Dimuat di Analisa Medan, Jumat, 23 Maret 2018
Judul : Gaul Cara Nabi
Penulis : Muhamad bin Abdurrahman
Penerjemah : Fedrian Hasmand
Penerbit :Noura Books
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : 196 halaman
ISBN : 978-602-385-244-4
Peresensi : Ratnani
Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.
Nabi Muhammad saw. adalah suri
tauladan bagi seluruh umat. Beliau adalah sosok yang tidak akan pernah habis
dijadikan tokoh panutan dalam berbagai aspek kehidupan—baik dari segi ibadah,
juga akhlakul kharimah. Dalam buku ini pun dipaparkan dengan menarik tentang
bagaimana cara Nabi bergaul sebagai landasan dalam membangun masyarakat. Karena
disadari atau tidak sebagai makhluk sosial kita memang tidak bisa hidup
sendiri. Kita selalu membutuhkan bantuan manusia lainnya.
Apalagi hidup bermasyarakat memang
sudah menjadi fitrah manusia. Namun itu tidak menjamin dalam hubungan
bermasyarakat bisa langsung terbangun dengan baik. Oleh karena itu setiap individu perlu mengetahui bagaimana
adab atau cara bergaul yang baik dan benar.
Buku ini dengan memakai metode info grafis memaparkan dengan menarik dan
memikat tentang bagaimana Nabi Muhammad bergaul yang mana sangat patut
diteladani.
Dalam bermasyarakat beliau memiliki
cara jitu dalam menciptakan harmoni masyarakat. Salah satu kaidah yang
diajarkan adalah, “Perlakukanlah orang lain sebagaimana Anda ingin
diperlakukan.”—kaidah ini sering disebut sebagai “Golden Rule” yang mendorong
orang untuk berhati-hati dalam bertindak ketika menyangkut urusan orang lain.
Di sini berarti dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, Nabi Muhammad
selalu menerapkan aspek psikologi.
Hal pertama yang paling ditekankana
beliau adalah tentang mengucapkan salam.
Karena ucapan salam menunjukkan sikap welas asih, saling peduli kepada
sesama. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dipaparkan, “Kalian
tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman
hingga kalian saling menyayangi. Maukah kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang
mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi.
Sebarkan salam di antara kalian.” (hal 2).
Meski memulai salam bukan hal yang
diwajibkan, namun perlu kita ketahui memulai salam akan membuat kita terbebas
dari rasa sombong dan mengulang salam berarti mengulang kebaikan dan menambah
kebaikan serta keberkahan. Oleh karena itu dalam mengucapkan salam, Nabi
Muhammad juga mengajarkan tentang tata cara yang baik sesuai dengan situasi dan
waktu yang tepat.
Selanjutnya beliau juga mengajarkan
tentang tata cara berkomunikasi yang baik antara sesama. Di sini beliau
mengingatkan agar selalu menjaga lisan supaya tidak berkata buruk dan tercela.
Kalau pun ingin bergurau, hal itu bisa dilakukan. Namun tentu saja tetap
melihat batas koridor yang perlu diperhatikan. Di sini kita diajak mengenl
bagaimana sosok berwibawa Nabi Muhammad yang ternyata juga senang bergurau.
Dipaparkan dalam bergurau kita tidak
boleh berbohong, berolok-olok, mengunjing dan mencemooh (hal 41). Kita harus memerhatikan dengan siapa bercanda,
waktu juga tempat kejadian. Karena guarauan yang berlebihan dan keseringan
dapat menghilangkan wibawa dan menimbulkan perselisihan.
Tidak kalah penting dalam bergaul
dengan masyarakat, seyogyanya kita harus menjadi pribadi yang selalu menepati
janji. Karena menepati janji merupakann
satu prinsip manusia yang sangat penting (hal 50). Mengingat menepati jani berhubungan erat
dengan keimanan kepada Allah. Di samping
itu tidak menepati janji bisa menjerumuskan orang ke dalam kemunafikan. Dan perlu kita catat juga, nilai seorang
muslim sesuai dengan ketetapan kata-kata dan janjinya. Selamanya dia tidak melanggar
janji, karena tahu bahwa hal itu bukan hanya antara dirinya dan orang lain,
melainkan juga antara dirinya dan Allah swt (hal 55).
Kemudian yang harus diperhatikan
juga dalam menjalin hubungan dengan masyarakat, kita harus menjadi pribadi yang
selalu menutup aib—baik aib sendiri atau aib orang lain. Seperti bagaimana Nabi
menyikapi diri ketika disanjung juga ketika dikecam. Sifat menutup aib orang lain adalah salah
satu akhlak mulia, nilai luhur dan sifat baik (hal 74). Rasulullah pernah
bersabda, “Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, niscaya
Allah menutupi aibnya pada hari kiamat.”
Selain apa yang sudah dipaparkan
masih banyak lagi sikap yang harus kita miliki dan praktikkan dalam membangun
hubungan masyarakat yang baik. Bahwa seyognya kita mengikuti cara bergaul
Rasulullah. Buku ini dipaparkan dengan
ringkas dan jelas. Sebuah buku yang patut dibaca oleh semua orang agar menjadi
pribadi yang baik dalam menjalin hubungan kemasyarakatan.
Srobyong, 28 Mei 2017
No comments:
Post a Comment