Monday, 27 August 2018

[Resensi] Menyucikan Hati dengan Mengkaji Al-Quran

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 12 Agustus 2018


Judul               : Revive Your Heart
Penulis             : Nouman Ali Khan
Penerjemah      : Rini Nurul Badariah
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, April 2018
Tebal               : 176 halaman
ISBN               : 978-602-418-175-8
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Hati memiliki pengaruh besar dalam kehidupan kita. Rasulullah pernah berkata bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika dia baik, maka seluruh tubuh pun baik. Namun jika dia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh.  Dan perlu kita ketahui, segumpal daging itu maksudnya adalah hati.

Bisa dibilang hati adalah pangkal segala perbuatan kita. Misalnya saja ketika terjadi berbagai tindakan amoral; seperti meneror, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan lain sebagaianya. Jika kita melihat lebih dalam, terjadinya tindakan tersebut adalah karena hati yang kotor. Ketika hati kotor, kita cenderung melakukan perbuatan tercela atau jahat. Sebaliknya jika hati kita bersih, maka kita cenderung untuk melakukan kebaikan. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga hati dan mengobatinya agar tetap bersih dan sehat.  Di antara cara mengobati hati agar tetap sehat dan bersih adalah dengan mengkaji Al-Quran.

Buku ini dengan paparan yang cerdas, lugas  dan kritis, akan mengajak kita untuk mengkaji Al-Quran secara mendalam. Diambil dari kumpulan ceramah yang pernah dilakukan oleh Nouman Ali Khan, kita bisa memetik hikmah dan inspirasi tentang bagaimana cara memurnikan hati melalui terapi Al-Quran agar selalu sehat dan bersih.

Agar hati tenteram, bersih, sehat dan tidak mudah berkarat, maka kita harus selalu berpikir positif. Artinya jangan berburuk sangka kepada orang lain. Karena memiliki pikiran negatif hanya akan membuat kita sakit hati dan benci kepada orang lain. Padahal membenci orang lain adalah perbuatan tercela.  Dalam surat Al-Hujurat ayat 12 dijelaskan, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain  (hal 43).

Dalam ayat ini kita ditekankan untuk tidak memiliki prasangka buruk  baik kepada Allah atau manusia biasa. Kita juga tidak boleh  suka mencela, mencari kesalahan, mematai-matai, mengintai serta membicarakan keburukan orang lain. Sikap-sikap tersebut adalah tanda penyakit hati. Oleh karena itu penting bagi kita untuk  mengubah cara berpikir kita.  Yaitu dengan berpikir positif kepada siapa saja. Hal itu lebih aman dan bermanfaat.

Kemudian, jangan bersikap takabur. Yaitu sikap merasa lebih besar daripada orang lain. Apa pun kapasitas kita, kita semua dianugerahi posisi pemimpin.  Baik ketika menjadi pemimpin keluarga, manajer kantor,   menjadi pemimpin suatu daerah atau negara dan lain sebagainya.  Akan tetapi ketika menjadi pemimpin kita tidak boleh bersikap takabur. Kita harus bersikap lemah lembut dalam bersikap, baik dalam ekpresi wajah dan emosi. Kita tidak boleh merasa lebih hebat karena memiliki posisi yang lebih tinggi.  Anjuran bersikap lemah lembut sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159, “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.” (hal 59).

Selanjutnya adalah jangan bersikap batil. Yaitu mencurangi orang lain dalam mengumpulkan harta. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari surat Al-Baqarah ayat  188. “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”  (hal 70-7).

Kita hidup memerlukan uang. Namun perlu kita catat, dalam mengumpulkan uang atau harta kita tidak boleh melakukannya dengan cara yang batil atau salah. Seperti dengan mempraktikkan riba,  melakukan penipuan, korupsi atau menyogok pemerintah untuk kepentingan diri sendiri, agar harta yang kita peroleh bisa bertambah.  Kita harus mengetahui bahwa harta yang baik itu disertai berkah, sedangkan harta yang kotor itu disertai laknat.  Oleh karean itu, agar harta yang kita peroleh itu berkah, maka kita harus memcarinya dengan cara yang baik.

Selain sikap-sikap tersebut, masih banyak sikap lain yang dipaparkan dalam buku ini.  Seperti putus asa, lalai, cinta dunia dan banyak lagi.  Buku ini sangat patut dibaca dan diamalkan.

Srobyong, 13 Juli 2018

No comments:

Post a Comment