadiah bagi yang beruntung :) |
~~~~~~Winner~~~~~~
Saatnya menentukan siapa
yang beruntung mendapatkan novel "No Place Like Home" karya Kak Alma
Aridatha.
Sebelumnya terima kasih
atas keikutsertaannya dalam giveway kali ini. Dan saya memilih :
Cahyati Rizky H
Silahkan DM saya di akun Twitter ; Nama, Alamat lengkap dan Nomor Hp untuk pengiriman hadiah.
Dan bagi yang belum beruntung tetap semangat.
Masih ada kesempatan buat ikutan giveway di blog Kak Rizky Mirgawanti dan Kak Asri
Rahayu MS
Nama: Melani I.S.
ReplyDeleteDomisili: Situbondo, Jatim
Twitter: @aii_vitri
IG: m3lv3.13
Link share: https://mobile.twitter.com/aii_vitri/status/864702559226781696
jawaban:
● keluarga saya bukan keluarga sempurna yang harmonis, tapi bagaimana pun mereka adalah rumah. Yang paling saya rindukan adalah omelan dan teguran Ibu, kedisiplinan beliau, dan masakannya. Ibu saya pensiunan guru SDN yang disiplin. Ibu nggak pintar menunjukkan perhatian lewat kelemahlembutan karena memang didikan kehidupan keluarganya sendiri keras (yatim sejak kecil dengan banyak saudara). Tapi semua omelan Ibu pasti untuk kebaikan anak-anaknya dan lewat itu saya pun belajar tegar. Ibu juga tipikal yang suka memasak untuk keluarga ketimbang beli lauk pauk jadi di warung, sesibuk dan secapek apa pun. Karena itulah saya pun jadi nggak hobi jajan, hanya jika terpaksa dan sangat ingin.
Nama: Rukhaniyah
ReplyDeleteDomisili: Depok
Twitter: @nia_hnie
Ig: @nia_hnie
Link share:https://www.instagram.com/p/BULQrPeFUS-/
Jawaban:
Saya rindu alam sekitar rumah yang persis di belakang pantai. Kebersamaan di sore hari bareng keluarga, duduk2 di bawah pohon kelapa sambil makan mangga dari kebun sendiri. Wuuaaah...jadi pengen pulang ;(
Selain itu saya juga rindu ngumpul lengkap bareng keluarga. Secara keluarga saya mencar di berbagai daerah, jarang sekali ngumpul. Meski begitu, kami selalu kontak2an, apalagi jaman gadget begini, meski jauh dari keluarga tetap dekat di gadget :D
Tentunya gak ada yang bisa menggantikan pertemuan fisik dari setiap anggota keluarga dengan apa pun, apalago gadget. Pertemuan akan lebih merekatkan ikatan keluarga, menumbuhkan rasa sayang dan mengundang inspirasi ^^
Nama: Rukhaniyah
ReplyDeleteDomisili: Depok
Twitter: @nia_hnie
Ig: @nia_hnie
Link share:https://www.instagram.com/p/BULQrPeFUS-/
Jawaban:
Saya rindu alam sekitar rumah yang persis di belakang pantai. Kebersamaan di sore hari bareng keluarga, duduk2 di bawah pohon kelapa sambil makan mangga dari kebun sendiri. Wuuaaah...jadi pengen pulang ;(
Selain itu saya juga rindu ngumpul lengkap bareng keluarga. Secara keluarga saya mencar di berbagai daerah, jarang sekali ngumpul. Meski begitu, kami selalu kontak2an, apalagi jaman gadget begini, meski jauh dari keluarga tetap dekat di gadget :D
Tentunya gak ada yang bisa menggantikan pertemuan fisik dari setiap anggota keluarga dengan apa pun, apalago gadget. Pertemuan akan lebih merekatkan ikatan keluarga, menumbuhkan rasa sayang dan mengundang inspirasi ^^
Nama : Hamdatun Nupus
ReplyDeleteDomisili : Depok, Jawabarat
Akun Twitter : @HamdatunNupus
Link Share : https://twitter.com/HamdatunNupus/status/864668618729979906
Hal yang paling membuatku paling merindukan rumah :
Dulu sebelum memiliki rumah sendiri, entah sudah berapa kali kami sekeluarga pindah dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain dan untungnya sebagian besar hidupku dihabiskan di satu tempat yang bisa kusebut sebagai rumah. Dimana aku bisa menghabiskan masa sekolahku dengan tenang, memiliki banyak teman dan pengalaman-pengalaman ajaib yang tak terhitung jumlahnya.
Dulu sekali, tiap kali berpergian yang ku rindukan dari rumah masih sebatas masakan ibu dan gendongan bapak. Makin kesini yang kurindukan lebih kompleks, omelan ibu, wejangan bapak dan perseteruan hebat dengan kakak-adikku.
Enam tahun lalu kami kembali pindah rumah, meninggalkan semua kenangan masa kecilku di rumah sebelumnya. Jujur itu masa-masa tersulit karena di usiaku yang sudah tidak remaja lagi entah kenapa beradaptasi menjadi hal yang sangat rikuh ku lakukan. Aku jadi lebih sering keluar rumah, ditinggal ketiga kakakku ketika mereka menikah dan akhirnya aku tidak lagi mencintai rumah. Hingga puncaknya dua tahun kemudian di tahun 2013 Bapak berpulang, dan Rumah hanya menjadi sebuah bentuk dimana secara kasat dia ada tapi tidak lagi bernyawa. Suasana rumah yang tak lagi hangat karena hanya menjadi tempat untuk menutup lelah.
Aku disibukan dengan bekerja, dan hobi baru yaitu traveling ke berbagai kota di Indonesia, dan rindu itu akhirntya kembali. Kini ketika aku jauh dari rumah yang ku ingat adalah, senyuman hangat ibu, dekapan nya yang selalu menenangkan juga tutur katanya yang tak sekeras dulu.
Jadi kini bagiku dimanapun tempatnya asal ada Ibu disana, itulah rumah
Nama : Ansar Siri
ReplyDeleteDomisili : Makassar, Sulawesi Selatan
Akun IG : @ansar_siri
Link share : https://www.instagram.com/p/BUMAmz7jdiN/
Hal yang membuatku selalu merindukan rumah:
Suara ibu, yang tak pernah sama meski sering kudengar lewat telepon. Tatapan kakak perempuan satu-satunya, yang sedari kecil mengajariku banyak hal, terutama arti penting untuk selalu menghormati orangtua. Lelucon kakak ipar, yang jauh lebih lucu dari lawakan di tivi. Serta kenangan tentang almarhum ayah yang semakin hangat bila berada di bawah atap tempat kami banyak mengukir cerita kehidupan.
Aku selalu rindu nasi goreng ibu di pagi hari, juga aroma teh di teras ketika sore menyapa. Rasa yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata hanya bisa terjadi di tempat itu, rumah kami.
Nama: Ratna Komalasari
ReplyDeleteDomisili: Tangerang
Akun Twitter/IG: @imratnasr
Link share: https://twitter.com/imratnasr/status/864776168175620096
Hal yang membuatku merindukan rumah ialah pertengkaran ku dengan kakak-kakakku.
Dirumah, aku anak bungsu dari 2 bersaudara dan kakak-kakakku itu laki-laki semua, apalagi kakak kedua aku yang hanya beda satu tahun (tapi kalau di hitung bulan hampir 2 tahun hehe) Jadi tiada hari tanpa pertengkaran. Hal-hal kecil pun selalu menjadi pertengkaran kami, walaupun kami bertengkar, kami selalu tertawa padahal kita saling memukul satu sama lain. Itu yang membuat suasana rumah menjadi ramai, apalagi kalau kita semua lagi bercanda, semua rasa penat karena kehidupan yang sangat keras ini membuat keluarga kami menguatkan.
Sama seperti Ganda. Terkadang rumah bukan lagi 'rumah' yang aku harapkan. Selalu ada ujian kehidupan yang membuat aku putus asa namun aku kuat menjalani hidup karena keluarga adalah 'Rumah' yang tepat dan paling mengerti luar dalam.
