Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 28 Januari 2018
Judul : Game of Hearts ; Love in Las Vegas
Penulis : Silvarani
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama,
September 2017
Tebal : 225 halaman
ISBN :
978-602-03-6634-0
Persensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu
Ulama, Jepara
Mengambil tema yang tidak biasanya,
saya cukup salut dengan keberanian penulis. Di mana dia mengangkat tema tentang perjudian yang marak
terjadi di mana-mana. Mengambil setting di Las Vegas yang memangnya
surganya judi, semakin membuat kisah novel ini menarik. Belum lagi selain
tentang perjudian, novel ini juga dibumbui dengan berbagai masalah pelik
tentang kehidupan keluarga, dendam dan tidak ketinggalan masalah cinta yang
selalu menjadi pemanis yang banyak disukai pembaca.
Aldhan Prasetya Aridipta tidak
menyangkan kehidupannya yang sudah berantakan—akibat tumbuh dalam lingkungan
broken home—korban perceraian orangtua—kini
semakin kacau ketika tiba-tiba dia diminta melakukan perjalanan ke Las
Vegas. Sayangnya Aldhan tidak bisa menolak perjalanan bisnis itu. Karena hal
itu bersangkutpaut dengan hutang ayahnya dan demi kelancaran bisnis
keluarganya. Belum lagi jika dia
menolak, nyawa ayahnya berada dalam bahaya (hal 42).
Perjalanan itu akhirnya mengantarkan Aldhan mengenal
Ryker Preston si pemilik kasino. Di sana dia baru tahu bahwa ayahnya mulai
melakukan judi sejak 1997 dan utangnya semakin menumpuk. Yang mana semua
dimulai dengan tragedi yang cukup heboh tentang likuidasi bank tahun ’97—yang
mana dimulai tahun itu ayahnya memang memilih hidup nonmaden (hal 46).
Lepas dari masa lalu, sejak itu
Aldhan menginjakkan kaki di Las vegas, kehidupan
baru telah dimulai. Aldhan harus
melakukan perjalanan dari kasino ke kasino bersama Reika Matilda, salah satu
anak buah Ryker Preston—pemilik kasino, tempat Aldhan harus membayar utang.
Reika mengajarkan Aldhan cara bermain judi berdasarkan matematika, sehingga dia
bisa melunasi utang ayahnya dengan cepat.
Namun semakin hari, petualangannya
ke berbagai kasino di Las Vegas membuat Aldhan merasa tidak tenang. Aldhan
memang bukan sosok religius, namun dia tetap ingat tentang tumpukan dosa yang
akan dia dapat jika terus bersikap tidak terpuji seperti yang kerap dia
lakukan—bermain perempuan juga sering meninggalkan kewajiban salatnya.
Beruntung dia memiliki sopir pribadnya, Jack—yang sudah dia anggap sebagai
keluarga—sering mengingatkannya tentang kebajikan dan nilai-nilai spiritual.
“Hidup adalah meyakini
ketentuan Allah. Jika ingin mendapatkan, selalu berusaha, sebaliknya jika tak
dapat, ikhlaskan dan tetap berprasangka baik kepada Allah.” (hal 214).
Di sisi lain, Aldhan juga jadi tidak
fokus karena selalu kepikiran dengan Reika, yang benar-benar menarik
perhatiannya. Tapi Aldhan tidak pernah tahu apa isi kepala Reika yang ternyata
menyimpan sebuah bom yang tidak terduga. Yang menjadi pertanyaan berhasilkah
Aldhan melunasi utangnya dan bagaimana kisah cintanya dengan Reika?
“Begitulah hidup.
Terkadang apa yang kamu inginkan sulit sekali digenggam. Justru yang tak
terlalu kamu inginkan mengemis untuk dimiliki.” (hal 109).
Membaca novel ini seperti menonton
film-film luar tentang perjudian. Cukup seru dan menghibur. Hanya saja dalam
novel ini saya merasa ada beberapa bagian yang terasa lambat dan ada beberapa
logika kisah yang menurut saya kurang logis. Tapi lepas dari kekurangannya
novel ini memiliki nilai lebih tentang bagaimana penulis mengeksplore
ceritanya. Pemakaian gaya bahasa yang renyah juga menjadi nilai tambah sendiri.
Yang saya suka dari novel ini adalah
nilai-nilai kehidupan dan pesan moral yang ingin disampaikan penulis. Kita diingatkan
tentang peran orangtua dan dampak perceraian orangtua terhadap anak. Bahwa anak tidak hanya butuh materi saja,
namun juga butuh kasih sayang. Selain itu kita diingarkan untuk tidak
memelihara dendam. Karena dendam hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang
rugi.
Tidak ketinggalan poin penting dari
novel ini adalah, menunjukkan bahwa judi itu meski terlihat menyenangkan dan
praktis, namun juga menyimpan bahaya yang jauh lebih besar. Judi mengundang
petaka bahkan bisa jadi mengatarkan nyawa kita hilang. Judi juga perbuatan dosa
yang dilaknat Allah.
Srobyong, 20 Januari 2018
No comments:
Post a Comment