Monday, 27 August 2018

[Resensi] Kebenaran Tentang Taman Kupu-kupu

Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 12 Agustus 2018


Judul               : The Butterfly Garden
Penulis             : Dot Hutchison
Penerjemah      : Rosemary Kesauly
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Agustus 2018
Tebal               : 376 halaman
ISBN               : 978-602-037-949-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

The Butterfly Garden merupakan novel bergenre thriller  yang seru, menarik dan membuat penasaran. Dengan cara bercerita yang tidak umum, seperti kebanyakan novel yang ada, Dot Hutchison mampu menghadirkan suasana cerita yang hidup dan nyata. Penulis berhasilkan menggambarkan suasana mencekam, mengerikan dan sarat kesedihan, lewat tutur kata yang sederhana dan mudah dicerna.

Jika kebanyakan novel misteri thriller memulai cerita dengan sebuah kasus dan mengakhiri kisah dengan menemukan penjahat, maka dalam novel ini mengambil cara yang berbeda. Penulis mengawalinya dengan penemuan korban dari kejahatan, baru secara bertahap menceritakan kejadian apa yang sebenarnya telah terjadi pada para korban.  Akan tetapi yang membuat penasaran adalah bagaimana akhirnya agen khusus FBI berharil menemukan Taman Kupu-Kupu yang selalu terisolasi dari dunia luar?

Agen Khusus FBI Victor Hanoverian bersama Brandon Eddison tidak pernah menyangka bahwa mereka harus menangangi kasus yang sangat mengerikan. Ketika keberadaan Taman Kupu-kupu—tempat para perempuan muda diculik dan ditato sayap kupu-kupu sesuai dengan nama yang diberikan kepada mereka oleh Penjaga Taman—ditemukan, sebuah kisah kelam yang tidak pernah mereka duga, akhirnya terungkap kepermukaan.

Maya itulah salah satu korban yang diwawancarai agen FBI untuk memahami seluruh kejadian di Taman Kupu-kupu. Apa yang sebenarnya terjadi di sana, bagaimana mereka bisa terjebak di tempat itu dan apa saja yang telah dilakukan pria yang rela melakukan apa saja demi hasrat memerangkap keindahan selamanya, terhadap mereka. Meski dalam wawancara itu para agen harus sabar menghadapi sikap Maya yang tidak mudah lunak dan percaya pada orang lain.  

Siapa yang ingin hidup terkurung dalam penjara untuk selamanya? Kebebasan mereka  direnggut secara paksa. Mereka harus terpisah dari keluarga dan terisolasi dari dunia luar. Itulah yang dirasakan oleh para penghuni Taman Kupu-Kupu.  Mereka tiba-tiba diculik dan menjadi barang koleksi.  Tidak hanya jadi koleksi, mereka juga harus menjadi budak nafsu dari Sang Penjaga Taman dan anak-anaknya; Avery yang kejam dan Desmon yang mewarisi sikap ayahnya.   Selain itu setiap saat kematian akan mengintai mereka. Yaitu ketika   mereka sakit, atau ketika mereka hamil dan ketika usia mereka sudah 21 tahun. Tidak hanya dibunuh mereka juga akan diawetkan. 

Pelaku kejahatan ini memang bukan orang biasa. Dengan kekayaan yang melimpah, dia mampu melakukan apa saja yang diinginkan. Menurutnya apa yang dia lakukan adalah cara terbaik untuk melindungi para kupu-kupu. Dia meyakini bahwa makhluk cantik itu tidak akan memiliki waktu yang lama untuk hidup. Oleh karena itu dia memastikan untuk memberikan keabadian pada kupu-kupu (hal 94).  Hal itu terpicu oleh pengalaman di masa lalu, yang pernah dialami ayahnya, yang kehilangan seluruh koleksi kupu-kupu karena korslet listrik, sehingga ayahnya kemudian meninggal.

“Tiga setengah tahu lagi dia akan mengalirkan  formalin lewat pembuluh darahku. Aku cukup kenal dia dan tahu dia akan menemaiku sepanjang waktu, mungkin sambil membelai rambutku dan menatanya dengan rapi, lalu setelah darahku lenyap, dia akan memajangku dalam etalase kaca dan memenuhi etalase itu dengan cairan pengawat.” (hal 225).

Pada awalnya  kegiatan itu berjalan lancar tanpa cela. Semua berjalan sesuai dengan harapan Penjaga Taman. Hingga suatu hari Desmon, putra bungsunya yang pada awalnya tidak mengetahui kebiasaan ayah dan kakaknya, mendadak memasuki tempat itu dan menuntut penjelasan.  Di sinilah keberadaan Desmon menjadi pertaruhan. Apakah dia akan memihak kepada ayahnya atau memilih membantu melepaskan korban kebiadaban sang ayah dan kakaknya.

Tapi Desmond tetap saja buah yang jatuh tak jauh dari  pohonnya. Dengan alasan menjaga kehormatan keluarganya, pria itu memilih bungkam dan ikut andil dalam kejahatan itu. Meski dia hanya memilih Maya dalam setiap laku perbuatannya. Sedari awal membaca novel ini, kita akan dibuat penasaran bagaimana penulis menuntaskan kisahnya sampai akhir. Apalagi selama mewawancarai Maya, kita akan dibuat penasaran dengan latar  belakang jati diri dan sikap Maya yang terkesan menutup-nutupi penyelidikan.  Menarik dan recomended buat dibaca. Beberapa kekurangan yang ada tidak mengurangi keseruan cerita.

Srobyong, 30 Juni 2018

No comments:

Post a Comment