Name : Bunga Aulia SK
ReplyDeleteDomisili : Purwokerto
Akun twitter : @bdragonnn
Link : https://twitter.com/bdragonnn/status/864782421639614465
Hal yang bikin saya rindu rumah atau biasa saya sebut homesick adalah
Saya anak pertama dirumah. Paling besar. Adik saya satu perempuan yang cerewetnya uuuh bikin rindu kalau lagi pergi ke luar kota kaya sekarang ini saya lagi di Depok, saya yang biasanya bisa bergurau ria, bertengkar, rebutan remote tv sekarang tidak bisa. Rindu suaranya yang imut-imut karena dia masih kelas satu SD. Kadang kalau bertengkar suka dimarahi sama Ibu tapi akhirnya kita malah ngetawain ibu yang ngomel-ngomel. Kalau pagi suka di buatin sarapan pakai roti dam susu sama ibu dam kita berebut siapa yang duluan dapet bakalan berangkat ke sekolah duluan. Duh rindu banget sama yabg ituuuu. Apalagi kalau lagi ngumpul di ruang keluarga bareng ayah yang kalau bercanda bikin ketawa sampai nangis nangis hihi.
Jadi, buat saya rumah itu bukan cuma memiliki memori, tapi juga penyimpanan memori terbaik di seluruh dunia. Keluarga juga rumah, rumah yang selalu mengerti seperti apa saya. Gak ada yang bisa mengerti selain 'rumah'.
Nama : Fuji Dwi Pangesti.
ReplyDeleteAkun Twitter : @FujiDwiii
Akun Instagram : @dwif.p
Domisili : Kalimantan Selatan.
Link Share : https://mobile.twitter.com/FujiDwiii/status/864771160428363776
Jawaban :
Apa yang selalu membuat aku merindukan rumah ?.
Segalanya. Segala yang ada didalam rumah tersebut. Omelan mama, Perintah-perintah mama,
masakan mama, rebutan tv dengan saudara, dan lain lain. Tapi ada satu hal yang selalu selalu dan selalu membuat aku merindukan rumah, yaitu suasana rumah yang ramai. Ramai yang berbeda dengan yang ada di luar sana, ramai yang hanya bisa kau temukan didalam dirumah.
Nama : Hazhwa
ReplyDeleteDomisili : Madiun
IG/Twitter: @hazhwapuella.139/@jingga962
Link share : https://www.instagram.com/p/BULajhjg-A-/
https://twitter.com/jingga962/status/864691260795125760
Hal yang paling bikin kangen rumah adalah kesibukan di pagi hari. Karena dulu kamar mandi rumahku cuma satu, kami (aku, bapak, + 2 adik) selalu rebutan memakai kamar mandi. Hehehe, di sini peran ibulah yang selalu berjasa. Tiap hari gak henti-hentinya beliau selalu ngingetin buat mandi duluan, nanti gini entar gitu, padahal beliau juga sibuk nyiapin sarapan buat kami. Emm, di pagi hari juga, aku bisa ngobrol panjang lebar dengan ibu tentang banyak hal. Bapak atau kedua adikku juga. Alasan obrolan selalu di pagi hari itu karena kalo malam, ibu sibuk liat TV 😌, aku dan bapak capek pulang kerja, kedua adikku sibuk di kamar mereka. Maka pagilah kami berbagi cerita. Kadang salah satu menimpali, menggoda, cemberut. Vitamin paling bagus sebelum memulai aktivitas kami masing-masing. Jadi kalo gak di rumah, kerasa hilang deh kak vitamin terindah di pagi hariku.
Nama: Fitra Aulianty
ReplyDeleteTwitter: @fira_yoopies
Domisili: Pekanbaru
Link share: https://twitter.com/fira_yoopies/status/865032952962367489
Jawaban:
Aku sebenarnya selalu di rumah sejak 2014, tepatnya sejak gak ada lagi urusan di sekolah. Bisa dibilang pilihan, bisa dibilang lagi sial. Dan memang aku harus sekuat-kuatnya nahan bosan karena emang sengaja gak ngasih tau teman-teman kalau aku selalu di rumah. Itu juga karena di satu sisi aku gak mau berharap ditemanin dan terus disemangatin, kalau udah terbiasa selalu ditemanin, nanti waktu mereka pergi, aku jadi benci mereka dan itu menambah masalah baru.
Jadi dengan itu aku putusin aku usaha sendiri di rumah, hingga waktunya tiba untuk keluar dari rumah.
Aku pernah bayangin gimana rasanya bisa jauh dari rumah. Rasanya bebas, tapi menakutkan. Bukan karena takut sendirian, tapi aku takut aku lupa pulang. Dengan semua masalah yang ada di rumah, satu-satunya yang paling enak dipikirkan adalah kabur. Tapi tentunya kabur itu bukan sesuatu yang baik.
Apa yang aku rindukan dari rumah? Agak susah menjawabnya karena alasan yang udah aku tulis di atas. Tapi kurasanya, yang akan aku kangenin nanti itu suara cerewet mama yang penuh tekanan di tiap weekend. Suara mama yang horor ini masuk salah satu alasan aku gak suka hari libur, terlebih lagi hari Minggu. Karena dapat dipastikan kadar keributan mama aku naik setinggi-tingginya di weekend. Namun itu kalau dipikir-pikir lagi kalau gak ada suara-suara horor mama itu, pasti sepi banget. Rasa ada yang kurang aja. Malah kayaknya suara horor mama lebih enak didengar dari lagu pop wkwk
Lalu juga mungkin kerisruhan rumah aku yang kadang ribut banget melebihi orang demo, entah apa yang diributin -.- punya rumah dengan 3 laki-laki, alias lebih banyak laki-lakinya jadi bikin rumah selalu ada gedebuk gedebuknya, kadang bikin waswas, kadang malah bikin ketawa. Abis gak jelas banget sih kenapa ada perkelahian di alam raya ini.
Satu lagi yang mungkin aku kangenin kalau aku bisa keluar dari rumah. Adek aku yang bungsu kalau kami gangguin di depan orangtua, pasti langsung nangis dan bikin heboh. Tapi kami pernah nyoba gangguin adek bungsu waktu ortu lagi keluar rumah, tampangnya itu tampang orang penuh kesabaran banget. Gak nangis, gak ngadu, gak ngapa-ngapain. Terima-terima aja dianya diganggu. Dan masih banyak percobaan konyol yang gak jelas tujuannya itu, bakal kangen banget 😂
Nama : Tina Alfiani
ReplyDeleteTwitter : @AfianiTina
Domisili : Cirebon, Jawa Barat
Link share :https://twitter.com/AfianiTina/status/865074881292943360
Apa yang selalu membuat aku merindukan rumah? Jawaban pertama adalah Keluarga.
Karena keluarga adalah tempat kembali ketika aku sudah lelah dengan kerasnya hidup. Tempat bercerita yang paling menyenangkan dan menenangkan.
Mamah, perempuan terhebat yang selalu mensupport kita Aku lelah berpijak. Yang rasa masakannya selalu buat aku ketagihan apalagi kalo masak bergedel kentang hehe. Yang suka ngomel kalo aku lagi susah di atur, atau nunda-nunda sholat. Tapi itu yang membuat point ples, tandanya Mamah sayang sama Anaknya dan mau anaknya bisa jadi orang tidak salah jalan. Berebut remot tv sama adikku, ngejailin dia sampe buat nangis, yang selalu berantem dalam hal sekecil apapun. Bapak yang orangnya kalem dan jarang marah tapi kalo udah marah bikin aku takut hahaha.
Pokoknya Keluarga adalah yang paling di kangenin. Suara omelan mamah yang suka bikin kangen, suara bapak yang bisa bikin tenang dan suara adikku yang selalu bikin rindu.
nama asli : Ika Mayang
ReplyDeleteakun Twitter/ IG : [IG]https://www.instagram.com/dumzcharming/
domisili : Cileungsi - Bogor 16820
link share : https://www.instagram.com/p/BUOVEQzgMti/
Nah, apa yang selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya.
Saya merindukan rumah karena keluarga (Papa, Mama, kedua adikku), tanpa mereka saya tidak bisa menjadi seperti sekarang. Merindukan momen - momen dimana kami berlima ngumpul di meja makan sambil bicara hati ke hati tanpa gadget. Papa Mama selalu mengingatkan akan ibadah.
Aku "keluar" dari rumah merantau ke Surabaya dari tahun 2005 - 2011, dan 2012-2013 aku balik ke rumah ortu yang di Riau dan 2013 - sekarang aku kembali tinggal jauh dari orang tua karena bekerja di salah satu pabrik otomotif di daerah Cileungsi - Bogor.
