Wednesday, 24 January 2018

[Resensi] Sukses Menjadi Muslimah Empowered

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 14 Januari 2018 

Judul               : Awe Inspiring Me
Penulis             : Dewi Nur Aisyah
Penerbit           : Ikon imprint of Serambi
Cetakan           : Pertama, Januari 2017
Tebal               : 232 halaman
ISBN               : 978-602-74653-4-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama Jepara

“Sukses adalah milik pembelajaran yang tak kenal lelah. Karena ketika kamu tahu lebih banyak, kamu bisa mencapai lebih banyak.” (hal 18).

Buku ini dengan paparan yang apik dan memikat mengajak kita, menjadi para muslimah yang   luar biasa—muslimah empowered. Dalam artian kita diajak menjadi pribadi yang berani mengukir prestasi, berjuang dan pantang menyerah dalam meraih mimpi tanpa melupakan kodrat kita sebagai seorang wanita—tetap tampil anggun dalam kaidah syar’i, pandai mengelola hati serta dekat dengan Ilahi. Terdiri dari enam bab, buku ini sangat patut kita baca sebagai bekal untuk menjadi muslimah berkualitas, muslimah empowered.

Pada bab pertama kita diajak menjadi muslimah yang berani. Kita pasti sangat paham tentang tuntutan bagi muslimah untuk menutup aurat—menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Jilbab merupakan  identitas diri.  Namun kadang masalah jilbab ini  sering dianggap sebagai penganggu atau penghalang meraih mimpi. Ada mitos yang menganggap dengan berjilbab akan membuat gerak jalan kita dibatasi. Tidak bisa melanjutkan pendidikan—apalagi ke luar negeri, sulit mendapat pekerjaan,  jodoh dan terkengkang di lingkungan sosial.

Padahal sesungguhnya pendapat itu sangat salah. Dalam hal ini Dewi Nur Aisyah—penulis buku ini telah membuktikan, meski dia memakai jilbab, nyatanya dia tetap bisa melanjutkan bidang studinya di luar negeri—tepatnya di London. Dan dia mendapat perlakuan yang hangat. 

Tidak hanya itu Dewi ternyata juga banyak mengukir prestasi. Di antaranya menjadi perwakilan Indonesia di ajang internasional Imagene Cup Student Competition di Mesir  dan finalis Altech Young Scientist Programme pada tahun 2010.  Mark Sanborn pernah berkata, “Tidak ada yang bisa mencegahmu memutuskan menjadi luar biasa.” (hal 21).

Kemudian dalam masalah pekerjaan. Memang kadang kala dalam mencari pekerjaan kita akan menyalami kesulitan. Tergantung dengan ikhtiar dari masing-masing individu. Namun kita harus yakin semua itu tidak ada hubungannya dengan  status kita sebagai muslimah.  Mengutip perkataan Asma Nadia, “Jika kita menjadi yang terbaik di bidangnya, tentu tidak akan ada yang menolak kita.” (hal 25).

Jadi jangan pernah takut menjadi diri sendiri—menjadi muslimah yang berdedikasi. Bisa dikatakan, sukses bukanlah suatu kebetulan. Sukses lahir dari kerja keras, kegigihan, banyak belajar, berani berkorban, dan yang terpenting, mencintai hal yang kamu lakukan.”  

Lalu soal jodoh. Sebagai muslimah kita sepatutnya tidak perlu resah dan galau.  Karena Allah sudah menjanjikan dalam firman-Nya yang suci bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, sedangkan wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik pula.  Jadi sudah menjadi tugas kita dalam masa penantian selalu memperbaiki diri, menjaga kerlip cinta dalam keikhlasan, menjaha kesucian khayalan, lisan, dan perilaku sehari-hari (hal 27).

Lalu pada bab dua, di sini penulis membahas tentang pentingnya menyusun recana masa depan.  Sukses itu tidak terjadi begitu saja, tapi butuh direncanakan. Gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan (hal 45).  Penting kita ketahui dengan mengetahui rencana dan tujuan apa yang ingin kita sampai, maka kita bisa belajar mengenal kondisi lingkungan sekitar, apa yang dibutuhkan dalam mencapai mimpi atau apa saja rintangan yang akan menghadang.

Kita harus benar-benar memanfaat waktu muda kita dengan diisi hal-hal yang bermanfaat.  Ibnu Qayyim berkata, “Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah daripada kematian. Karena, menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari  (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Sedangkan Imam Syafi’i pernah berkata, “Barangsiapa tidak memanfaatkan masa mudanya untuk menuntut ilmu maka bertakbirlah empat kali untunya sebagai tanda kematiannya.” (hal170-118).

Selain dua bab ini, masih ada pembahasan menarik dari bab-ban yang lain. Seperti ketika harus mengadapi kegagalan, cara mendekatkan diri pada Allah serta mengelola hati. Buku ini benar-benar patut dibaca bagi para muslimah. Dilengkapi dengan tata cara membuat rencana meraih impian menambah nilai lebih dari buku ini.  Beberapa kekurangan yang ada tidak mengurasi esensi dari apa yang ingin disampaikan buku ini.  Sebuah buku yang memotivasi mengajak untuk menjadi pribadi yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.

Srobyong, 23 Desember 2017

No comments:

Post a Comment