Tuesday, 9 January 2018

[Resensi] Menanamkan Nilai Kebaikan kepada Anak

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 24 Desember 2017 


Judul               : Sepatu Pilihan Ayah
Penulis             : Barbara Eni
Ilustrator         : Hanny Juwita
Penerbit           : Kanisius
Cetakan           : Pertama, 2017
Tebal               : 24 halaman
ISBN               : 978-979-21-5375-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Orangtua adalah guru pertama bagi anak. Mereka-lah yang bertanggung jawab dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai kebaikan juga nilai moral pada anak. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan moral kepada anak sejak dini.  Apalagi pada zaman sekarang, di mana nilai-nilai moral dan kebaikan mulai terkikis karena pengaruh globalisasi.  

Orangtua harus menunjukkan secara langsung tingkah laku yang baik yang patut ditiru dan mengingatkan tentang sikap-sikap yang harus diajuhi. Sehingga ketika dewasa nantinya, anak sudah memiliki bekal baik yang akan bermanfaat ketika terjun dalam masyarat.  Selain dengan keteladan secara langung, salah satu cara lainnya adalah dengan mengenalkan bacaan yang menghibur namun juga mendidik bagi anak.

Misalnya saja buku berjudul “Sepatu Pilihan Ayah” karya Barbara Eni dan Hanny Juwita.  Menceritakan tentang Nino yang sangat ingin memiliki sepatu baru, seperti yang dimiliki Rendi, temannya.  Ketika melihat sepatu Rendi yang terlihat sangat bagus, Nino langsung tertarik. Dia berusaha meminta izin pada Rendi untuk mencoba sebentar (hal 3). Sayangnya, Rendi tidak memberi izin.

Oleh karena itu, Nino langsung meminta ayahnya untuk membelikan sepatu yang mirip dengan Rendi, meski baru dua bulan lalu Nino membeli sepatu baru. Mereka pun kemudian berangkat ke toko sepatu, untuk melihat-lihat. Dan Nino langsung semangat ketika melihat sepatu yang tengah dia incar. Dia pun menyetujui usul ayahnya untuk mencoba sepatu itu.

Namun yang mengejutkan, Nino tidak bisa membawa sepatu itu, karena harganya terlalu mahal. Sehingga ayahnya belum bisa membelikan sepatu itu.  Nino pun sedih. Dia merasa ayahnya tidak menyayangi dirinya. Padahal hanya sepatu tapi tidak mau membelikan.

Maka sejak itu, Nino pun bertekad untuk menabung uang sakunya. Dia yakin jika dia menabung dengan rajin dan menjumlahnya dengan uang milik ayah, dia akan berhasil memiliki sepatu itu. Tapi lagi-lagi Nino harus menelan kecewa. Ketika dia sudah menabung selama satu bulan dan diserahkan pada ayahnya, tapi ayahnya tetap tidak membelikan sepatu yang dia inginkan.  Apakah Nino berhasil membeli sepatu tersebut? Dan apa alasan sang ayah tidak menuruti permintaan Nino? Bernakah karena tidak sayang pada Nino?

Cerita dalam buku ini memang terkesan sederhana. Namun karena kesederhanaan itu, maka akan membuat anak mudah memahaminya. Karena kisah seperti ini kadang sering terjadi pada anak. Mereka kerap merasa kalau orangtua—baik ayah atau ibu tidak menyayangi karena selalu menolak permintaa mereka.  Padahal prasangka itu tidak selalu benar. Selain itu kejadian tentang anak yang kerap iri dengan apa yang dimiliki teman juga sering terjadi dalam masyarakat.  

Membaca buku ini, semestinya akan membuat anak mengingat tentang pentingnya menjaga diri dari prasangka buruk. Di mana anak tidak boleh berburuk sangka pada orang lain, termasuk pada orangtua. Selain itu, buku ini juga menanamkan sikap suka menabung. Tidak ketinggalan, agar anak selalu mensyukuri apa yang dimiliki, mau meminta maaf jika bersalah serta tidak pelit pada teman. Lalu satu lagi bahwa kasih sayang ayah itu selalu tulus dan tanpa pamrih. Diceritakan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak dan gambar yang apik, pastinya tidak membuat anak merasa bosan.

Srobyong, 9 Desember 2017

No comments:

Post a Comment