Namun hal itu tidak akan bisa dilakukan lagi untuk ngumpul berlima dengan lengkap karena kami semua sudah tinggal di 3 daerah yang berbeda.
- Mama Papaku tinggal di Riau
- Kedua adikku tinggal dan bekerja di Jakarta
- Aku tinggal dan bekerja di Cileungsi - Bogor
Yang bisa kami lakukan adalah bergantian berkunjung. Weekend ini aku yang ke Jakarta mengunjungi adik2 aku, terus gantian mereka mengunjungi aku di weekend setelahnya. Sedangkan untuk Papa Mama, mereka akan datang ke per 3 bulan (mereka sudah pensiun), sekali berkunjung lamanya 1 bulan. Kami akan berkunjung ke rumah Papa Mama hanya setahun sekali yaitu pada saat lebaran.
Dan, aku sangat senang sekali ketika Papa Mama berkunjung karena pasti lama di tempatku dibanding tempat adikku karena tempat aku tinggal berupa rumah sedangkan tempatnya adikku berupa apartemen. Dan pasti adik2ku juga akan datang ke rumahku.
Di rumah, selain berkumpul di meja makan, kami semua kadang suka masak bersama dan itu sangat menyenangkan.
Sekeras apapun kita bertekad untuk "keluar" rumah, kita pasti akan kembali ke rumah karena #NoPlaceLikeHome
Nama : Melati Setiyaning Prakerti
ReplyDeleteAc.twitter : @melatist
domisli : sumurkidang, bantarbolang Pemalang
link share : https://mobile.twitter.com/melatist/status/865100605609529344?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C8763809034
jawabanku :
APA YANG SELALU MERINDUKAN RUMAH?
Rumah adalah tempatku berteduh, dirumah juga tempatku berpijak karena didalam rumah aku selalu bertemu dengan orang-orang yang selalu menyayangiku.
Dri dlu hingga sekarang aku remaja. Jujur sajaa aku tipe anak rumahan yang gak selalu on the way tiap hari atau minggunya. Karena dari kecil aku selalu diajarkan orangtua untuk menjadi anak yang baik anak yang tau aturan.
Hal yg pertama kenapa aku selalu merindukan rumah adalah karena aku tipe anak yang tidak bisa jauh dengan orangtua. Karena setiap kali aku kesusahan selalu ada orangtua yang membantuku.
Dulu sewaktu Jaman SD aku mengikuti Perkemahan diluar sekolah. Walaupun cuma sehari semalam rasanya aku sudah kangen banget sama ibu, sayangnya setiap kali aku berkemah orangtuaku tidak pernah menjengukku. Karena mengajari anak mandiri itu harus dari kecil dan dalam kegiatan perkemahan seperti ini.
Setiap kali aku berpergian pasti selalu tidak betah lama-lama apalagi kalau sedang pergi bareng teman atau pacar. Pasti bawaanya pengin cepet pulang. Rindu ibu, adekk, simbah, masakan sayur asemnya ibu sama sambal trasinya...
temen-temenku juga sering banget jengkel sama aku karena selalu minta pulang cepat.
intinya sih merindukan rumah pasti selalu jadi hal nomor satu.
rindu canda tawa ibu bapa, rindu berantem adek. Rindu omelan ibu, masakan ibu, cubitan ibu, bentakan ibu, curhat bareng ibu, ngotewe bareng ibi dan semuanya tentang ibu. Etssss dan gak kalah seru lagi aku juga rindu sama suasana di sekitar rumahh. Sama tetangga2 yang suka gosip kalo pagi harii. Rindu makan diteras bareng keluatha
keluarga dan para tetangga.
Karena ngomongin tentang rumah dan rindu terasa sangat panjang jika saya jelaskan. Maka dari itu saya rangkum dengan singkat. Heheh
#NoPlaceLikeHome
Nama: Alfath Famela R.
ReplyDeleteTwitter: @alfari_12
Domisili: Sidoarjo Jatim
link share: https://twitter.com/alfari_12/status/865105822799364096
Apa yang selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya.
Jawaban: Rasa penerimaan. Selama di luar rumah dalam rangka entah itu menuntut ilmu, mengejar, rezeki, atau segala hal yang perlu diusahakan, selalu ada rasa ingin kembali ke rumah. Di luar,saya pasti bertemu dengan beraneka ragam karakter yang tidak selalu ramah dan menambah beban pikiran. Di rumahlah saya merasa benar-benar diterima dengan baik. Tanpa memandang beragam 'kesalahan' yang mungkin saya perbuat di luar sana, mereka (orang tua dan adik saya) masih mau menerima bagaimanapun kondisi saya. Bersama mereka, saya mampu mengembalikan tenaga yang mungkin terkuras, dan menyembuhkan hati yang terluka. Bersyukur, saya masih dapat bersama dengan keluarga saya. :)
Nama: putri nadia
ReplyDeleteDom: bekasi
Twitter: @pashaeyllaPN
Link share: https://twitter.com/pashaeyllaPN/status/865107858773258240
Apa yang dirindukan dari rumah?
Sudah jelas jawabannya adalah ORANG TUA.
Saya hidup perantauan sejak memilih bekerja di jakarta. Dengan terpaksa hidup berjauhan dari orangtua adalah keputusan terbesar bagi saya,saya bukan tipikal orang yang suka main diluar rumah,ketika teman-teman saya suka mengajak bepergian ke kota saya memilih dirumah ngobrol atau berdiskusi dengan orangtua saya,kalau sedang ingin jalan-jalan ke kota saya lebih memilih dengan ibu atau bapak atau keduanya,saya anak tunggal jadi semua perhatian saya saya kasih ke orangtua saya.
Jadi dengan hidup saya yang berjauhan dari orangtua ada kalanya Saat kita merasa gagal dan patah, orang tua adalah sebaik-sebaiknya tempat untuk kembali di dunia. Mereka adalah orang pertama yang akan menerima kepulangan kita dalam kondisi apapun
Kemanapun kita pergi, mereka akan senantiasa menerima kepulangan kita dengan rasa rindu yang tak terhingga,jadi setiap saya pulang saya tidak butuh dibuatkan makanan kesukaan,saya hanya butuh pelukan oleh ibu dan bapak,karena dengan dipeluk kembali oleh orangtua kita,permasalahan yang kita alami di luaran sana jadi gak ada artinya.
Sebagai tambahan, ketika saya pulang kerumah yang saya rindukan juga adalah kamar tidur beserta barang-barang masa kecil yang masih disimpan rapih di dalam kamar.
Sekian dan terima kasih buat giveawaynya 💜
Nama : Agnes Margaretha
ReplyDeleteDomisili :Medan
Ig :garetha_07
Link share : https://www.instagram.com/p/BUOt9zwlwxg/
Nah, apa yang selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya.
Yang jelas karna aku merindukan rumahku , ya dirumah itu aku merasa di sayang , dicintai, tempat aku menghabiskan masa remajaku lalu pindah ke kota. Di rumah juga tempat keluarga saling bertemu , keluarga yang jauh , dekat maupun yang tidak kita kenal datang ke rumah . .
Rumah juga tempat aku menangis tertawa bahagia .
Aku memang anak rumahan , jadi ya males banget kalo keluar dari rumah maunya di rumah aja ,. Aku juga jarang bawa orang atau teman ke rumah karna takut kotor hhaha. aku punya adik kalo dia bawa teman-teman nya aku usir wkwkw, trus dia merepet "kakak ini bawa teman aja ga bisa ? . Eeh kau nah yang pel rumah ni , capek ku rasa ngepelnya , swmpat kau bawak teman mu itu awas kau yaa , karna benci nya samaku dia ambil air kotor dan dilempar ke lantai , nah ngepel kau sekali lagii hahaha . Jadi kangen rumah ..
