Saturday, 28 April 2018

[Resensi] Agar Terbebas dari Praktik Riba

Dimuat di Kedaulatan Rakyat, Minggu 22 April 2018


Judul               : Hidup Tenang Tanpa Riba
Penulis             : Dwi Suwiknyo dkk
Penerbit           : Diva Press
Cetakan           : Pertama, Maret 2018
Tebal               : 252 halaman
ISBN               : 978-602-391-524-8
Peresensi         : Ratnani Latifah, Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Riba adalah penetapan bunga atau menambah jumlah uang pinjamaan saat pengembalian, berdasarkan presentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok. Dalam Islam riba sangat dilarang keras. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 130.  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakalah kamu kepada Allah supa kamu mendapat keberuntungan.”

Dijelaskan pula bahwa Allah melaknat siapa saja yang berhubungan dengan riba—baik bagi orang yang meminjam atau orang yang dipinjami. Itulah kenapa sebelum kita terjebak pada praktik riba, maka kita harus mulai membentengi diri.  Buku ini dengan paparan yang lugas, menarik dan inspiratif mengajak kita untuk belajar dari pengalaman para penulis tentang bahaya riba, agar kita bisa mengambil ibrah dari sana.

Memang benar, setiap orang sudah pasti ingin menikmati hidup yang nyaman dan kecukupan. Namun perlu kita ingat, jangan sampai hanya karena ingin hidup enak, kita sampai menghalalkan berbagai cara, termasuk dengan melakukan praktik riba bahkan memakan harta riba.  Awalnya tentu saja nikmat, namun berjalannya waktu, kita pasti sadar bahwa hidup sederhana tanpa riba itu jauh lebih menenangkan dibanding kaya raya dengan utang riba di mana-mana (hal 10).

Sebagaimana kisah yang dipaparkan Annisa Pratiwi.  Sebelumnya hidupnya baik-baik saja. Meski pasca pernikahan  Annisa dan suaminya, mereka masih menumpang  di rumah mertua. Sampai suatu hari mereka dihadapkan pada dilema tentang harapan memiliki sebuah rumah sendiri. Di sinilah semua masalah berakar. Ambisi memiliki rumah sendiri inilah yang membuat Annisa dan suaminya nekat mengambil pinjaman di bank. Awalnya mereka bisa membayar cicilan setiap bulan dengan lancar. Namur berjalannya waktu, mereka mulai kesulitan dalam membayar cicilan.  Apalagi  jumlah cicilan terus merambat naik setiap tahunnya, mengikuti suku bunga yang juga naik setiap tahun.

Pada titik ini mereka menyadari bahwa jalan yang selama mereka lakukan adalah salah. Namun nasi sudah menjadi bubur. Mereka sudah terlanjut terjebak pada praktik riba. Lalu bagaimana mereka menghadapi masalah tersebut? Berhasilkah mereka menyelesaikan masalah dan lepas dari pusaran riba?

Selain kisah tersebut, masih banyak kisah lain yang tidak kalah menginspirasi. Seperti Hidup Berkah Tanpa Riba, Insaf dari Riba, Selagi Masih ada Napas dan banyak lagi. Dari kisah-kisah ini dapat kita saya simpulkan, bahwa agar kita terbebas dari praktik riba, maka kita harus menjauhi melakukan utang piutang  yang mengandung riba dalam bentuk apa pun. Kemudian dari diri sendiri, kita harus memiliki niat kuat untuk menghindari riba.  Buku ini sangat patut kita baca sebagai bahan renungan. Beberapa kekurangan yang ada tidak mengurangi esensi buku.

Srobyong, 9 Maret 2018 

2 comments:

  1. Harganya berapa kak itu bukunya?

    Praktik riba memang menenggelamkan orang yg melakukannya..

    Makanya Allah melaknat siapapun yg terlibat praktik riba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hargnya 65.000 Mbak. Iya Mbak bener banget, riba meski awalnya terlihat enak, tapi lama kelamaan bikin menderita.

      Delete