Judul : Unforgettable Sunset; Love in
Santorini
Penulis :
Indah Hanaco
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal :
252 halaman
ISBN : 978-602- 03-6105-5
“Bukan soal yakin atau tidak. Aku
tidak siap untuk berhubungan lebih jauh dengan seseorang. Aku sudah membuat
tiga kebodohan, itu lebih dari cukup.”
(hal 217).
Masih mengambil tema cinta dengan
masa lalu kelam, yang menjadi latar tokoh, Indah Hanaco hadir kembali dengan
kisah menarik yang dieksekusi dengan
apik. Memang benar tema yang diangkat bisa dibilang sudah biasa. Namun jangan
khawatir karena cinta masih selalu menarik dan di tangan Mbak Indah dengan
sentuhan yang apik, maka novel ini tetap memiliki nilai jual yang pastinya akan
sangat asyik dan menghibur buat dibaca. Belum
lagi selain mengangkat masalah cinta, ada juga masalah keluarga, agama yang
pastinya akan mengetuk relung hati kita.
Novel ini sendiri menceritakan
tentang dua tokoh—Masha dan Terry yang
sama-sama memiliki masa lalu kelam. Keduanya punya alasan masing-masing untuk
tidak terikat dalam sebuah hubungan.
Masha Sedgwick wanita lajang berusia
32 tahun, namun tidak juga berkeinginan
untuk menikah. Bahkan dalam
catatan sejarah hidupnya dia sudah menyakiti tiga pria yang pernah menjadi
tunangannya.
“Aku adalah tunangan pertamanya,
sebelum dia mencampakkanku. Kau yang ketiga. Selamat datang di Klub Korban Miss
Sedgwick.” (hal 11).
Ada masa lalu kelam yang menjadi
latar belakang Masha melakukan hal gila itu. Dia terlalu takut dikhianati dengan berbagai alasan. Oleh karenanya dia
lebih suka berhubungan suka sama suka tanpa harus melintasi batasan yang telah
dia buat.
Terry seorang veteran yang berusia
27 tahun. Masih cukup mudah namun, perjalanan hidup menempanya menjadi sosok
dewasa. Namun karena pengalaman itu, Terry berubah menjadi playboy kelas kakap
yang suka bergonta-ganti pasangan. Belum
lagi bekas luka dari tugasnya di Fallujah, ternyata meninggalkan pesakitan yang
cukup membuat Terry menderita. Dia mengalami
cedera otak yang mungkin tidak bisa disembuhkan.
Keduanya seolah sudah sangat yakin
dengan pilihan tersebut—melajang dan hanya bermain-main soal cinta. Namun siapa sangka pertemuan keduanya di
Santorini yang awalnya hanya sebuah ketidaksengajaan menjadi sesuatu yang mendebarkan.
Meski Masha selalu bersikap waspada yang menjaga jarak, kedekatan itu tetap tak
bisa dihindari. “Jangan selalu mencurigai niat baik seseorang, Masha.” (hal
58).
“Jangan terlalu cepat mengambil
kesimpulan hanya dari apa yang tampak sekilas. Kau akan kaget saat tahu siapa
sebenarnya aku, apa yang kualami. Terry Sinclair tak selalu seperti apa yang
terlihat. Percayalah!” (hal 89).
Masha pun mulai melunak. Setidaknya dia
harus menghormati orang yang pernah menyelamatkannya di Santorini dalam insiden
yang mendebarkan. Maka mereka pun berjanji untuk menikmati keindahan Santorini
bersama-sama. Sayangnya ketika keduanya
sudah mulai akrab, insiden tidak terduga membuat mereka tidak bertemu dan
meninggalkan kesalahpahaman. Baru lima bulan kemudian Terry tiba-tiba muncul
dengan sebuah pernyataan yang terduga. Masha
tidak pernah menyadari kehadirannya telah merubah keputusan Terry dalam
sekejap.
“Aku harus memastikan kau tidak
bersama orang lain. Kau tidak boleh melakukan itu, Miss Masha. Bertunangan
dengan lelaki mana pun, dengan alasan apa pun. Aku takkan membiarkan itu
terjadi. Mulai saat ini, aku ingin kau cuma memandangku, memikirkanku. Alasan
aku berbuah bergitu egois? Aku jatuh cinta padamu. C-I-N-T-A.” (hal 112).
Kisah keduanya sangat menarik dan
bikin penasaran. Ada sisi humor juga sesekali bikin gregetan. Yang menjadi
pertanyaannya adalah bagaimana akhir hubungan mereka? Apakah Masha tetap
memilih melajang selamanya? Dan beranikah Terry mengikat hubungan serius dengan
Masha setelah beberapa kejadian yang membuat Terry terjungkal? Dan latar masa
lalu seperti apa yang sebegitu menghantui Masha dan Terry?
Membaca novel ini sesekali akan
membuatku tersenyum setiap kali melihat interaksi Masha dan Terry. Namun ada
kalanya juga aku gregetan dengan sikap mereka yang bikin geleng-geleng kepala.
Keunggulan dari novel ini adalah
keberanian Mbak Indah dalam mengeskplore tentang seorang veteran yang, bisa
dibilang cukup jarang diangkat penulis lain. Karena yang sering saya baca
adalah para CEO tampan yang bikin klepek-klepek J Peace dua jari. Untuk penggarapan
tokoh pun sangat konsisten. Dan pemilihan
alur maju mundur, cukup membantu untuk menambah rasa penasaran dengan masalalu
kedua tokoh. Kemudian gaya bahasa yang
renyah juga menjadi modal kuat membuat pembaca tidak bosan selama membaca. Dan tidak
ketinggalan adalah banyak kosa kata baru yang bisa pelajari dari tulisan Mbak
Indah ini.
Secara keseluruhan novel ini memang
asyik banget untuk dibaca sebagai teman di akhir pekan. Tapi jangan salahkan
penulis, kalau jadi penasaran untuk ikut mendatangi Santorini, yak. Karena
memang tempatnya sangat indah. Saya juga jadi termehek-mehek pengen ke sana.
Untuk kekurangannya saya hanya
menemukan satu yang bikin mengernyit. Mungkin ini salah tulis, ya? “Dengan
Judd? Kali kau benar-benar serius, ya?”
(hal 3) Mungkin kata berwarna mereh itu maksudnya kalian atau kali ini? Selebihnya sepertinya aman-aman saja. Semua mengalir.
Membaca novel ini saya belajar
keluarga harus saling terbuka. Orangtua adalah panutan bagi seorang anak, olek
karena itu perlu ada keterbukan dan teladan yang baik. Saya juga belajar, bahwa
masa lalu boleh saja melukai, tapi kita harus belajar untuk bangkit dan terus
memperbaiki diri.
Berikut beberapa quote favorit dari
novel ini :
Pengalaman mengajarkan, masalah yang dibiarkan berlarut-larut, meski berawal dari persoalan kecil, bisa meraksasa dan berbahaya (hal 158).
Esensi dari mencintai adalah menerima kelebihan dan kekurangan pasanganmu dengan hati lapang (hal 200).
Manusia baik atau tidak, bukan ditentukan agama (hal 71).
Srobyong, 11 November 2017
Kyaknya novelnya bikin baper
ReplyDeletesaya jarang baca novel romancee
Hhhe ya begitulah Mas. Tapi asyik dan seru :)
Delete