Dirumah juga banyak kenangan manis , jika kita merantau pasti kita rindu rumah beserta isinya, karna rumah adalah tujuan pertamamu ketika kau tidak tau tempat pulang . :)
Nama: Bety Kusumawardhani
ReplyDeleteTwitter: @bety_19930114
Domisili: Surakarta
Linkshare:https://mobile.twitter.com/bety_19930114/status/865116823141793796?p=v
Hal yang membuatku rindu rumah adalah aroma tubuh ibu yang khas. Meskipun beliau belum mandi sekalipun. Aroma tubuh Ibu seperti aroma terapi, sangat menenangkan. Itu karena sejak kecil hingga dewasa, ibu selalu memelukku terutama saat badanku panas tinggi. Kata beliau, supaya panas tubuhku menurun karena pindah di tubuh beliau. Selain aroma tubuh, yang pasti aku rindukan adalah suara dan senyumnya. Suara yang begitu meneduhkan saat memberikan nasehat serta teguran. Senyum yang begitu tulus dihiasi keriput-keriput halus namun jelas di sekitar mata serta bibirnya. Meskipun ada handphone yang bisa digunakan untuk mendengarkan suara itu ketika kita berjarak tetapi tanpa melihat senyuman nya, seperti ada yang kurang. Sosok beliau yang selalu aku rindukan sampai kapanpun dan dimanapun aku berada.
Nama : Putu Nila Utami
ReplyDeleteDomisili : Singaraja, Bali
Instagram : @ptnila
Link Share : https://www.instagram.com/p/BUO20WQFEcP/
Jawaban :
Sebelumnya saya akan ceritakan sedikit kehidupan saya di keluarga. Saya (17) adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Saya adalah anak rumahan. Satu-satunya tempat di rumah yang menjadi alasan saya betah adalah kamar pribadi saya.
Ada satu alasan saya kenapa saya selalu ingin pulang ke rumah, ketika banyak alasan untuk saya tidak pulang. Ibu, adalah sosok yang selalu saya rindukan. Saya sering sekali mendapat omelan beliau, terkadang membuat saya muak karena saya tidak suka dengan orang yang banyak bicara. Tapi ketika beberapa jam saja ibu saya tidak ada di rumah, saya merasa resah. Hidup saya terlalu bergantung padanya. Ia sosok kuat yang masih bertahan dalam rumah tangga yang menyakitkan. Pernikahannya dengan ayah saya, memberikan banyak penderitaan baru di usia ibu saya yang masih muda. Ayah menikahi ibu, ketika ibu berusia 19 tahun. Nenek (ibunya ayah) tidak pernah suka pada ibu saya. Beliau selalu mencari kesalahan ibu untuk dapat memojokkannya di depan ayah. Ayah saya ketika itu masih muda, ia terlalu percaya pada ibunya. Akan terlalu panjang ketika saya ceritakan disini semua, intinya ibu saya selalu dibuat menderita oleh mertua dan adik iparnya. Pernah saat itu ketika saya berusia 8 tahun, ayah dan ibu saya hampir bercerai. Saya masih terlalu kecil untuk bisa menerima itu. Namun, saya bersyukur hal itu tidak terjadi, meskipun itu menjadi memori kelam untuk saya hingga saat ini.
Dengan suasana rumah yang seperti itu, tetapi saya tidak pernah bisa benar-benar membenci rumah. Selalu ada hal-hal kecil yang saya ingat tentang rumah, apalagi dengan kondisi saya yang introvert, sangat sulit untuk saya jauh dari rumah. Yang membuat saya rindu, selain sosok ibu yang lebih banyak ngoceh, adalah adik-adik saya yang masih kecil. Saya bersyukur ketika banyak masalah dalam rumah tangga orang tua saya, mereka belum lahir ke dunia. Jadi diantara 4 bersaudara, hanya saya yang menyimpan kenangan menyedihkan, karena adik kedua saya saat itu masih kecil. Dua adik saya yang terakhir, terutama si bungsu itu membuat saya selalu ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Mendapat tugas menjaga anak kecil itu tidak mudah, kadang saya kesal karena adik saya sangat merepotkan. Tapi tingkah lucunya, selalu berhasil membuat saya melupakan kekesalan itu. Satu dari sekian kejadian yang membuat saya terharu, ketika saat itu saya pulang malam sehabis menghadiri birthday party seorang teman, Anita (6) berlari dari dalam rumah untuk membukakan saya pintu gerbang di tengah malam. Sederhana, tapi itu membuat saya merasa diperhatikan. Saya selalu rindu saat-saat kebersamaan saya dengan adik-adik. Lawakan garing ayah saya yang selalu mencairkan suasana, perhatian-perhatian kecil dari ibu saya. Semua itu terlepas dari nenek yang bermulut pedas.
Salah satu alasan saya semangat sekolah adalah saya ingin melihat senyum bangga ibu saya. Saya ingin buktikan pada nenek saya yang entah bagaimana kadang meragukan kemampuan saya. Itu kadang membuat saya down seketika. Tapi selalu, yang saya ingat adalah ibu saya, saya hanya berfokus pada kebahagiaannya.
Satu lagi yang bikin saya senang, itu saat saya pulang sekolah terlambat dari yang seharusnya (saya jarang pulang telat) ibu saya akan memberikan perhatian lebih sesampai saya di rumah. Juga perlakuan ayah saya yang selalu mengingatkan saya makan tepat waktu. Hal-hal kecil tapi membahagiakan, mengingat saya hampir menjadi anak broken home.
Ps. Ini lebih mirip curhat colongan ketimbang jawaban kuis ya.
Nama : Noor Salamah
ReplyDeleteDomisili : Jepara, Jawa Tengah
Akun Twitter : IG Salma_vanlicht/ Twitter : Salma_skylight
Link Share : https://www.instagram.com/p/BUQfmclh1Uu/?taken-by=salma_vanlicht
Hal yang paling membuatku paling merindukan rumah :
rumah adalah tempat menyimpan kenangan. Tempat orang-orang memikirkan kita, tempat kita pulang. Karena kata Naruto "Tempatmu pulang adalah tempat dimana ada orang yang memikirkanmu." Dan di dunia orang yang paling memikirkanku adalah Ibu. Aku selalu rindu rumah, rindu tempat tidurku, rindu kamarku, rindu mengobrol dengan ibu. Duka memang sering menyelimuti rumah kami. Kematian Bapak, Mas jahid, Mas Huda, hingga sakitnya Mas Akrom dan Mas Chabib termasuk juga kakek-kakekku. Masa yang paling menyenangkan adalah ketika aku masih kecil, kami tujuh bersaudara aku putri sendiri, terutama dengan kakak yang keenam kami selalu bertengker entah memperebutkan remot tv, jajan berkat atau hal sepele lainnya. Ketika unjung lebaran kami berjalan beriringinan bagaikan kereta api datang ke rumah-rumah saudara. begitu kompak dan menyenangkan. Namun lebaran kali kami tak lagi utuh, sejak tahun 2006 setelah kematian Mas Jahid ramadan dan lebaran kini terasa berbeda. Kini hanya ada Ibu, aku, dan dua kakakku di rumah. Dua yang lain tinggal di rumah mertuanya. Segala hal tentang rumah dan keluarga selalu mengundang rindu :)
Tary Wilujeng
ReplyDeleteTwitter : @taryhirata
Domisili : Malang
Link share : https://twitter.com/taryhirata/status/865470852594151424
Jawaban:
Yang membuatku rindu rumah adalah semua penghuninya baik yang berupa manusia (tentunya anggota keluara + si mpus) dan juga semua benda matinya sekaligus tanamannya. Dan semua itu terikat dalam satu "aroma". Menurutku sendiri, setiap rumah mungkin punya "aroma" sendiri. Rumahku punya aroma yang khas dan nggak akan aku temukan dirumah manapun. Aku anak rantau jadi setiap aku pulang dan menginjakkan kakiku dirumah yang tertangkap inderaku adalah aroma-nya. Dengan aroma ini semua kenangan dan moment tertinggal.
nama asli: Auliyati
ReplyDeletetwitter: @nunaalia
IG: @nunaalia
domisili: Serang
link share: https://twitter.com/nunaalia/status/865491631725608960
jawaban:
Apa yang selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya.
Yang selalu membuatku merindukan rumah itu semua yang ada di rumah. Dari orang-orangnya (orang tua, adik-adik, dan keponakanku), sampai ruangan-ruangannya. Terutama kamarku. Walaupun kadang berantakan, tapi itu tempat paling nyaman buatku, tempat tenang baca koleksi bukuku, tempat tidur yang bisa bikin aku tidur nyenyak dan kadang males bangun heheee. Hal yang bikin dikangenin dari rumah tentu saja masakan buatan mama. Nggak ada yang rasanya seenak masakan buatan mama buatku, walaupun banyak makanan yang serupa itu. Mungkin karena masakan mama adalah makanan yang pertama aku makan ketika bayi dan lidahku sudah terbiasa.
Jadi setuju dengan judul buku ini. No Place Like Home.
