Dimuat di Harian Bhirawa, Jumat 12 Januari 2018
Judul : Seruni
Penulis : Almas Sufeeya
Penerbit : Republika
Cetakan : Pertama, Februari 2017
Tebal : vi +239 hal
ISBN : 978-602- 0822-39-6
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas
Islam Nahdlatul Ulama, Jepara
“Kadang, kamu harus mengikhlaskan
apa yang tidak bisa kamu cegah. Meskipun kamu sangat mencintai, kamu tidak bisa
melindunginya dari kehendaknya.”
(hal 86).
Novel ini mengambil tema keluarga. Tentang kisah anak korban dari perceraian
orangtua. Di mana mereka harus menyaksikan perpisahan dua orang yang sangat
mereka cintai. Tidak hanya itu dalam novel ini, kita juga
dihadapkan tentang usaha anak beradaptasi dengan lingkungan baru, ketika
sang ayah memilih menikahi wanita baru.
Seruni merasa kecewa dengan
perceraian ayah dan ibunya. Apalagi akibat perceraian itu sang ibu sampai
meninggal dunia. Sejak itu, Seruni pun harus menerima tinggal bersama ayahnya yang
menikah dengan wanita lain—Devi. Wanita
yang konon merusak rumah tangga ayah dan ibunya. (hal 117).
Dan kesedihan Seruni semakin
menjadi, ketika harus tinggal dengan ibu
tirinya. Di sana dia dan kakaknya—Aster tak pernah sekali pun
diperlakukan dengan baik. Devi hanya
berpura-pura baik jika dihadapan ayah mereka. Jika ayahnya tidak ada, Devi
kerap berlaku sesuka hati. Menyuruh Aster dan Devi melakukan pekerjaan rumah,
sedang dia bersantai-santai. Selain itu
dia juga tidak pernah bisa akrab dengan saudari-saudari tirinya. Keadaan itu
pada akhirnya membuat Seruni melakukan sesuatu yang mengejutkan. Membuat semua
orang tercengang, khususnya sang kakak, Aster (hal 39).
Lalu setelah tujuh tahun berlalu
...Seruni memutuskan kembali ke Indonesia dengan membawa rindu dan penyesalan. Dia
sangat rindu dengan kakaknya. Bisakah Seruni merengkuh semua yang telah
ditinggalkannya? Dan Aster, sosok yang sangat dia rindukan, sama sekali tidak
mengenalinya. Aster telah berubah, dan semakin membuat Seruni merasa bersalah
dan dirundung duka.
Selain Seruni yang merasakan
hidupnya kacau balau karena perceriaan orangtuanya, ada pula Taro yang memiliki
tragedi yang sama. Taro juga menyimpan amarah, karena gara-gara ibu
tirinya—Devi sang ayah meninggal. Hal
itu-lah yang mendorong Taro untuk membuat kesepatakan bersama Seruni. Mereka
ingin membalas dendam pada wanita itu. Hingga membuat kesepakatan yang mengejutkan.
Lalu ada juga Aster—kakak Seruni. Gadis
itu merasa terpukul dengan kepergian adiknya. Dia merasa bersalah, karena tidak
menyadari kesedihan adiknya akibat perceraian kedua orangtuanya. Aster marah
pada Devi, pada dirinya sendiri dan pada ayahnya. Hingga akhirnya Aster memilih
bungkam. Bahkan kalau bisa dia ingin mengikuti jejak adiknya. Sayangnya usahanya selalu dicegah oleh
Ana—adik tirinya. “Kehilangan yang
sebenarnya adalah kehilangan semangat hidup.” (hal 86). Terakhir ada Ana, dia juga korban perceraian.
Namun, gadis berjilbab itu memilih menerima kenyataan itu. Mencoba beradaptasi
dan ikhlas menerima keadaan.
Masing-masing tokoh memiliki cara
tersendiri dalam menghadapi kenyataan tentang perceraian orangtua. Hingga
sebuah kejadian membuat masing-masing menyadari, bahwa amarah, rasa sakit,
benci dan dendam hanya berakhir mengotori hati—menjadikan hidup gelap gulita.
Dan dendam hanya membuatnya jauh dari Tuhan (hal 163).
Novel ini diramu dengan apik oleh
penulis. Kisah terasa hidup. Mengambil
alur maju mundur, semakin membuat pembaca penasaran dengan akhir cerita. Dan
selain mengangat tema keluarga, novel ini juga dibumbui kisah cinta yang lucu
dan manis. Secara keseluruhan menarik, meski ada beberapa bagian yang terasa
loncat-loncat.
Tapi lepas dari kekurangannya, novel
ini menarik. Di sini kita diingatkan, bahwa
perpisahan orangtua memiliki banyak dampak kepada anak. Oleh karena itu,
jika memang harus berpisah, orangtua harus tetap memberi pengertian dan
mendampingi anak. Selain itu dalam
novel ini kita bisa belajar tentang pentingnya bersyukur dan tidak memelihara
dendam, juga merajut kebohongan.
Srobyong, 15 Juli 2017
Hindi ko lubos na pasasalamatan si Dr EKPEN TEMPLE sa pagtulong sa akin na ibalik ang Kaligayahan at kapayapaan ng pag-iisip sa aking pag-aasawa matapos ang maraming mga isyu na halos humantong sa diborsyo, salamat sa Diyos na ang ibig kong sabihin ay si Dr EKPEN TEMPLE sa tamang oras. Ngayon masasabi ko sa iyo na ang Dr EKPEN TEMPLE ay ang solusyon sa problemang iyon sa iyong kasal at relasyon. Makipag-ugnay sa kanya sa (ekpentemple@gmail.com)
ReplyDelete