Judul
: Unexpected Love
Penulis :
Nurillah Iryani
Editor :
Weka Swasti
Penerbit : Stiletto Book
Cetakan : 1, November 2015
Halaman :
175 hlm
ISBN : 978-602-7572-43-0
“Karena pernikahan itu penuh
cobaan. Saat itu terjadi, yang dibutuhkan
adalah pengertian.” (hal. 110)
Membaca novel karya Nurillah Iryani
mengingatkan, bahwa mengarungi bahtera rumah tangga itu tidak selamanya
berjalan mulus. Karena kadang ada
kalanya pernikahan itu penuh percobaan. Kesetiaan diuji dan pengertian satu
sama lain sangat diperlukan. Hanya saja mampukan seseorang menurukan ego yang
dimiliki demi sebuah ikatan?
Novel ini menceritakan tentang Anya.
Perempuan urban yang memang lebih
mementingkan karir daripada cinta. Yang memiliki pandangan single itu jauh
lebih baik daripada berada dalam relationship yang membuat tidak bahagia.
(hal. 7)
Lalu Radit yang tengah bermasalah
dengan pernikahan yang sudah dijalaninya selama 10 tahun terakhir bersama Gina.
Awalnya pernikahan mereka nampak baik-baik saja. sampai kemudian kenyataan Gina
yang tidak bisa memiliki anak, membuat perempuan itu teramat sedih dan kemudian
memilih sibuk dengan pekerjaannya sebagai penggacara kondang. Hal ini membuat
Radit merasa kosong. Dia memiliki istri tapi seperti menjadi lelaki lajang.
Di tengah keadaanya yang tengah
tidak stabil itu, dia bertemu Anya. Sikap Anya yang polos dan menyenangkan
membuat kekosongan yang selama ini Radit rasakan perlahan mencair. Bersama Anya
dia seperti mendapat udara baru yang menyegarkan.
Bagi sebagian orang yang sudah
menikah sering mengatakan ini, “It’s good tobe alone sometimes.” Tapi
tidak dengan Radit. Dia malah sebaliknya. “I’m sure good to be together
sometimes.” (hal. 48)
Kesibukan Gina membuat Radit
benar-benar merasa kesepian. Dia selalu ingin memperbaiki hubungan itu. Dia
ingin mempertahankan pernikahan yang sudah dibangun. Radit bahkan tidak marah
dengan kekurangan Gina yang tidak bisa memiliki anak. Tapi ternyata hal itu
tidak semudah perkiraannya karena Gina tetap memilih berjibaku dengan pekerjaanya
dan selalu sensitif jika menyinggung masalah anak.
Anya sangat tahu, bahwa Radit adalah
lelaki yang sudah beristri. Tapi apa salanya berteman dengan lelaki yang memiliki
istri. Apakah berteman itu dosa? Itulah pemikiran Anya pada awalnya. Meski pemiriran
itu ditolak mentah-mentah oleh Muti, sahabatnya.
Hanya saja apakah benar kedekatan
antara laki-laki dan perempuan bisa hanya sebatas teman? Itulah yang menjadi
permasalahannya sekarang. Mengingat berbagai kejadian yang selama ini mereka alami,
baik Radit dan Anya merasa menyadari ada segaris perasaan aneh yang harus
ditepis. Entah bagaimana kisah mereka. Apakah
Anya akan menyerah dengan perasaanya? Dan siapa yang nanti akan dipilih Radit
mengingat rumah tanggnya memang sudah kacau balau.
Novel ini asyik. Gaya bahasanya
ringan dan enjoy untuk dinikmati. selipan-selipan komedi yang ada cukup membuat
senyum mengembang. Memakai sudut pandangan orang pertama dari masing-masing
tokoh, membuat seolah bisa menyelami karakter masing-masing. Hanya saja kadang
masih terasa ada persamaan dari tutur bahasa dari Radit dan Anya. Untungnya memang
ada kebiasaan yang menjadi ciri khas keduanya yang bisa langsung mengingatkan
bahwa ini adalah Radit—yang suka mengatakan ketek dan Anya—dengan kutu-nya. Tapi
entah kenapa porsi antara Anya dan Radit malah lebih banyak Radit, ya? Tapi
lepas dari itu novel ini patut dibaca. Karena akan membuka mindset lain tentang
celah sebuah perselingkuhan.
Kisah ini mengingatkan bahwa dalam
membina pernikahan hal yang terpenting adalah saling keterbukaan dan
pengertian. Pernikahan tidak akan
berjalan jika hanya satu pihak yang selalu berusaha mengalah.
Setiap permasalahan yang ada dalam
rumah tangga itu harus diselesaikan berdua. Seberapa berat keadaan seseoang
harusnya berusaha move on bukan malah menyalahkan diri sendiri terus
hingga membuat orang lain ikut tertekan.
Quote yang aku sukai dari novel ini
adalah :
You know, making someone happy will
always make you happy too. (Hal. 76)
Ternyata kehilangan satu sahabat itu
lebih berat daripada kehilangan emas sekarung.
Emas sekarung bisa dicari lagi meskipun mungkin ngumpulinnya harus
sampai jompo. Sedangkan sahabatkan, enggak ada yang jual. (Hal. 95)
Srobyong, 25 April 2016
No comments:
Post a Comment