Saturday, 11 November 2017

[Review Buku] Cinta, Masa Lalu dan Perjalanan yang Mengesankan




Judul               : Unforgettable Sunset; Love in Santorini
Penulis             : Indah Hanaco
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : 252 halaman
ISBN               : 978-602- 03-6105-5

“Bukan soal yakin atau tidak. Aku tidak siap untuk berhubungan lebih jauh dengan seseorang. Aku sudah membuat tiga kebodohan, itu lebih dari cukup.” (hal 217).

Masih mengambil tema cinta dengan masa lalu kelam, yang menjadi latar tokoh, Indah Hanaco hadir kembali dengan kisah menarik yang  dieksekusi dengan apik. Memang benar tema yang diangkat bisa dibilang sudah biasa. Namun jangan khawatir karena cinta masih selalu menarik dan di tangan Mbak Indah dengan sentuhan yang apik, maka novel ini tetap memiliki nilai jual yang pastinya akan sangat asyik dan menghibur buat dibaca.  Belum lagi selain mengangkat masalah cinta, ada juga masalah keluarga, agama yang pastinya akan mengetuk relung hati kita.

Novel ini sendiri menceritakan tentang  dua tokoh—Masha dan Terry yang sama-sama memiliki masa lalu kelam. Keduanya punya alasan masing-masing untuk tidak terikat dalam sebuah hubungan. 

Masha Sedgwick wanita lajang berusia 32 tahun, namun tidak juga berkeinginan  untuk menikah. Bahkan  dalam catatan sejarah hidupnya dia sudah menyakiti tiga pria yang pernah menjadi tunangannya.

“Aku adalah tunangan pertamanya, sebelum dia mencampakkanku. Kau yang ketiga. Selamat datang di Klub Korban Miss Sedgwick.” (hal 11). 

Ada masa lalu kelam yang menjadi latar belakang Masha melakukan hal gila itu. Dia terlalu takut dikhianati  dengan berbagai alasan. Oleh karenanya dia lebih suka berhubungan suka sama suka tanpa harus melintasi batasan yang telah dia buat.

Terry seorang veteran yang berusia 27 tahun. Masih cukup mudah namun, perjalanan hidup menempanya menjadi sosok dewasa. Namun karena pengalaman itu, Terry berubah menjadi playboy kelas kakap yang suka bergonta-ganti pasangan.  Belum lagi bekas luka dari tugasnya di Fallujah, ternyata meninggalkan pesakitan yang cukup membuat Terry menderita.  Dia mengalami cedera otak yang mungkin tidak bisa disembuhkan.

Keduanya seolah sudah sangat yakin dengan pilihan tersebut—melajang dan hanya bermain-main soal cinta.  Namun siapa sangka pertemuan keduanya di Santorini yang awalnya hanya sebuah ketidaksengajaan menjadi sesuatu yang mendebarkan. Meski Masha selalu bersikap waspada yang menjaga jarak, kedekatan itu tetap tak bisa dihindari. “Jangan selalu mencurigai niat baik seseorang, Masha.” (hal 58).  

“Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan hanya dari apa yang tampak sekilas. Kau akan kaget saat tahu siapa sebenarnya aku, apa yang kualami. Terry Sinclair tak selalu seperti apa yang terlihat. Percayalah!” (hal 89).

Masha pun mulai melunak. Setidaknya dia harus menghormati orang yang pernah menyelamatkannya di Santorini dalam insiden yang mendebarkan. Maka mereka pun berjanji untuk menikmati keindahan Santorini bersama-sama. Sayangnya ketika  keduanya sudah mulai akrab, insiden tidak terduga membuat mereka tidak bertemu dan meninggalkan kesalahpahaman. Baru lima bulan kemudian Terry tiba-tiba muncul dengan sebuah pernyataan yang terduga.  Masha tidak pernah menyadari kehadirannya telah merubah keputusan Terry dalam sekejap.

“Aku harus memastikan kau tidak bersama orang lain. Kau tidak boleh melakukan itu, Miss Masha. Bertunangan dengan lelaki mana pun, dengan alasan apa pun. Aku takkan membiarkan itu terjadi. Mulai saat ini, aku ingin kau cuma memandangku, memikirkanku. Alasan aku berbuah bergitu egois? Aku jatuh cinta padamu. C-I-N-T-A.” (hal 112).

Kisah keduanya sangat menarik dan bikin penasaran. Ada sisi humor juga sesekali bikin gregetan. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana akhir hubungan mereka? Apakah Masha tetap memilih melajang selamanya? Dan beranikah Terry mengikat hubungan serius dengan Masha setelah beberapa kejadian yang membuat Terry terjungkal? Dan latar masa lalu seperti apa yang sebegitu menghantui Masha dan Terry?

Membaca novel ini sesekali akan membuatku tersenyum setiap kali melihat interaksi Masha dan Terry. Namun ada kalanya juga aku gregetan dengan sikap mereka yang bikin geleng-geleng kepala.
Keunggulan dari novel ini adalah keberanian Mbak Indah dalam mengeskplore tentang seorang veteran yang, bisa dibilang cukup jarang diangkat penulis lain. Karena yang sering saya baca adalah para CEO tampan yang bikin klepek-klepek J Peace dua jari.  Untuk penggarapan tokoh pun sangat konsisten.  Dan pemilihan alur maju mundur, cukup membantu untuk menambah rasa penasaran dengan masalalu kedua tokoh.  Kemudian gaya bahasa yang renyah juga menjadi modal kuat membuat pembaca tidak bosan selama membaca. Dan tidak ketinggalan adalah banyak kosa kata baru yang bisa pelajari dari tulisan Mbak Indah ini.

Secara keseluruhan novel ini memang asyik banget untuk dibaca sebagai teman di akhir pekan. Tapi jangan salahkan penulis, kalau jadi penasaran untuk ikut mendatangi Santorini, yak. Karena memang tempatnya sangat indah. Saya juga jadi termehek-mehek pengen ke sana.

Untuk kekurangannya saya hanya menemukan satu yang bikin mengernyit. Mungkin ini salah tulis, ya? “Dengan Judd? Kali kau benar-benar serius, ya?” (hal 3) Mungkin kata berwarna mereh itu maksudnya kalian atau kali ini?  Selebihnya sepertinya aman-aman saja. Semua mengalir.

Membaca novel ini saya belajar keluarga harus saling terbuka. Orangtua adalah panutan bagi seorang anak, olek karena itu perlu ada keterbukan dan teladan yang baik. Saya juga belajar, bahwa masa lalu boleh saja melukai, tapi kita harus belajar untuk bangkit dan terus memperbaiki diri.

Berikut beberapa quote favorit dari novel ini :

Pengalaman mengajarkan, masalah yang dibiarkan berlarut-larut, meski berawal dari persoalan kecil, bisa meraksasa dan berbahaya (hal 158).



Esensi dari mencintai adalah menerima kelebihan dan kekurangan pasanganmu dengan hati lapang (hal 200). 



Manusia baik atau tidak, bukan ditentukan agama (hal 71). 


Srobyong, 11 November 2017




2 comments: