Judul : Hope, Terapi Terindah
Penulis : Indri Listya R
Editor : Dekik Yassir
Penerbit : AE, Publishing
Cetakan : Pertama, Agustus
2015
Halaman : viii + 164 hlm
ISBN :
978-602-1189-59-7
Jika sesuatu yang buruk menghampiri,
mengingat Allah adalah yang terbaik untuk menghindarinya. (hal. 149)
Mengingat Allah memang akan membuat
hati menjadi tenang. Dan salah satu agar
selalu mengingat Allah adalah dengan melafalkan ayat-ayat-Nya. Al-Quran bisa
dikatakan sebagai obat paling mujarab dari berbagai macam obat di dunia juga sebagai
sarana berdoa. Dan harapan adalah sebuah
jalan menuju perbaikan. Karena dengan memiliki harapan orang akan terus
berjuang untuk mencoba menggapainya. Keduanya adalah dua hal yang harus saling
dipadukan agar bisa mewujudkan impian. Namun, bagaimana jika seseorang itu tak
memiliki harapan bahkan putus asa hingga memilih jalan salah?
Novel ini menceritakan tentang
Claris. Dia mungkin tercukupi dalam urusan materi, tapi untuk kasih sayang,
gadis itu merasa ditelantarkan. Ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan bisnis
keluarga. Padahal bagi Claris yang
terpenting itu bukan masalah materi yang dia dapat tapi mereka bisa berkumpul.
Lalu suatu hari dia bertemu Darrel,
sosok yang memiliki nasib sama yang kemudian membuat mereka dekat. Dari kedekatan itulah kemudian mereka
menjalin hubungan. Semula tentu saja semua baik-baik saja. dari Darrel, Claris merasa mendapat perhatian yang selama
ini dicarinya. Dia tidak peduli pada nasihat temannya—Tara, kalau Darrel tidak
sebaik perkirannya. (hal. 28)
Tapi siapa sangka, kecurigaan Tara
benar, tapi semua telah terlambat. Rasa cinta Claris yang terlampau tinggi
telah membuat logikanya tidak berjalan baik. Dia tetap memilih bersama Darrel. Mengikuti
segala tindakan yang dilakukan kekasinya itu—mengkonsumis narkoba. Toh, Claris
mengakui dengan meminum obat laknat itu dia jadi bisa merasakan kebahagian
meski hanya sesaat.
Tapi sepandai-pandainya tupai
melompat, akan jatuh juga. Begitupun dengan Claris. Selama ini dia memang
menyembunyikan kenyatan bahwa dia menjadi pecandu. Ayah dan ibunya melihat
dirinya sedang sakau. (hal. 67) Mereka
memaksa Claris untuk masuk rehabilitasi.
Meski berat Claris terus mencoba bertahan
demi sebuah harapan yang dipupuknya. Kembali seperti dulu dan berkumpul dengan
keluarga. Tapi harapan itu tinggalah harapan ketika sebuah kenyataan yang tidak
pernah terduga malah menamparnya. Tapi apakah dia harus kembali hilang harapan?
Mereka mulai sadar, atas
kecintaannya pada harta, telah
menjerumuskan cinta yang seharusnya ada. Mengubah yang seharusnya
hangat menjadi dingin. Yang seharusnya
terang menjadi kelam. (hal. 67)
Novel ini sangat sarat makna. Diceritakan
dengan gaya bahasa yang ringan dan renyah. Sebuah novel yang mengingatkan
tentang pentingnya memiliki harapan. Dan betapa pentingnya keluarga sebagai
madrasah pertama. Bahwa sebuah kasih sayang itu tidak hanya diukur dengan
materi tapi kasih sayang itu sendiri.
Ada juga bagian tentang spiritual
yang membuat kita memahami konsep bahwa hanya pada Allah-lah kita harus
bersandar. Betapa kekuatan iman itu
selalu diperlukan agar terhindar dari jalan yang tidak diridhai.
Ingatlah kepada Allah
Dalam keadaan senang atau pun susah
Dalam keadaan sehat atau sesakit apa pun
Allah pasti memberikan yang terbaik. (hal. 125)
Dan kelebihan
lainnya adalah tentang masalah ending yang cukup mengehentak. Pada awalnya
memang ada bagian yang bisa ditebak, tapi pada babak akhir, ternyata ....
Hanya saja sebagaimana yang
diturukan penulisnya masih banyak kesalahan kepenulisan di sini. Tapi lepas
dari itu sebagai buku perdana, novel ini segar untuk dinikmati.
Srobyong, 7 Mei 2016
waawwww seeprtinya menarik, di lihat dari reviewnya aja menarik. pengen baca keseluruhan bukunya...
ReplyDeleteWah terima kasih sudah berkan mampir dan membaca review ini. Jika tertarik bisa pesan pada penulisnya ^_^
Delete