Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 10 Agustus 2018
Judul :
Never Let Me Go
Penulis :
Kazuo Ishiguro
Penerjemah :
Gita Yulia K
Penerbit :
Gramedia
Cetakan :
Pertama, 2017
Tebal :
360 halaman
ISBN :
978-979-227-493-6
Peresensi :
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
Novel ini ditulis oleh Kazuo Ishiguro, pemenang
nobel sastra 2017. Mengambil tema tentang masalah kloning, novel ini mengajak
itu menyelami kehidupan di sebuah asrama
bernama Hailsham yang terlihat menyenangkan dari luar, namun ternyata menyimpan
duri yang menyakitkan. Bagaimana tidak, meskipun di sana mereka diperlakukan
dengan baik; diajari seni, olahraga dan ilmu pengetahuan, anehnya mereka tidak
pernah dibiarkan untuk berhubungan langsung dengan dunia di luar asrama.
“Mungkin semua ini kedengarannya konyol, tapi kau
perlu ingat, bahwa bagi kami, pada tahap itu
dalam kehidupan kami, semua tempat di luar Hailsham bagaikan negeri
khayal; kami hanya punya bayangan kabur tentang dunia di luar sana dan tentang
apa yang mungkin dan tidak mungkin di sana.” (hal 88).
Bisa dibilang Haisham adalah tempat untuk
mengisolasi para murid di asrama tersebut.
di antaranya adalah Kathy, Ruth dan Tommy. Mereka disiapkan untuk memberikan organ-organ
tubuh kepada warga yang membutuhkan yang berada di dunia luar. Alasan kenapa mereka diperlakukan seperti
itu, adalah karena mereka ternyata manusia hasil kloning. Di mana kehidupan
mereka telah diatur dan dibatasi.
Melalui ingatan Kathy yang saat ini telah berusia 31,
kita akan diantarkan pada kehidupan manusia-manusia kloning, dimulai dari
kelahiran, masak kanak-kanak, remaja, hingga dewasa dan meninggal. Para manusia
kloning memang tidak diberi kebebasan hidup. Mereka hidup tanpa melalui fase balita. Dan mereka tidak bisa hidup sampai tua, selayaknya manusia biasa. Karena
mereka memiliki tanggungan untuk memberikan donor tubuh kepada orang lain. Dan
hal itu hanya bisa diakukan 3 sampai 4 kali. Setelah itu mereka harus merelakan
nyawa.
Selain melihat kehidupan para manusia kloning, dalam
novel ini, kita juga akan dihibur dengan kisah persahabatan Kathy, Ruth dan
Tommy yang berujung menjadi cinta segitiga. Meski takdir lagi-lagi membuat kehidupan
mereka penuh kejutan. Yang menjadi
pertanyaannya adalah bagaimana akhir kisah perjalanan tiga sahabat itu serta
manusia kloning lainnya?
Novel ini cukup mengundang rasa penasaran dan
membuat gregetan. Ketika mendengar pertama kali kalau novel “Never Let me Go”
karya Kazuo Ishiguro akan diterbitkan di Indonesia, jujur saya merasa sangat
penasaran. Karena konon di tahun 2005
majalah time menjadikannya sebagai 100 novel bahasa Inggris terbaik.
Selain itu berbagai prestasi yang telah dicapai
penulis, juga menjadi daya tarik tersendiri untuk mengenal karyanya. Namun, kalau boleh jujur ketika akhirnya
membaca buku ini saya cukup bingung dengan cerita yang ingin disampikan. Dan
bisa dibilang novel ini agak membosankan. Alurnya lambat dan bertele-tele. Karena kita hanya mengikuti perjalan masa lalu
hidup Kathy hingga kembali ke kehidupannya di masa kini.
Tapi bukan berarti buku ini tidak bagus. Karena saya
menyadari setiap manusia memiliki selera tersendiri dalam memilih sebuah genre
buku. Jika bagi saya kurang memuaskan,
namun bagi pembaca lain buku ini bisa jadi
sangat bangus. Misalnya ketika saya menengok situs goodreas—salah satu
tempat khusus bagi para penikmat buku untuk melihat berbagai buku, serta tempat
para penikmati buku bisa memberi peringkat buku juga review—buku ini termasuk
buku yang disukai dan mendapat banyak peringkat dari pembaca. Sebagai tambahan
buku ini juga sudah diangkat ke layar lebar tahun. Dan dari beberapa tanggapan
pembaca dan penikmat film, versi filmnya lebih menarik dan jelas daripada versi
buku.
Namun lepas dari kekurangannya, buku ini bisa
menjadi pengingat bahwa manusia semestinya memiliki hati nurani dan tidak
bertindak sewenang-wenang. Kecanggihan teknologi tidak seharusnya dimanfaatkan
untuk kepentingan diri sendiri atau demi memuaskan kesombongan. Kecanggihan teknologi sebaiknya dimanfaatkan
untuk kemaslahatan bersama.
Srobyong, 21 Juli 2018
No comments:
Post a Comment