Sunday 1 April 2018

[Resensi] Mengenal Asababun Nuzul dan kandungan Al-Quran

Dimuat di Kabar Madura, Kamis 15 Februari 1018 


Judul               : Juz Amma for Kids
Penulis             : Tethy Ezokanzo & Dian K
Penerbit           : Qibla
Cetakan           : Pertama, 2016
Tebal               : 192 halaman
ISBN               : 978-602-394-137-7
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas lslam Nahdlatu Ulama, Jepara


Al-Quran merupakan kitab terakhir yang diturunkan Allah sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu.  Tidak sebagaimana kitab-kitab sebelunya, Al-Quran itu memiliki banyak keistimewaan. Salah satunya adalah mudah dipelajari dan siapa saja yang mempelajarinya akan memperoleh pahala berlipat ganda. Apalagi jika berkenan menghafalkannya. Dalam sebuah hadis dipaparkan bahwa siapa saja yang menghafalkan Al-Quran maka mereka akan mendapat tiket masuk ke surga.

Buku ini dengan kemasan yang menarik, mengajak anak untuk belajar mengenal asbabun nuzul—kisah di balik turunnya ayat dan memahami kandungan Al-Quran—khususnya juz amma—agar anak mudah menghafalkannya dan dapat meneladani nilai-nilai kebaikan yang ada di sana.  Dan  selain terdapat juz amma beserta terjemahnya, penulis juga menyisipkan dongeng akhlakul kharimah, yang pastinya bisa dijadikan teladan bagi anak.

Misalnya saja dalam Surat An-Naas. Yang mana surat ini turun ketika Rasulullah Saw     sedang sakit yang amat parah. Di mana penyakit itu terlihat aneh karena tidak seperti penyakit pada umumnya. Kemudian dua malaikat mengunjungi Rasulullah. Akhirnya di hari tersebut mereka mengetahui bahwa sakit Nabi ini diakibatkan sihir atau tenun dari Labid Ibnul A’sham (hal 7).

Untuk menyembuhkan Rasulullah, Ammar bin Yasir serta beberapa sahabat diminta untuk mendatangi sumur—yang merupakan tempat asal muasal sihir itu ada. Di sumur itu mereka menemukan sebuah kotak. Kotak itu pun langsung dibakar. Namun setelah dibakar, di sana terlihat tali dengan 11 simpul dari dalam kotak.

Dan setelah itu Allah pun menurunkan surat An-Naas agar dibaca oleh Rasulullah.  Setiap kali Rasulullah membaca surat An-Naas, maka lepaslah satu buah simpul tali. Dan setelah membaca 11 kali surat An-Naas Nabi pun akhirnya sembuh. Jadi dapat kita simpulkan dari surat ini, Allah mengingatkan kita agar selalu berserah diri kepada Allah—baik dari kejahatan manusia juga dari kejahatan setan dan sihir yang jahat. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan dan Maha Mengetahui. 
Sedang asababun  nuzul dari surat Al-Ikhlas  itu berhubungan erat dengan masalah ke-esaan dan sifat-sifat Allah, yang pernah ditanyakan oleh orang-orang musyrik.  Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Hakim dan Ibnu Khuzaimah, dari Abu Aliyah dari Ubay bin Ka’ab bahwa pada suatu hari orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah saw, “Gambarkan kepada kami bagaimana Tuhan engkau!”. Maka kemudian Rasulullah menjawabnya dalam surat Al-Ikhlas. Di mana dipaparkan bahwa Allah itu satu—Maha Esa. Tempat semua umat bergantung.

Jadi surat Al-Ikhlas ini mengingatkan kita bahwa hanya Allah yang patut disembah. Dia-lah dzat yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Allah. Dia-lah pencipta langit dan bumi juga seluruh hal di dunia. Jangan sampai kita merasa ragu dan mengingkari adanya Tuhan. 

Dalam sebuah kisah teladan, pernah menceritakan tentang Bilal Al-Habsyi yang meski sudah disiksa sangat oleh kafir Quraisy, dia tetap berpegang teguh tentang kebenaran bahwa Allah itu satu. Dia tidak takut mati ketika memilih Islam sebagai agamanya (hal 20).

Lalu ababun nuzul dari surat Al-Ma’un yang ditunkan berkenaan dengan sikap-sikap orang munafik—yaitu orang-orang yang ketika berada di dekat Nabi atau orang muslim mereka mengaku beriman dan melakukan shalat. Namun ketika tidak berada di dekat orang muslim, mereka akan kembali pada kebiasaan lamanya, yaitu mengingkari adanya Allah. Selain itu dipaparkan juga orang-orang munafik ini pelit dan tidak suka bersedekah.

Surat ini mengingatkan kepada kita agar selalu ikhlas ketika beribadah kepada Allah. Jangan menjadi orang yang riya—memamerkan apa yang kita lakukan, mendustakan agama, bersikap kasar kepada anak-anak yatim. Dan kita juga diingatkan untuk suka menolong orang  lain, gemar sedekah sebagai bekal di akhirat nanti.

Selain tiga surat ini tentu saja masih banyak surat-surat lain yang pastinya bisa kita ambil pelajaran dari asbabun nuzul sebuah surat juga kandungannya. Di sisi lain kisah-kisah akhlakul karimah yang termaktub di dalamnya juga bisa dijadikan renungan. Buku ini selain patut dibaca anak-anak juga sangat bagus dibaca oleh orangtua sebagai pendamping anak ketika belajar membaca dan menghafal Al-Quran.

Srobyong, 30 Desember 2017 

2 comments:

  1. Buku agama yang ditujukan sebagai bacaan anak masih relevan sekali dibaca orang dewasa. Membaca ulasan di atas membuat saya sadar satu hal, saya kurang mengetahui kisah-kisah nabi dan para sahabat..

    ReplyDelete

  2. Iya Mas buku ini baik anak atau dewasa tetap bisa baca.

    Ayo Mas mulai baca.😁😄 kalau buku sahabat saya rekomendasikan buku terbitan Gramedia "Siroh Sahabat Nabi" Ummu Ayesha

    Kalai untuk kisah nabi bisa baca "The Prophet Kisah Hikmah 25 Nabi" Dian Noviyanti, Gramedia

    Bisa cek ulasan saya dulu Mas 😄😁


    http://tulisanelratnakazuhana.blogspot.co.id/2017/10/resensi-meneladani-nilai-nilai-luhur.html?=1



    ReplyDelete