Nama : Fera Lestari
ReplyDeleteAkun Twitter : @feralestari95
Domisili : Aceh
Link Share : https://twitter.com/feralestari95/status/865447548948946944?s=09
Jawaban :
Apa yang selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah atau ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya, ya.
Sudah pasti hal yang membuat aku merindukan rumah adalah keluarga. Karena bagaimanapun keluarga kita, mereka adalah orang yang rela berkorban untuk kita.
Hal lain yang membuat aku merindukan rumah adalah kenangan indah masa kecil yang menyebar di setiap jengkal rumahku. Kenangan ketika ayah menggendongku yang tertidur di depan tv. Kenangan ketika ibu memakaikan sepatu di kakiku. Semua begitu membahagiakan. Tanpa beban dan rasa takut.
Jika rumah diibaratkan taman, bagiku rumah adalah taman bunga yang indah. Dipenuhi dengan bunga warna warni dan kupu-kupu indah yang berterbangan. Maka aku bisa berlarian dengan langkah ringan, menghirup udara dengan bebas, tertawa sesukaku, dan melakukan apapun yang menyenangkan.
Segala kepenatan dan kelelahan akibat rutinitas di luar rumah terobati begitu aku menginjakkan kaki di rumah. Segala masalah hilang dan pikiran menjadi fresh kembali. Karena di rumah aku merasa menjelma kembali menjadi gadis kecil bagi ayah dan ibuku. Gadis kecil yang bermain di taman bunga yang indah.
Nama: Indri Octa Safitry
ReplyDeleteDomisili: Kota Cilegon
Ig: @Inosaftr
Link share: https://www.instagram.com/p/BUR3BjADgKe/
Jawaban:
Alasan utama selalu rindu rumah sudah pasti karna keluarga adalah tempat aku untuk pulang, dan dirumahlah keluarga ku berkumpul. Jadi rumah artinya tempat aku pulang.
Mungkin memang, mama suka ngomel ayah suka nasehatin tapi mereka adalah kekayaan terbesar aku. Sekalipun adik2 pun ngeselin, mereka juga adalah kekuatan untuk aku kuat.
Dimana rumah adalah tempat paling teduh, walau tak semegah kerajaan namun kenayamanan semua itu tiada tandingan. Dimana rumah adalah tempat berkumpul keluarga, dimana setiap hari semua memiliki kegiatan, yang kadang membuat kita sulit bertemu. Namun kita selalu bisa berkumpul dirumah, saat semua pulang kerumah.
Dimana rumah menjadi cerita keharmonisan keluarga, kesedihan bahkan jerit tangis kesusahan dalam keluarga.
Rumah adalah penyatu keluarga untuk pulang dan bersatu ��
Nama: devira belin
ReplyDeleteTwitter: @vircnd
Link share: https://mobile.twitter.com/Virscnd/status/865630671879917576
Domisili: semarang-jawa tengah
Jawaban:
Yg membuatku rindu rumah itu adalah kehangatan suasana rumah. Karena seburuk apapun kita, kita tetap bakal diterima dirumah sendiri :)
ReplyDeleteNama: Yeti Islamawati
Domisili: Bantul, Yogyakarta
Twitter: @yetiislamawati
IG: @yetiislamawati
Link share: https://www.instagram.com/yetiislamawati/
jawaban:
Yang paling saya rindukan dari rumah adalah aroma dan suasananya. Ketika saya tidak di rumah, saya bisa mengingat aroma rumah saya. Pun suasananya. Walaupun tidak luas, terasa adem. Ada dua pohon mangga madu di depan dan belakang rumah. Juga satu pohon rambutan kelengkeng. Ada kandang ayam dan kolam ikan.
Dulu sewaktu kuliah saya tidak kos. Saya rela tiga jam berada di bus untuk setiap hari bisa pulang ke rumah. Terlebih ibu saya udah janda, dan adik saya anak yatim.
Jika ba'da maghrib saya belum pulang, maka ibu dan adik saya menunggu saya di teras rumah. Waktu itu hp belum familier seperti sekarang ini.
Ibu lalu menyuruh saya bersih-bersih. Ibu akan menemani saya makan sambil sesekali menanyakan hari yang saya lalui. Sementara adik saya menyimak sambil sibuk membuka bungkusan oleh-oleh dari saya, permen atau snack ala kadarnya.
Hal yang paling berkesan adalah saat ibu pindah tidur ke kamar saya ketika saya hectic dengan skripsi.
Ke mana pun saya pergi, rumah memiliki magnet yang membuat saya pulang. Terlebih sekarang ketika saya sudah mempunyai keluarga dan rumah sendiri.
Setiap mudik dan membuka kamar, saya seolah menjadi anak ibu seutuhnya, sepwrti saat saya belum berkeluarga. Terima kasih ibu, untuk semua dan atas ketabahan setelah bapak meninggal.
Nama: Cahya
ReplyDeleteDomisili: Palembang
Twitter: @ccchhy
Link share: https://twitter.com/ccchhy/status/865589316491149312
Hal yg bikin aku kangen rumah tentu aja suasananya. Rumah kami tidak diisi oleh keluarga besar karena yang lain sudah pada banyak yang tinggal di rumah sendiri. Rumahku sepi dan sunyi, tapi aku suka ketenangan itu. Sangat nyaman apalagi untuk baca buku sehingga ga banyak gangguan. Aku juga cinta dengan kamarku, dengan seluruh isinya beserta barang-barang yg bisa kugunakan atau kumainkan kapan saja. Dan yg tak kalah penting adalah rumahku sering dijadikan markas untuk aku dan teman-tema ngumpul. Kalau ada acara sleepover, aku sama sekali ga keberatan mengajak mereka menginap di rumahku. Ga cuma numpang main dan tidur, tapi kami sering bereksperimen di rumah, terutama di dapur. Kami suka sekali masak, baik yang udah tau resepnya mau pun baru coba-coba wkwk.
Rumahku bukan hanya tempat singgah, tetapi juga tempat membangun memori dan merasakan kebersamaan dan kebahagiaan dengan orang-orang yang disayang. Ya itulah hal-hal yg bikin aku selalu kangen rumah. Peaceful but also joyful.
Nama: Nurwidati Puspita
ReplyDeleteAkun IG: @akun2ja
Domisili: Sampit, Kalimantan Tengah
Link share: https://www.instagram.com/p/BUTn6EQlC2n/
Jawaban:
Baru-baru ini saya memang pergi keluar kota, tepatnya ibukota provinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Saya berangkat hari Senin, 15 Mei 2017, untuk mengikuti lomba.
Tiga hari sebelum hari H berangkat, saya meminta bantuan mama saya untuk menyiapkan keperluan saya nanti di Palangka, seperti baju apa, makanan kecil, peralatan mandi, hehhe, saya sangat tergantung dengan orang tua saya dalam hal apapun. Saya sangat mengingat semua yang saya lakukan dengan mama saya.
Awalnya, kami pergi ke sekolah, dimana lomba ditingkat kabupaten dilaksanakan, MAN Sampit. Kami semua, perwakilan kabupaten untuk menuju provinsi diminta kumpul di sana. Sesampai disana, saya mencium punggung tangan abah saya, menurunkan koper besar dari motor, dan meletakkan di depan kantor sekolah tersebut.
Setelah melaksakan upacara pelepasan, kami ganti baju, dan naik bis.
Saya termasuk orang yabg mudah mabuk atau mual dalam perjalanan terutama naik mobil atau bis, biasanya saat saya mulai merasa mual, mama saya akan selalu perhatian dengan saya, dan bertanya.
Sampai dihotel pun, yang saya ingat adalah orang tua saya. Setelah pulang dari Palangka, saya dibilang abah saya, kalo saya jadi bekurus.
Malah cerita saya nya, maaf
Intinya yang saya rindukan dari rumah adalah Perhatian Orangtua Saya, meski saya kadang kesal karena terlalu banyak diatur, itu pun karena saya memang sangat bergantung dengan orang tua saya
Saat hujan menonton pawai ulang tahun Kalimantan Tengah, saya dan teman-teman saya kehujanan, saat itu saya minta diantar oleh abah untuk menuju rumah teman, sesuai tempat berkumpul yg sudah dijanjikan.
Kami kehujanan, setelah menonton selama kurang lebih 1 jam, setelah reda, saya meminta diantar oleh teman saya ke skolah, karena tujuan kami memang ingin ke skolah.
