Dimuat di Analisa Medan, Jumat 6 April 2018
Judul :
Sirah 60 Sahabat Nabi Muhammad saw
Penulis :
Ummu Ayesha
Penerbit :
Gramedia
Cetakan :
Pertama, Mei 2017
Tebal :
xii + 310 halaman
ISBN :
978-602-03-4637-3
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Membahas tentang Nabi Muhammad saw, rasanya tidak
lengkap jika kita belum memaparkan pula kisah para sahabat yang beruntung hidup dan
belajar Islam secara langsung kepada Nabi. Mereka adalah para pejuang tangguh
yang dengan gagah berani melindungi Nabi dan ikut berjuang menyebarluaskan
Islam. Meski harus mendapat siksa yang pedih, bahkan dikucilkan keluarga,
mereka tetap teguh pada keimanannya. Buku
ini dengan paparan bahasa yang sederhana dan memikat mengajak kita mengenal
tentang enam puluh kisah para sahabat nabi yang sangat menginspirasi.
Dari kisah-kisah ini kita bisa belajar tentang sikap
berani, kesederhanaan, dermawan, saling tolong menolong, saling menyayangi,
Saling memaafkan dan banyak sikap lainnya. Sebuah buku yang sangat patut kita
baca untuk mengenal sosok-sosok hebat dalam sejarah Islam juga untuk mengambil
ibrah, memperbaiki diri.
Sebut saja kisah dari Thalhah bin Ubaidillah ra. Dia
termasuk dalam 10 orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Dia beriman
di masa awal-awal Islam datang. Ketika dia dari perjalan bisnis dia bertemu
dengan seorang pendeta dari Bushra. Pendeta itu memberi nasihat kepada Thalhah
tentang hadirnya Nabi baru dan anjuran untuk menjadi pengikut Nabi. Maka setibanya di Makkah Thalhah pun mencari
orang dengan ciri-ciri yang disampialan pendeta tersebut. Dengan keyakinan
kuat, saat itu Thalhah langsung menyatakan keimannya. Meski kala itu dia harus
menerima sikasan dan ancaman dari Naufal bin Khuwailid (hal 2).
Thalhah adalah sosok yang gagah berani. Dia selalu
siap maju ke medan perang jika berhubungan dengan jihad fi sabilillah. Ketika
dia tidak bisa ikut dalam perang Badar, karena mendapat tugas lain dari
Rasulullah, dia kemudian menggantinya dengan ikut perang Uhud. Selain itu dia
adalah sosok yang sangat dermawan. Harta yang dia miliki sengaja dibagi-bagikan
kepada masyarakat sekitar, hingga tidak bersisa. Bahkan sahabat Said bin Zaid
berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang begitu pemurah memberikan harta,
pakaian, dan makanan, selain dia!” Selain itu tentu saja masih banyak
keunggulan dari sikap Talhah yang ditunjukkan di masa kepemimpinan Ustaman bin
Affan.
Lalu ada pula kisah Salman Al –Farisi ra. Sahabat
yang berasal dari Persia yang memiliki sikap gigih ketika mencari kebenaran.
Awalnya dia adalah seorang Majusi—kepercayaan yang dengan menyembah api (hal
46). Hingga suatu hari saat dia mendapat perintah dari ayahnya, dia melewati
sebuah gereja. Di sana dia bertanya-tanya tentang agama tersebut dan tertarik
untuk memperlajari.
Sayangnya ketika dia mengutarakan niatnya, sang ayah
sangat marah. Tapi kala itu Salman sudah bertekad bulan. Dia tetap pergi ke
Syam untuk belajar agama Kristen. Dia sana dia belajar dari satu uskup ke uskup
yang lain. Hingga suatu hari salah satu gurunya berpesan agar dia mencari
sebuah tempat yang di sana tengah diutus nabi baru yang membawa risalah Nabi
Ibrahim. Maka perjalanan Salman pun kembali berlanjut. Meski dia sempat menjadi
budak, tapi semangatnya tidak luntur dalam mencari kebenaran. Hingga akhirnya
dia berhasil bertemu Nabi Muhammad dan mengucapkan ikrar keimanannya (hal 50).
Ketika sudah menjadi pengikut Nabi dia merupakan
sosok yang tidak pernah gentar ikut dalam perjuangan jihad. Salah satunya dalam
perang Khandak. Dengan kecerdasannya
Islam berhasil mengalahkan kaum Quraisy tanpa memakan nyawa.
Selain dua tersebut, kisah lainnya pun tidak kalah
seru, menarik dan menginspirasi. Seperti kisah sahabat Mush’ab bin Umair ra.,
Sang Duta Islam Pertama, ‘Ammar bin Yasir
ra., Sang Pengikut Kebenaran, Zaid bin Haritsha ra., Sang Penghimpun Al-Quran,
Khalid bin Walid ra., Si Pedang Allah Swt
dan banyak lagi. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun dari sana kita bisa memetik banyak hikmah dan
sikap-sikap bijak, kesabaran dan tawadu dari para sahabat. Di mana mereka
selalu ikhlas berjuang di jalan Allah. Rela berkorban demi agama. Dan tidak
berani bersikap sombong dan ingkar. “Kesombongan sering kali membuat orang buta
dari kebenaran.” (hal 262). Sedikit kesalahan
dari buku ini, tidak mengurangi esensi dan pesan yang ingin disampaikan
penulis.
Srobyong, 23 Maret 2018
Yang paling sering aku baca itu kisahnya khalid bin walid si ahli strategi pedang. Pedang nya sgt ditakuti dan mendengar namanya saja musuh2 tak berani melawannya. Keren bgt
ReplyDeleteKisah Khalid bin Walid paling favorit ya :)
DeleteSemoga bisa mengambil keteladanan dari kisah para sahabat, resensinya aj udah menarik, apalagi bukunya ya,
ReplyDeleteAamiin, semoga. Bukunya memang sangat menginspirasi Mas
Delete