Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 12 Agustus 2018
Judul :
The Butterfly Garden
Penulis : Dot Hutchison
Penerjemah : Rosemary Kesauly
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, Agustus 2018
Tebal : 376 halaman
ISBN : 978-602-037-949-4
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
The Butterfly Garden merupakan novel bergenre
thriller yang seru, menarik dan membuat
penasaran. Dengan cara bercerita yang tidak umum, seperti kebanyakan novel yang
ada, Dot Hutchison mampu menghadirkan suasana cerita yang hidup dan nyata.
Penulis berhasilkan menggambarkan suasana mencekam, mengerikan dan sarat
kesedihan, lewat tutur kata yang sederhana dan mudah dicerna.
Jika kebanyakan novel misteri thriller memulai
cerita dengan sebuah kasus dan mengakhiri kisah dengan menemukan penjahat, maka
dalam novel ini mengambil cara yang berbeda. Penulis mengawalinya dengan
penemuan korban dari kejahatan, baru secara bertahap menceritakan kejadian apa
yang sebenarnya telah terjadi pada para korban. Akan tetapi yang membuat penasaran adalah
bagaimana akhirnya agen khusus FBI berharil menemukan Taman Kupu-Kupu yang
selalu terisolasi dari dunia luar?
Agen Khusus FBI Victor Hanoverian bersama Brandon
Eddison tidak pernah menyangka bahwa mereka harus menangangi kasus yang sangat
mengerikan. Ketika keberadaan Taman Kupu-kupu—tempat para perempuan muda
diculik dan ditato sayap kupu-kupu sesuai dengan nama yang diberikan kepada
mereka oleh Penjaga Taman—ditemukan, sebuah kisah kelam yang tidak pernah
mereka duga, akhirnya terungkap kepermukaan.
Maya itulah salah satu korban yang diwawancarai agen
FBI untuk memahami seluruh kejadian di Taman Kupu-kupu. Apa yang sebenarnya
terjadi di sana, bagaimana mereka bisa terjebak di tempat itu dan apa saja yang
telah dilakukan pria yang rela melakukan apa saja demi hasrat memerangkap
keindahan selamanya, terhadap mereka. Meski dalam wawancara itu para agen harus
sabar menghadapi sikap Maya yang tidak mudah lunak dan percaya pada orang lain.
Siapa yang ingin hidup terkurung dalam penjara untuk
selamanya? Kebebasan mereka direnggut
secara paksa. Mereka harus terpisah dari keluarga dan terisolasi dari dunia
luar. Itulah yang dirasakan oleh para penghuni Taman Kupu-Kupu. Mereka tiba-tiba diculik dan menjadi barang
koleksi. Tidak hanya jadi koleksi,
mereka juga harus menjadi budak nafsu dari Sang Penjaga Taman dan anak-anaknya;
Avery yang kejam dan Desmon yang mewarisi sikap ayahnya. Selain itu setiap saat kematian akan
mengintai mereka. Yaitu ketika mereka
sakit, atau ketika mereka hamil dan ketika usia mereka sudah 21 tahun. Tidak
hanya dibunuh mereka juga akan diawetkan.
Pelaku kejahatan ini memang bukan orang biasa.
Dengan kekayaan yang melimpah, dia mampu melakukan apa saja yang diinginkan.
Menurutnya apa yang dia lakukan adalah cara terbaik untuk melindungi para
kupu-kupu. Dia meyakini bahwa makhluk cantik itu tidak akan memiliki waktu yang
lama untuk hidup. Oleh karena itu dia memastikan untuk memberikan keabadian
pada kupu-kupu (hal 94). Hal itu terpicu
oleh pengalaman di masa lalu, yang pernah dialami ayahnya, yang kehilangan
seluruh koleksi kupu-kupu karena korslet listrik, sehingga ayahnya kemudian
meninggal.
“Tiga setengah tahu lagi dia akan mengalirkan formalin lewat pembuluh darahku. Aku cukup
kenal dia dan tahu dia akan menemaiku sepanjang waktu, mungkin sambil membelai
rambutku dan menatanya dengan rapi, lalu setelah darahku lenyap, dia akan
memajangku dalam etalase kaca dan memenuhi etalase itu dengan cairan pengawat.”
(hal 225).
Pada awalnya
kegiatan itu berjalan lancar tanpa cela. Semua berjalan sesuai dengan
harapan Penjaga Taman. Hingga suatu hari Desmon, putra bungsunya yang pada
awalnya tidak mengetahui kebiasaan ayah dan kakaknya, mendadak memasuki tempat
itu dan menuntut penjelasan. Di sinilah
keberadaan Desmon menjadi pertaruhan. Apakah dia akan memihak kepada ayahnya
atau memilih membantu melepaskan korban kebiadaban sang ayah dan kakaknya.
Tapi Desmond tetap saja buah yang jatuh tak jauh
dari pohonnya. Dengan alasan menjaga
kehormatan keluarganya, pria itu memilih bungkam dan ikut andil dalam kejahatan
itu. Meski dia hanya memilih Maya dalam setiap laku perbuatannya. Sedari awal
membaca novel ini, kita akan dibuat penasaran bagaimana penulis menuntaskan
kisahnya sampai akhir. Apalagi selama mewawancarai Maya, kita akan dibuat
penasaran dengan latar belakang jati
diri dan sikap Maya yang terkesan menutup-nutupi penyelidikan. Menarik dan recomended buat dibaca. Beberapa
kekurangan yang ada tidak mengurangi keseruan cerita.
Srobyong, 30 Juni 2018
No comments:
Post a Comment