Nama saya tak kunjung datang untuk menjemput saya, saya mencoba menelepon, tapi tidak diangkat, mungkin karena bunyi hujan. Saat itu saya pun berpikir, "coba saya masih di rumah, atau mungkin tidak pergi dari rumah, pasti saat ini saya sedang bersama dengan mama saya, bercanda gurau tentang grup WA kantor beliau,,, hemmmzzzz,,,"
Saat sampai rumah, saya langsung bilang, "Hahhhhh, akhirnya sampai rumahhhh" dengan sedikit berteriak, wkwkwk, seperti baru pertama kali pulang ke rumah.
Karena di dalam rumah saya merasa lebih dilindungi, terutama oleh orangtua
Kedua, rumah sangat berarti karena di dalamnya ada perhatian yg slalu ada, lebih bebas di dalam rumah sendiri, hehhe.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteNama : Neilil Amalia
ReplyDeleteDomisili : Jember, Jawa Timur
Twitter : -
Ig : @nei172
Link share : https://www.instagram.com/p/BUTrhXZlur8/
Jawaban :
Rindu itu berharap benar terhadap sesuatu. Rindu rumah sudah pasti bagi saya. Saya tidak tinggal di rumah sejak SMP sampai sekarang, saya anak desa yang menuntut ilmu ke kota, saya kira saya tau bagaimana rasanya benar-bernar merindukan rumah
Tapi apa yang membuat saya rindu? Mungkin jawabannya semua. Semua tentang rumah sangat pantas dirindukan. Mulai dari orang tua, kakak, adik, teman-teman, bau masakan ibu, kata-kata ayah saat marah, bahkan sindiran ibu saat saya malas melakukan sesuatu. Saya baru sadar, saat tinggal jauh dari rumah, semua orang memanh terlihat baik, tapi kebaikan mereka tidak serta merta membuat saya terlampau bahagia. Saya mendapat banyak teman, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan kenyamanan saat ayah dan ibu mengomel karena suatu hal.
Ada satu hal lagi yang membuat saya rindu rumah. Kebebasan. Di rumah saya bebas menyanyi sekeras-kerasnya, bebas merengek minta dimanja, dan bebas berekspresi sesuka hati😂
Mungkin alasan saya klise, tapi bau lantai di rumah memang benar terasa seperti petrikor saat hujan. Dan saya menyukainya, merindukannya. 🙆🙆
Nama : Duma Oktorina Purba
ReplyDeleteDomisili : Bandarlampung, Lampung.
Twitter : -
Ig : @dri.dumapurba
Link share : https://www.instagram.com/p/
Jawaban :
Rumah.
Tempat yang tidak asing bagi kita. Mau dimanapun kita berada kita butuh rumah dalam bentuk fisik sebagai tempat kita untuk tinggal,berteduh dari panas,hujan dll, untuk beristirahat, tempat berkumpul untuk diri sendiri dan orang tersayang. Mau merantau dan tinggal sendiri (kos/ngontrak), tinggal bersama saudara diperantauan (menumpang) atau tinggal bersama keluarga sesungguhnya kita telah tinggal dirumah karna rumah adalah bangunan fisik yang terlihat nyata oleh mata. jadi rumah seperti apa yang dimaksud ? sesungguhnya bangunan fisik itu kah yang kita rindukan atau orang yang tinggal dirumah tersebut sepaket dengan kenangannya??
Saya rindu rumah yang bangunannya sepaket dengan bapak,kakak,adik dan kenangan tentang ibu. Rumah yang didalamnya ada bapak yang selalu menunggu saya pulang dan akan selalu menerima saya dengan tangan terbuka kapapun itu, bahkan ketika saya tidak dalam keadaan baik baik saja. :*. Salam rindu dari jauh.
Nama: Rizki Fitriani
ReplyDeletetwitter: @Kikii_Rye
domisili: Sidoarjo
link share: https://twitter.com/Kikii_Rye/status/865940514507431936
Apa yang sangat saya rindukan adalah sensasi damai yang saya rasakan di rumah.
seperti kutipan judul di novel kak Alma. No Place Like Home.
nggak ada tempat senyaman rumah. meski dirumah banyak sekali pesakitan yg harus diterima, tak ayal hal itu juga yg mendidikku menjadi wanita mandiri, membuatku membangun mental baja yg kuat. Sensasi berada di rumah nggak pernah aku jumpai di tempat lain. tak ada masakan seperti buatan ibu. tak ada omelan nenek yg penuh ketegasan di setiap kalimatnya. dan keributan keributan kecil yg kerap menjadi hiburan di sela penatnya kehidupan.
Nama : Sirotun Nabawiyah
ReplyDeleteAkun IG : abyn.aa
Domisili : Bangka Belitung
Link Share : https://twitter.com/abyna_/status/865980960050892800
Jawaban :
Yang selalu membuat aku rindu akan rumah adalah kebersamaan dengan keluarga, family time setiap sehabis makan malam, Ayah dan Ibu akan bertanya bagaimana sekolahmu, ada kejadian menarik apa hari ini, dan kami pun dengan senang hati bercerita. Sesekali Ayah atau Ibu menanggapi, malah kadang Ayah atau Ibu bercerita tentang masa lalu mereka. Dan saat suara iqomat Isya berkumdang, nasehat, petuah Ayah dan Ibu, juga jalan keluar dari masalah yang malam kemarin belum terselesaikan selalu jadi penutupnya. Itu benar-benar selalu membuatku rindu akan suasana rumah. Saat pertama kali jauh dari rumah, selalu merasa ada yang kurang saat selesai makan malam. O_O
Masakan Ibu juga sering membuat aku rindu akan rumah, walau tak sebesar prosentase kebersamaan dengan keluarga. Bukan karena Masakan ibu tak enak, justeru karena saking enaknya masakan Ibu, sehingga sering ditunggu-tunggu seperti halnya kebersamaan dengan keluarga. Saat jauh dari rumah, saat sedang menyantap makananan enak, jika tiba-tiba terbesit ingatan tentang rumah, terlebih tentang masakan ibu, seenak apapun makanan yang tengah aku makan, kadar enaknya mendadak jadi turun, kalah dengan ingatan dan kerinduan akan rumah dan masakan Ibu.
Nama : Indri Dwi Fitria
ReplyDeleteDomisili : Situbondo,Jawa Timur
Twitter&IG : @indridwi_
Link share : https://twitter.com/indridwi_/status/866067125047148544
Jawaban:
Sebenarnya saya rasa keluarga saya itu berbeda dengan keluarga yang lain. Di rumah saya hanya berdua dengan Ibu, Ayah saya berada di luar kota untuk bekerja dan Kakak saya berada di kota lain juga untuk melanjutkan pendidikannya. Namun, hal ini justru menjadi suatu keistimewaan tertentu ketika bertepatan semua anggota keluarga sedang berkumpul. Saya pasti akan mendapatkan hangatnya pelukan ayah dan akan sering bertengkar dengan Kakak saya untuk memperebutkan hal kecil. Dulu ketika semua masih sering berada di rumah hal itu memang sangat menjengkelken ketika tiap hari saya harus bertengkar dengan kakak hanya untuk memperebutkan suatu hal. Pasti ujungnya saya akan lari ke ayah saya untuk memohon agar membuat kakak saya kalah yang selalu berakhir dirututi oleh beliau. Namun sekarang pertengakaran kecil itu justru saya tunggu-tunggu dan pelukan Ayah akan selalu jadi pelarian saya ketika pertengkaran itu memang membuat saya sangat kesal.
