Monday 29 January 2018

[Resensi] Pembawa Petaka

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 28 Januari 2018 



Judul               : Game of Hearts ; Love in Las Vegas
Penulis             : Silvarani
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama,  September 2017
Tebal               : 225 halaman
ISBN               : 978-602-03-6634-0
Persensi           : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatu Ulama, Jepara

Mengambil tema yang tidak biasanya, saya cukup salut dengan keberanian penulis. Di mana dia  mengangkat tema tentang perjudian yang marak terjadi di mana-mana. Mengambil setting di Las Vegas yang memangnya surganya judi, semakin membuat kisah novel ini menarik. Belum lagi selain tentang perjudian, novel ini juga dibumbui dengan berbagai masalah pelik tentang kehidupan keluarga, dendam dan tidak ketinggalan masalah cinta yang selalu menjadi pemanis yang banyak disukai pembaca.

Aldhan Prasetya Aridipta tidak menyangkan kehidupannya yang sudah berantakan—akibat tumbuh dalam lingkungan broken home—korban perceraian orangtua—kini  semakin kacau ketika tiba-tiba dia diminta melakukan perjalanan ke Las Vegas. Sayangnya Aldhan tidak bisa menolak perjalanan bisnis itu. Karena hal itu bersangkutpaut dengan hutang ayahnya dan demi kelancaran bisnis keluarganya.  Belum lagi jika dia menolak, nyawa ayahnya berada dalam bahaya (hal 42).

Perjalanan  itu akhirnya mengantarkan Aldhan mengenal Ryker Preston si pemilik kasino. Di sana dia baru tahu bahwa ayahnya mulai melakukan judi sejak 1997 dan utangnya semakin menumpuk. Yang mana semua dimulai dengan tragedi yang cukup heboh tentang likuidasi bank tahun ’97—yang mana dimulai tahun itu ayahnya memang memilih hidup nonmaden (hal 46).

Lepas dari masa lalu, sejak itu Aldhan menginjakkan kaki di Las vegas,  kehidupan baru  telah dimulai. Aldhan harus melakukan perjalanan dari kasino ke kasino bersama Reika Matilda, salah satu anak buah Ryker Preston—pemilik kasino, tempat Aldhan harus membayar utang. Reika mengajarkan Aldhan cara bermain judi berdasarkan matematika, sehingga dia bisa melunasi utang ayahnya dengan cepat.

Namun semakin hari, petualangannya ke berbagai kasino di Las Vegas membuat Aldhan merasa tidak tenang. Aldhan memang bukan sosok religius, namun dia tetap ingat tentang tumpukan dosa yang akan dia dapat jika terus bersikap tidak terpuji seperti yang kerap dia lakukan—bermain perempuan juga sering meninggalkan kewajiban salatnya. Beruntung dia memiliki sopir pribadnya, Jack—yang sudah dia anggap sebagai keluarga—sering mengingatkannya tentang kebajikan dan nilai-nilai spiritual.

“Hidup adalah meyakini ketentuan Allah. Jika ingin mendapatkan, selalu berusaha, sebaliknya jika tak dapat, ikhlaskan dan tetap berprasangka baik kepada Allah.” (hal 214).

Di sisi lain, Aldhan juga jadi tidak fokus karena selalu kepikiran dengan Reika, yang benar-benar menarik perhatiannya. Tapi Aldhan tidak pernah tahu apa isi kepala Reika yang ternyata menyimpan sebuah bom yang tidak terduga. Yang menjadi pertanyaan berhasilkah Aldhan melunasi utangnya dan bagaimana kisah cintanya dengan Reika? 

“Begitulah hidup. Terkadang apa yang kamu inginkan sulit sekali digenggam. Justru yang tak terlalu kamu inginkan mengemis untuk dimiliki.”  (hal 109).

Membaca novel ini seperti menonton film-film luar tentang perjudian. Cukup seru dan menghibur. Hanya saja dalam novel ini saya merasa ada beberapa bagian yang terasa lambat dan ada beberapa logika kisah yang menurut saya kurang logis. Tapi lepas dari kekurangannya novel ini memiliki nilai lebih tentang bagaimana penulis mengeksplore ceritanya. Pemakaian gaya bahasa yang renyah juga menjadi nilai tambah sendiri.

Yang saya suka dari novel ini adalah nilai-nilai kehidupan dan pesan moral yang ingin disampaikan penulis. Kita diingatkan tentang peran orangtua dan dampak  perceraian orangtua terhadap anak.  Bahwa anak tidak hanya butuh materi saja, namun juga butuh kasih sayang. Selain itu kita diingarkan untuk tidak memelihara dendam. Karena dendam hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang rugi.

Tidak ketinggalan poin penting dari novel ini adalah, menunjukkan bahwa judi itu meski terlihat menyenangkan dan praktis, namun juga menyimpan bahaya yang jauh lebih besar. Judi mengundang petaka bahkan bisa jadi mengatarkan nyawa kita hilang. Judi juga perbuatan dosa yang dilaknat Allah.

Srobyong, 20 Januari 2018 

No comments:

Post a Comment