Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Minggu 22 April 2018
Judul :
Hidup Tenang Tanpa Riba
Penulis :
Dwi Suwiknyo dkk
Penerbit :
Diva Press
Cetakan :
Pertama, Maret 2018
Tebal :
252 halaman
ISBN :
978-602-391-524-8
Peresensi :
Ratnani Latifah, Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Riba adalah penetapan bunga atau menambah jumlah
uang pinjamaan saat pengembalian, berdasarkan presentase tertentu dari jumlah
pinjaman pokok. Dalam Islam riba sangat dilarang keras. Hal ini sebagaimana
firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 130.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertawakalah kamu kepada Allah supa kamu mendapat
keberuntungan.”
Dijelaskan pula bahwa Allah melaknat siapa saja yang
berhubungan dengan riba—baik bagi orang yang meminjam atau orang yang
dipinjami. Itulah kenapa sebelum kita terjebak pada praktik riba, maka kita
harus mulai membentengi diri. Buku ini
dengan paparan yang lugas, menarik dan inspiratif mengajak kita untuk belajar
dari pengalaman para penulis tentang bahaya riba, agar kita bisa mengambil
ibrah dari sana.
Memang benar, setiap orang sudah pasti ingin
menikmati hidup yang nyaman dan kecukupan. Namun perlu kita ingat, jangan
sampai hanya karena ingin hidup enak, kita sampai menghalalkan berbagai cara,
termasuk dengan melakukan praktik riba bahkan memakan harta riba. Awalnya tentu saja nikmat, namun berjalannya
waktu, kita pasti sadar bahwa hidup sederhana tanpa riba itu jauh lebih
menenangkan dibanding kaya raya dengan utang riba di mana-mana (hal 10).
Sebagaimana kisah yang dipaparkan Annisa
Pratiwi. Sebelumnya hidupnya baik-baik
saja. Meski pasca pernikahan Annisa dan
suaminya, mereka masih menumpang di
rumah mertua. Sampai suatu hari mereka dihadapkan pada dilema tentang harapan
memiliki sebuah rumah sendiri. Di sinilah semua masalah berakar. Ambisi
memiliki rumah sendiri inilah yang membuat Annisa dan suaminya nekat mengambil
pinjaman di bank. Awalnya mereka bisa membayar cicilan setiap bulan dengan
lancar. Namur berjalannya waktu, mereka mulai kesulitan dalam membayar
cicilan. Apalagi jumlah cicilan terus merambat naik setiap
tahunnya, mengikuti suku bunga yang juga naik setiap tahun.
Pada titik ini mereka menyadari bahwa jalan yang
selama mereka lakukan adalah salah. Namun nasi sudah menjadi bubur. Mereka
sudah terlanjut terjebak pada praktik riba. Lalu bagaimana mereka menghadapi
masalah tersebut? Berhasilkah mereka menyelesaikan masalah dan lepas dari
pusaran riba?
Selain kisah tersebut, masih banyak kisah lain yang
tidak kalah menginspirasi. Seperti Hidup Berkah Tanpa Riba, Insaf dari Riba,
Selagi Masih ada Napas dan banyak lagi. Dari kisah-kisah ini dapat kita saya
simpulkan, bahwa agar kita terbebas dari praktik riba, maka kita harus menjauhi
melakukan utang piutang yang mengandung
riba dalam bentuk apa pun. Kemudian dari diri sendiri, kita harus memiliki niat
kuat untuk menghindari riba. Buku ini
sangat patut kita baca sebagai bahan renungan. Beberapa kekurangan yang ada
tidak mengurangi esensi buku.
Srobyong, 9 Maret 2018
Harganya berapa kak itu bukunya?
ReplyDeletePraktik riba memang menenggelamkan orang yg melakukannya..
Makanya Allah melaknat siapapun yg terlibat praktik riba..
Hargnya 65.000 Mbak. Iya Mbak bener banget, riba meski awalnya terlihat enak, tapi lama kelamaan bikin menderita.
Delete