Nama: Didi Syaputra
ReplyDeleteTwitter: @DiddySyaputra
Domisili: Tembilahan, Riau
Link Share: https://twitter.com/DiddySyaputra/status/866137182020419585
Jawaban:
Seberapa pun jarak membentang, rumah tetap menjadi tujuan akhir untuk pulang. Nggak dipungkiri memang. Mengingat secara pribadi aku juga mengalaminya sebagai mahasiswa perantauan yang harus menanggalkan kesenangan rumah demi pendidikan. Sedih? Pasti. Tapi pada hakikatnya semakin jauh keberadaan kita maka akan semakin menguatkan alasan kerinduan padanya, dan aku merasakannya sekarang- rindu rumah, suasananya, gelak tawanya, tangis ria ponakan dan tentunya rindu omelan Emak. Tapi yang selalu membuatku merindukan rumah itu selain omelan Emak setiap sorenya karena nyuruh ke Masjid, juga yang utamanya rindu masakan beliau- nasi gorengnya yang sedikit anti mainstream, nasi goreng pinky karena memang dominan bumbunya terasi asli pasar yang warnanya merah muda, yang belinya bisa perkilo terus dijemur dan dipanggang sendiri sebelum dibaur dengan nasi. Walaupun sekarang sudah banyak beredar terasi udang sachet, namun tetap saja Emak lebih betah menggunakan trasi tradisionil, bahkan untuk nasi goreng sendiri sudah ada bumbu khusus yang memang sudah ditakar pas untuk nasi goreng, tapi lagi-lagi bukan Emak namanya kalau bisa dikalahkan zaman ritual-ritual lamanya, terutama dalam hal nasi goreng pinky-nya ini, dan jujur saja memang nggak disangsikan lagi cita rasanya meskipun terkadang nggak jarang keasinan juga karena beliau seringkali terlalu semangat membubuhkan terasinya ke wajan ;D. Namun di luar itu, selain nasi gorengnya ini sampai kapan pun nggak akan ditemukan di jajanan tradisional sekali pun saking primitif-nya aku kira, momen sarapan ini selalu menyatukan kami sekeluarga dalam bualan-bualan santai yang garing sekaligus menyenangkan, yang nggak bisa aku temukan di kos-kosan, kantin, lebih lagi kampus. Meskipun terkesan kampung sekali, akan tetapi jujur nasi goreng pinky ini sangat pas di lidahku. Very lovely a pinky freid rice by my mom ;).
Nama : fitri r
ReplyDeleteIg : pie0206yh
Domisili : Kediri, Jatim
Link share : https://www.instagram.com/p/BUVvxPBD-z9/
Jawaban :
Yang paling dikangenin dari rumah adalah suasananya.. Baik omelan ortu, kebersamaan, masakan dan kebiasaan2 yg ortu lakukan ketika kita di rumah. Jauh dr ortu it bikin kangen berat sampai bikin badan kurusan tapi klu ud di dekat ortu dan kelamaan bikin kegi jg kangen kebebasan pas kita mulai belajar mandiri mulai buat kuliah sampai kerja. Intinya klu ud lama jauh dr ortu dn rumah itu bikin baper pengen pulang tapi klu kelamaan dirumah jg bikin sebel krn kena omel, byk aturan dn bikin kangen klu pas jauhan :D apalagi klu pas tugas di luar Kota atau luar negri behhh kangennya bikin merana bener2 bisa buat diet ngurusin badan :D apalagi klu ud nyangkut makanan beeeh rasanya pengen segera pulang... Ud di tempat baru dikit banget yg di kenal makanan jg gk sesuai lidah..makin bikin kangen rumah dn ortu
Nama : Izza Azzurini
ReplyDeleteAkun IG : @zzzzazrn
Link share : https://www.instagram.com/p/BUWHgPdhlmh/
Domisili : Situbondo, Jawa Timur
Jawaban :
Bagi saya, rumah lebih dari hanya sekadar tempat untuk berlindung. Rumah bagi saya lebih dari itu, karena hanya di rumah saya akan menemukan segalanya, menemukan cinta dan kasih sayang yang tulus, perhatian yang tulus, kebersamaan, kebahagiaan, kesedihan, luka, penyembuh luka, tawa, tangis, keusilan, pertengkaran, kemarahan, kesalahan, dan hal lainnya, saya temukan dalam rumah saya.
Saya sangat bersyukur dilahirkan di tengah keluarga, yang alhamdulillah, keluarga saya harmonis. Selama ini, saya belum pernah meninggalkan rumah dalam waktu yang lama, tapi jika ditanya apa yang membuat saya merindukan rumah, maka, saya akan langsung menjawab, cinta dan kasih sayang. Karena bagi saya tidak ada cinta dan kasih sayang yang setulus pemberian keluarga, terutama ayah, ibu, adik, dan nenek saya. Kenapa saya menjawab itu? Karena jawaban itu sudah mencakup semuanya. Tidak perlu saya jelaskan satu persatu, seperti merindukan masakan seorang ibu, pertengkaran dengan adik, ataupun omelan ayah, ibu, dan nenek saya, karena semua tindakan mereka, saya anggap sebagai curahan cinta dan kasih sayang.
Bagi saya, tidak ada tempat seperti rumah yang bisa saya temukan di sudut manapun dunia ini.
Nama : Hanifah Nursaidah
ReplyDeleteDomisili : Subang, Jawa Barat
IG : hanifahsaid
Link share : https://www.instagram.com/p/BUV8fBvA4VU/
Jawaban:
Dulu, ketika saya SMA, saya tinggal di rumah uwa saya. (Uwa adalah sebutan untuk kakaknya ibu/bapak saya dalam bahasa Sunda). Dari pengalaman tinggal di rumah uwa inilah, saya mengerti betul apa arti "rumah" yang sebenarnya.
Jujur, saat di rumah uwa saya, saya merasa tidak bebas, serba malu dan kagok dalam melakukan sesuatu. Segalanya seakan terasa... tidak leluasa. Bahkan, untuk diam dan tidak melakukan apa-apa pun rasanya... malu sekali. Jika mau makan pun saya sungkan.
Tinggal di rumah orang artinya kita hanya menumpang. Dan sebagai orang yang numpang hidup, tahu diri adalah peraturan nomor satu. Itulah sebabnya. Akan selalu ada hal-hal yang memberi saya kecemasan saat berada di sana. Selalu terasa ada batasan dan hal-hal lain yang tidak mengenakkan jika tidak saya lakukan atau jika saya lakukan. Tinggal di rumah orang lain memang tidak akan senyaman tinggal di rumah sendiri.
Saya juga seringkali merasa tidak enak jika saya tidak membantu beres-beres rumah, atau jika saya pulang kelewat sore. Saya tahu, uwa saya tidak keberatan jika saya tinggal di rumahnya. Tapi..., tetap saja. Bagaimanapun juga rumah uwa saya bukanlah rumah saya. Saya tidak merasa bebas sepenuhnya. Saya merasa tidak nyaman dan tidak betah dan selalu inginkan pulang ke rumah orang tua saya. Dimana saya bisa melakukan apapun yang saya mau, tanpa ada rasa sungkan maupun malu. Dimana saya bisa merasa bebas, tidak ada batasan-batasan atau kecemasan-kecemasan yang mengganggu.
Setelah ibu dan kamar pribadi saya, itulah yang selalu membuat saya merindukan rumah; kebebasan dan keleluasaan yang ada di dalamnya. Dua hal yang hanya bisa saya dapatkan di rumah orang tua saya. Yang membuat saya merasa tentram dan bahagia.
Nama : Hanifah Nursaidah
ReplyDeleteDomisili : Subang, Jawa Barat
IG : hanifahsaid
Link share : https://www.instagram.com/p/BUV8fBvA4VU/
Jawaban:
Dulu, ketika saya SMA, saya tinggal di rumah uwa saya. (Uwa adalah sebutan untuk kakaknya ibu/bapak saya dalam bahasa Sunda). Dari pengalaman tinggal di rumah uwa inilah, saya mengerti betul apa arti "rumah" yang sebenarnya.
Jujur, saat di rumah uwa saya, saya merasa tidak bebas, serba malu dan kagok dalam melakukan sesuatu. Segalanya seakan terasa... tidak leluasa. Bahkan, untuk diam dan tidak melakukan apa-apa pun rasanya... malu sekali. Jika mau makan pun saya sungkan.
Tinggal di rumah orang artinya kita hanya menumpang. Dan sebagai orang yang numpang hidup, tahu diri adalah peraturan nomor satu. Itulah sebabnya. Akan selalu ada hal-hal yang memberi saya kecemasan saat berada di sana. Selalu terasa ada batasan dan hal-hal lain yang tidak mengenakkan jika tidak saya lakukan atau jika saya lakukan. Tinggal di rumah orang lain memang tidak akan senyaman tinggal di rumah sendiri.
Saya juga seringkali merasa tidak enak jika saya tidak membantu beres-beres rumah, atau jika saya pulang kelewat sore. Saya tahu, uwa saya tidak keberatan jika saya tinggal di rumahnya. Tapi..., tetap saja. Bagaimanapun juga rumah uwa saya bukanlah rumah saya. Saya tidak merasa bebas sepenuhnya. Saya merasa tidak nyaman dan tidak betah dan selalu inginkan pulang ke rumah orang tua saya. Dimana saya bisa melakukan apapun yang saya mau, tanpa ada rasa sungkan maupun malu. Dimana saya bisa merasa bebas, tidak ada batasan-batasan atau kecemasan-kecemasan yang mengganggu.
