Dimuat di Analisa Medan, Jumat 20 Juli 2018
Judul : Komik Sahabat Anak Muslim
Penulis : Watiek Ideo & Riera Faaizah D
Ilustrator : Wawan Kunkang
Penerbit : Qibla
Cetakan : Pertama, April 2018
Tebal : 165 halaman
ISBN : 978-602-455-519-1
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Manusia adalah makluk sosial, yang tidak bisa hidup sendirian. Manusia selalu
memerlukan bantuan orang lain. Artinya dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan
berhubungan dengan banyak orang. Baik dalam lingkup keluarga, tetangga, saudara
atau sahabat. Oleh karena itu, untuk menjaga hubungan baik dengan sesama
manusia, kita harus menjaga silaturrahmi.
Jangan sampai kita merusak hubungan atau memutuskan tali persaudaraan.
Agar kita bisa menjaga diri dari berbagai perbuatan
buruk, maka kita perlu dibekali dengan pendidikan akhlakul karimah atau akhlak
terpuji. Buku ini dengan paparan yang lugas dan renyah, menghadirkan
kisah-kisah menarik bertema akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari, yang pas
untuk dibaca anak-anak. Sebagaimana kita ketahui, sejak dini anak harus
dibekali pendidikan akhlak yang baik dan benar, agar anak tumbuh menjadi
pribadi yang berakhlakul karimah. Pendidikan akhlak akan membangun pondasi kuat
anak, agar menjadi sosok yang bertanggung jawab di kemudian hari.
Salah satu cara terbaik
dalam mengenalkan anak pada pendidikan akhlak adalah melalui media baca dan
gambar. Dan saya rasa buku karya Watiek Ideo & Riera Faaizah D sangat pas
untuk dijadikan pilihan. Karena buku ini
memakai format komik, yang menggabungkan antara gambar dan tulisan. Selain itu
pilihan format komik juga akan
memudahkan anak dalam memahami cerita, karena bahasanya sederhana, pendek dan
tidak membingungkan.
Di antaranya ada kisah berjudul “Sang Pahlawan” yang
menceritakan tentang bagaimana kita harus bersikap kepada binatang. Meski kita
tidak suka terhadap binatang tertentu, kita tidak boleh kasar. Kita harus tetap
menyayanginya dan tidak menyakitinya. Karena setiap makhluk diciptakan Allah
dengan manfaat masing-masing.
Hal ini senada dengan hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi, “Setiap makhluk diciptakan untuk memberi manfaat bagi
kehidupan, terutama bagi manusia. Namun, kita terkadang lupa untuk
mensyukurinya. Tak perlu membenci berlebihan jika kamu tidak suka kepada
binatang tertentu. Biarkan binatang hidup damai dengan tidak menyakiti mereka.
ketahuilah siapa yang ada di bumi, niscaya kalian dikasihi oleh yang ada di
langit.” (hal 16).
Ada pula kisah berjudul “Kok, Bekas?” yang
menceritakan tentang masalah bakti sosial.
Fikri awalnya semangat untuk mengikuti bakti sosial dan siap
menyumbangkan barang-barang bekas miliknya yang sudah tidak terpakai. Namun
ketika mendengar Najib, temannya bahwa kalau sedekah harus memberikan sesuatu
yang baru, Fikri pun jadi ragu dan malas.
Dalam kisah ini kita diingat bahwa yang terpenting dari sedekah itu
bukan soal barang yang diberikan. Namun
yang penting adalah keikhlasan saat melakukan sedekah dan tidak
memamerkan apa yang disedekahkan.
Tidak kalah menarik ada kisah berjudul “Rapat Acara
Maulid Nabi” yang mengisahkan tentang sikap Nisa ketika diberi amanah oleh
gurunya. Dia diminta gurunya untuk
mengikuti rapat dalam rangka membahas persiapan acara maulid Nabi. Namun Nisa
terlalu santai, dia selalu menunda-nunda pekerjaan, hingga akhirnya dia
terlambat dan kebingungan. Dia takut akan dimarahi gurunya, juga malu pada
teman-temannya. Lalu apa yang akan dilakukan Nisa?
Kisah ini mengingatkan kita untuk selalu bertanggung
jawab dengan tugas kita. Kita tidak boleh mengingkari janji yang sudah kita
buat. Menepati janji akan membawa
kebaikan. Dalam surat Ali Imaran
dijelaska, “(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang
dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang
bertakwa.” (hal 80).
Selain tiga kisah itu, masih ada tujuh kisah lain
yang seru dan menarik. Masing-masing
kisah memiliki kekurangan dan kelebihan.
Seperti kisah “Sahabat Suka Duka” yang mengajarkan kita untuk saling
tolong menolong kepada yang membutuhkan. Atau ada pula kisah “Minggi, Dong!” yang mengingatkan kita untuk
tidak mengolok-olok orang lain dan jangan memanggil nama teman kita dengan
panggilan buruk. Karena bisa jadi orang yang kita cela itu lebih baik. Dan masih banyak lagi. Dilengkapi dengan
penjelasan Al-Quran dan hadist, buku ini sangat menarik dan patut dikenalkan
kepada anak.
Srobyong, 29 Juni 2018
No comments:
Post a Comment