Saturday, 7 April 2018

[Resensi] Kisah Inspiratif Perjuangan Sahabat Nabi

Dimuat di Analisa Medan, Jumat 6 April 2018 


Judul               : Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad saw
Penulis             : Ummu Ayesha
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Mei 2017
Tebal               : xii + 310 halaman
ISBN               : 978-602-03-4637-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara


Membahas tentang Nabi Muhammad saw, rasanya tidak lengkap jika kita belum memaparkan pula kisah para sahabat yang beruntung hidup dan belajar Islam secara langsung kepada Nabi. Mereka adalah para pejuang tangguh yang dengan gagah berani melindungi Nabi dan ikut berjuang menyebarluaskan Islam. Meski harus mendapat siksa yang pedih, bahkan dikucilkan keluarga, mereka tetap teguh pada keimanannya.  Buku ini dengan paparan bahasa yang sederhana dan memikat mengajak kita mengenal tentang enam puluh kisah para sahabat nabi yang sangat menginspirasi.

Dari kisah-kisah ini kita bisa belajar tentang sikap berani, kesederhanaan, dermawan, saling tolong menolong, saling menyayangi, Saling memaafkan dan banyak sikap lainnya. Sebuah buku yang sangat patut kita baca untuk mengenal sosok-sosok hebat dalam sejarah Islam juga untuk mengambil ibrah, memperbaiki diri.

Sebut saja kisah dari Thalhah bin Ubaidillah ra. Dia termasuk dalam 10 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Dia beriman di masa awal-awal Islam datang. Ketika dia dari perjalan bisnis dia bertemu dengan seorang pendeta dari Bushra. Pendeta itu memberi nasihat kepada Thalhah tentang hadirnya Nabi baru dan anjuran untuk menjadi pengikut Nabi.  Maka setibanya di Makkah Thalhah pun mencari orang dengan ciri-ciri yang disampialan pendeta tersebut. Dengan keyakinan kuat, saat itu Thalhah langsung menyatakan keimannya. Meski kala itu dia harus menerima sikasan dan ancaman dari Naufal bin Khuwailid (hal 2).

Thalhah adalah sosok yang gagah berani. Dia selalu siap maju ke medan perang jika berhubungan dengan jihad fi sabilillah. Ketika dia tidak bisa ikut dalam perang Badar, karena mendapat tugas lain dari Rasulullah, dia kemudian menggantinya dengan ikut perang Uhud. Selain itu dia adalah sosok yang sangat dermawan. Harta yang dia miliki sengaja dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar, hingga tidak bersisa. Bahkan sahabat Said bin Zaid berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang begitu pemurah memberikan harta, pakaian, dan makanan, selain dia!” Selain itu tentu saja masih banyak keunggulan dari sikap Talhah yang ditunjukkan di masa kepemimpinan Ustaman bin Affan.

Lalu ada pula kisah Salman Al –Farisi ra. Sahabat yang berasal dari Persia yang memiliki sikap gigih ketika mencari kebenaran. Awalnya dia adalah seorang Majusi—kepercayaan yang dengan menyembah api (hal 46). Hingga suatu hari saat dia mendapat perintah dari ayahnya, dia melewati sebuah gereja. Di sana dia bertanya-tanya tentang agama tersebut dan tertarik untuk memperlajari.

Sayangnya ketika dia mengutarakan niatnya, sang ayah sangat marah. Tapi kala itu Salman sudah bertekad bulan. Dia tetap pergi ke Syam untuk belajar agama Kristen. Dia sana dia belajar dari satu uskup ke uskup yang lain. Hingga suatu hari salah satu gurunya berpesan agar dia mencari sebuah tempat yang di sana tengah diutus nabi baru yang membawa risalah Nabi Ibrahim. Maka perjalanan Salman pun kembali berlanjut. Meski dia sempat menjadi budak, tapi semangatnya tidak luntur dalam mencari kebenaran. Hingga akhirnya dia berhasil bertemu Nabi Muhammad dan mengucapkan ikrar  keimanannya (hal 50).

Ketika sudah menjadi pengikut Nabi dia merupakan sosok yang tidak pernah gentar ikut dalam perjuangan jihad. Salah satunya dalam perang Khandak. Dengan  kecerdasannya Islam berhasil mengalahkan kaum Quraisy tanpa memakan nyawa.

Selain dua tersebut, kisah lainnya pun tidak kalah seru, menarik dan menginspirasi. Seperti kisah sahabat Mush’ab bin Umair ra., Sang Duta Islam Pertama,  ‘Ammar bin Yasir ra., Sang Pengikut Kebenaran, Zaid bin Haritsha ra., Sang Penghimpun Al-Quran, Khalid bin Walid ra., Si Pedang Allah Swt  dan banyak lagi. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Namun dari sana kita bisa memetik banyak hikmah dan sikap-sikap bijak, kesabaran dan tawadu dari para sahabat. Di mana mereka selalu ikhlas berjuang di jalan Allah. Rela berkorban demi agama. Dan tidak berani bersikap sombong dan ingkar. “Kesombongan sering kali membuat orang buta dari kebenaran.” (hal 262).  Sedikit kesalahan dari buku ini, tidak mengurangi esensi dan pesan yang ingin disampaikan penulis.

Srobyong, 23 Maret 2018 

4 comments:

  1. Yang paling sering aku baca itu kisahnya khalid bin walid si ahli strategi pedang. Pedang nya sgt ditakuti dan mendengar namanya saja musuh2 tak berani melawannya. Keren bgt

    ReplyDelete
  2. Semoga bisa mengambil keteladanan dari kisah para sahabat, resensinya aj udah menarik, apalagi bukunya ya,

    ReplyDelete