Setelah ibu dan kamar pribadi saya, itulah yang selalu membuat saya merindukan rumah; kebebasan dan keleluasaan yang ada di dalamnya. Dua hal yang hanya bisa saya dapatkan di rumah orang tua saya. Yang membuat saya merasa tentram dan bahagia.
Nama : Hanifah Nursaidah
ReplyDeleteDomisili : Subang, Jawa Barat
IG : hanifahsaid
Link share : https://www.instagram.com/p/BUV8fBvA4VU/
Jawaban:
Dulu, ketika saya SMA, saya tinggal di rumah uwa saya. (Uwa adalah sebutan untuk kakaknya ibu/bapak saya dalam bahasa Sunda). Dari pengalaman tinggal di rumah uwa inilah, saya mengerti betul apa arti "rumah" yang sebenarnya.
Jujur, saat di rumah uwa saya, saya merasa tidak bebas, serba malu dan kagok dalam melakukan sesuatu. Segalanya seakan terasa... tidak leluasa. Bahkan, untuk diam dan tidak melakukan apa-apa pun rasanya... malu sekali. Jika mau makan pun saya sungkan.
Tinggal di rumah orang artinya kita hanya menumpang. Dan sebagai orang yang numpang hidup, tahu diri adalah peraturan nomor satu. Itulah sebabnya. Akan selalu ada hal-hal yang memberi saya kecemasan saat berada di sana. Selalu terasa ada batasan dan hal-hal lain yang tidak mengenakkan jika tidak saya lakukan atau jika saya lakukan. Tinggal di rumah orang lain memang tidak akan senyaman tinggal di rumah sendiri.
Saya juga seringkali merasa tidak enak jika saya tidak membantu beres-beres rumah, atau jika saya pulang kelewat sore. Saya tahu, uwa saya tidak keberatan jika saya tinggal di rumahnya. Tapi..., tetap saja. Bagaimanapun juga rumah uwa saya bukanlah rumah saya. Saya tidak merasa bebas sepenuhnya. Saya merasa tidak nyaman dan tidak betah dan selalu inginkan pulang ke rumah orang tua saya. Dimana saya bisa melakukan apapun yang saya mau, tanpa ada rasa sungkan maupun malu. Dimana saya bisa merasa bebas, tidak ada batasan-batasan atau kecemasan-kecemasan yang mengganggu.
Setelah ibu dan kamar pribadi saya, itulah yang selalu membuat saya merindukan rumah; kebebasan dan keleluasaan yang ada di dalamnya. Dua hal yang hanya bisa saya dapatkan di rumah orang tua saya. Yang membuat saya merasa tentram dan bahagia.
NAMA ; Aya Hans
ReplyDeleteTwitter: @jeruknipisanget
Domisili : Tangerang
Link : https://twitter.com/JeruknipisAnget/status/866269130638237696
Yang aku rindukan dari rumah adalah sambut haru, senyum dan tawa ketika melihat kedua orang tuaku dan adikku. Mereka adalah penyemangat hidupku. Aku merindukan mereka seperti aku merindukan aroma buku baru toko buku. Aku mencintainya sama seperti aku mencintai Tuhanku dan koleksi buku-bukuku. Tak ada yang bisa menggantikan kekuatan mereka. Kehidupan di luar sana sudah cukup jahat menjungkir balikkan hidupku. Ketika orang-orang di luar sana sudah tidak memercayaiku lagi tapi keluargaku tetap optimis dan menaruh harap padaku. Itulah yang membuatku bahagia dengan rumah yang kutinggali saat ini.
Nama: Cahyati Rizky H
ReplyDeleteAkun twitter: @crhkiki
Akun ig: @cahyatikiki
Domisili: Jakarta
Link share: https://twitter.com/crhkiki/status/866143984745275392
Jawaban:
Apa yang selalu membuat kamu merindukan rumah? Apakah kebersamaan dengan keluarga? Omelan ayah dan ibu? Masakan ibu? Atau karena alasan lain? Ceritakan dan kasih alasannya.
1. Keceriaan saat berkumpul. Kalo udah kumpul bareng-bareng, entah itu saat sore hari pas udah pada pulang dari kegiatannya, makan atau di waktu weekend, aku dan keluarga suka saling ngeledek, melakukan hal-hal konyol, ngetawain apa aja dan biasanya ada "pelawak" dadakan. Aku dan keluarga (minus mama, karena mama ga ikutan dalam hal ini) suka berebutan makanan, udah kayak berjuang hidup di hutan hahahaha.
2. Ceriwisnya mama sama ayah. Entah itu karena aku susah disuruh makan, mandi, cuma tidur-tidur aja di kasur dan aku susah buat ga begadang.
3. Masakan mama paling enak (makanan buatan eyang juga sih). Walaupun aku susah kalo disuruh makan, tapi kalo makanan yg aku suka udah dan itu buatan mama (atau eyang), aku bisa makan nambah 3x, pokoknya sampe ga ada space di lambung😂
4. Celetukan adek-adek dan ayahku, karena kalo mereka udah bersatu, aku bakal kena bully ujungnya, tapi kalo mereka ga ada, kangen dibully sih. Aku juga suka berantem sama adek-adek aku, bahkan ayahku. Bukan yang berantem sampe diem-dieman sih, berantem lucu-lucuan gitu.
5. Tukeran baju sama mama. Aku hampir se-size sama mama, untuk baju, kalo celana sih beda, gedean mama hahahha. Tapi kalo celana karet suka tukeran juga.
6. My family is my home. Dimana pun mereka berada, disitulah rumahku untuk pulang. Aku ga mau ngulangin kesalahan kedua karena pernah jauh dari keluargaku, sebisa mungkin aku mau selalu dideket mereka💙
Nama: Lina Ernawati
ReplyDeleteTwitter: @Linaernaw
IG: @tinkeirbell
Domisili: Tangerang
Link Share:
https://twitter.com/Linaernaw/status/866295201463115776
Rumah. Satu kata penuh akan makna yang memiliki berjuta keajaiban. Bukan sekadar tempat tinggal atau tempat berteduh. Tapi di sanalah cerita perjalanan hidup akan dimulai, dan di sana pula kelak cerita itu akan menemui titik akhirnya.
Bicara soal rumah membuat pikiran saya terbang pada bangunan sederhana yang penuh kehangatan. Tempat saya tumbuh dan menerima cinta yang besar dari setiap anggota keluarga.
Rumah lah yang menyimpan berjuta kenangan tentang cerita masa kecil saya hingga dewasa. Tembok yang penuh coretan tangan-tangan mungil hingga lantai yang menjadi saksi langkah kaki kecil saya untuk pertama kalinya.
Rumah pula yang menjadi saksi gejolak masa remaja saya. Bertengkar dengan orangtua, menangis karena patah hati, bertengkar dengan kakak, mempercantik diri, bahkan bermanja-manja ketika menginginkan sesuatu.
Hidup sendiri jauh dari rumah membuat saya sadar, bahwa hari buruk di rumah tetap terasa jauh lebih hangat dan menyenangkan daripada kesendirian dalam kebebasan di tanah orang lain.
Makanan yang selalu saya beli perlahan-lahan terasa membosankan. Saya hanya ingin makan ikan asin, tempe dan tahu goreng yang biasa selalu ibu siapkan di meja makan ketika uang mulai menipis.
Ketika saya sakit dan dilanda banyak masalah, rasanya kerinduan saya terhadap rumah dan isinya semakin menggunung. Saya rindu perhatian dan usapan tangan hangat dari ibu.
Mungkin ketika saya jauh dari rumah dan memiliki banyak teman, saya merasa tidak pernah sendirian. Tapi hanya pada rumah dan keluarga lah saya bisa menemukan balasan cinta kasih yang benar-benar tulus.
Sejauh apapun kaki ringkih saya melangkah, rumah dan keluarga akan tetap menjadi tujuan utama saya untuk kembali pulang. Segala kejadian dan kenangan di dalamnya, selalu bisa membuat kerinduan saya membuncah dan terkadang hati saya meraung-raung menginginkan kembali ke bangunan sederhana yang penuh kehangatan itu.